Pengenalan Pemula Terhadap Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)

Oct 1, 2021 | Views: 641
DS-beginner-0.1a

Dorje Shugden, Sang Pelindung Perdamaian Dunia, di Kechara Forest Retreat Bentong, Malaysia. Klik untuk memperbesar.

Artikel ini memuat materi pengenalan tentang Dorje Shugden dan praktiknya bagi pemula. Di sini akan dibahas berbagai macam topik yang diharapkan dapat memberi anda sebuah gambaran yang singkat dan jelas tentang Dorje Shugden dan praktik spiritual-Nya. Topik-topik yang akan dijelaskan mencakup beberapa prinsip inti sebagai berikut:

  1. Peran Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma
  2. Silsilah dan asal usul Dorje Shugden
  3. Mengintegrasikan konsep-konsep Buddhis dengan sosok Dorje Shugden
  4. Persiapan yang praktis untuk memulai praktik Dorje Shugden
  5. Penjelasan yang memadai tentang praktik Dorje Shugden

Karena tulisan ini merupakan panduan pengenalan bagi praktisi pemula, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa panduan ini tidak menyertakan semua seluk-beluk tentang sosok Dorje Shugden maupun keseluruhan konsep Buddhis yang terkait dengan beliau. Jika anda ingin memperdalam pengetahuan tentang beliau, terdapat banyak bahan bacaan lebih lanjut yang dapat diakses di blog ini. Meski begitu, saya harap artikel ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan awal yang sering muncul tentang Dorje Shugden dan praktiknya.

 



Klik untuk melompat ke bagian yang menarik perhatianmu

  1. Peran Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma
  2. Silsilah dan Asal Usul Dorje Shugden
  3. Menggabungkan Konsep-konsep dalam Buddhisme dengan sosok Dorje Shugden
  4. Persiapan Untuk Praktik Dorje Shugden
  5. Sebuah Penjelasan mengenai Praktik Dorje Shugden

 


Peran Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma

Pertama-tama, penting untuk dijelaskan apa yang dimaksud dengan Pelindung Dharma sebelum mengkaitkan peran ini dengan Dorje Shugden. Dalam Buddhisme Tibet kita mengenal banyak Pelindung Dharma dan Dorje Shugden adalah salah satunya.

A collage depicting some of Dharma protectors throughout all traditions of Tibetan Buddhism. Click on image to enlarge.

Sebuah kolase menggambarkan beberapa Pelindung Dharma dalam berbagai tradisi Buddhisme Tibet

Kembali ke menu utama

 

Apa yang dimaksud dengan Pelindung Dharma?

Istilah ‘Pelindung Dharma’ dapat dimengerti lebih baik jika kedua kata ditelaah secara terpisah sebelum digabungkan.

  • Dharma – Kata Dharma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘perintah atau kebiasaan’. Dalam konteks saat ini dan dalam arti relijius, Dharma dapat diartikan berbagai hal, tergantung pada agama yang mendefinisikannya. Tapi secara umum istilah ini dapat diartikan sebagai “hukum dan aturan kosmik yang mengatur kehidupan dalam alam semesta”. Dalam Buddhisme secara khusus, karena sang Buddha mampu memahami hukum dan aturan alam semesta, Dharma diartikan sebagai penerapan ajaran Sang Buddha sebagai langkah-langkah menuju pemahaman tentang hukum dan aturan semesta.
  • Pelindung – Dalam konteks ini, sosok Pelindung adalah mahluk yang menjaga dan melindungi kita dari ancaman dan rintangan yang dapat muncul saat kita menerapkan Dharma.

Karena itu, ketika digabungkan, istilah ‘Pelindung Dharma’ dapat didefinisikan sebagai sosok yang menjaga praktik ajaran Buddha dari rintangan yang dapat muncul saat berjalannya Dharma. Yang patut diperhatikan adalah bahwa sosok Pelindung Dharma tidak hanya melindungi praktik ajaran sang Buddha tapi juga para praktisi yang menerapkan ajaran tersebut sesuai prinsip Dharma.

Dharma protector practice is prevalent throughout all traditions of Tibetan Buddhism and relied upon by great masters and lineage holders. Click on image to enlarge.

Praktik Pelindung Dharma dijalankan secara luas dalam semua tradisi Buddhisme dan menjadi andalan berbagai guru dan pemegang silsilah Buddhisme. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Fungsi Pelindung Dharma dan Kaitannya Dengan Rintangan

Praktik Pelindung Dharma sangat dianjurkan untuk para praktisi spiritual karena sosok ini mampu membantu untuk mengidentifikasi dan mengatasi rintangan-rintangan yang kita hadapi. Hambatan dalam perjalanan spiritual kita (seperti penyakit dan emosi negatif) dapat memperlambat bahkan menghentikan kemajuan yang dicapai dengan menjadi gangguan bagi praktik kita. Beberapa rintangan lebih sulit untuk dikenali karena sifat masing-masing hambatan yang subyektif. Sebagai contoh, “video games” bisa jadi adalah sebuah rintangan atau kebiasaan yang sulit untuk saya kendalikan, tapi lebih mudah buat anda.

Dalam kebanyakan kasus, rintangan bisa muncul tiba-tiba dan menganggu kita di masa depan. Karena kita tidak mampu memprediksi kejadian di masa depan, hal ini dapat memberi dampak negatif pada kehidupan kita dan kemungkinan bisa merubah kondisi hidup kita secara mendasar. Maka menjadi kabar baik bagi kita bahwa sosok Pelindung Dharma mampu mengidentifikasi sekaligus menyingkirkan rintangan yang ada pada masa kini dan masa depan. Meskipun hal ini bukan berarti segala sesuatu akan menjadi lancar tanpa masalah sama sekali, tetapi yang jelas akan ada tambahan energi positif dalam hidup kita yang akan membantu kita merintangi pusaran energi negatif yang selalu berusaha menyeret kita ke dalamnya.

Dharma Protectors are highly recommended for spiritual practitioners as they are able to help identify and overcome their obstacles.

Pelindung Dharma sangat dianjurkan bagi praktisi spiritual karena sosok ini mampu membantu kita mengenali dan menyingkirkan rintangan yang ada.

Kembali ke menu utama

 

Pelindung Dharma Tercerahkan dan Tak Tercerahkan

Secara garis besar, sosok Pelindung Dharma dapat dikategorikan menjadi dua macam – Pelindung Dharma tercerahkan dan Pelindung Dharma tak tercerahkan. Sebuah sosok Pelindung Dharma yang sudah tercerahkan memiliki kebijaksanaan dan welas asih yang sempurna sedangkan sebaliknya pelindung yang tak tercerahkan tidak demikian. Anda bisa membandingkan hal ini dengan sebuah keahlian khusus seperti memasak. Pelindung Dharma yang tercerahkan mirip dengan “master chef” yang merupakan terbaik dalam bidangnya dan caranya bekerja. Pelindung Dharma tak tercerahkan bisa jadi juga mumpuni dalam karya mereka tapi seringkali masih kurang dibandingkan dengan yang memang benar benar ahli.

Jadi tidaklah mengherankan jika Pelindung Dharma yang tercerahkan jauh lebih mampu membantu para praktisi spiritual dibandingkan dengan yang tak tercerahkan. Yang menjadi soal di sini adalah bahwa memanggil Pelindung Dharma yang tercerahkan untuk membantu kita memerlukan pahala dalam jumlah besar, yang tidak selalu dimiliki kebanyakan orang. Untungnya ada juga sosok Pelindung Dharma tercerahkan yang sengaja tampil sebagai sosok tak tercerahkan dalam ‘bentuk yang duniawi’. Hal ini memungkinkan para praktisi untuk memohon bantuan beliau-beliau tanpa harus bermodalkan pahala sebanyak yang seharusnya ada. Menggunakan perumpamaan sebelumnya, memang bukan seperti belajar memasak dari seorang master chef yang hadir langsung di dapur kita, tapi seperti mengikuti kelas online yang diadakan seorang master chef. Intinya kita tetap bisa belajar langsung dari yang ahli tapi dengan cara yang lebih santai. Dorje Shugden adalah salah satu Pelindung Dharma tercerahkan yang memilih tampil dalam bentuk duniawi.

As an emanation of the Buddha of Wisdom, Manjushri, Dorje Shugden is definitely a fully enlightened Dharma Protector. Click on image to enlarge.

Sebagai emanasi atau sosok pancaran dari Buddha Kebijaksanaan, Manjushri, Dorje Shugden pastinya adalah sosok Pelindung Dharma yang tercerahkan.

Kembali ke menu utama

 

Bagaimana Pelindung Dharma Mengatasi Rintangan Kita

Penyebab munculnya rintangan bagi kita adalah karma negatif kita sendiri. Karma buruk ini terbentuk akibat perilaku kita yang tidak terpuji pada masa lampau, bahkan terkumpul dari berbagai kehidupan kita sebelumnya. Kita tidak bisa menghindar dari karma buruk kita, karena itu rintangan pasti muncul dalam hidup kita, biarpun bagaimana kuatnya kita berusaha merubah hidup kita dan kemanapun kita pergi. Sebuah cara yang relatif mudah untuk membedakan karma baik dan buruk adalah melalui pendekatan menimbang konsekuensi. Jika suatu hal berbuah positif, maka secara umum bisa kita katakan hal tersebut disebabkan oleh karma baik. Sebaliknya, jika sesuatu membuahkan hasil negatif, maka dapat diasumsikan bahwa itu merupakan hasil karma buruk.

Pelindung Dharma dapat membantu praktik spiritual kita melalui karma kita masing-masing. Satu cara yang umum adalah dengan mengaktifkan sejumlah karma baik kita dan pada saat yang bersamaan menekan karma buruk kita. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membantu kita memurnikan karma buruk. Jadi meskipun kita pada akhirnya tidak dapat menghindar dari konsekuensi karma buruk kita, Pelindung Dharma mampu menunda konsekuensi karma tersebut dan melalui proses pemurnian, akibat yang akhirnya muncul menjadi lebih ringan.

Click on image to enlarge.

Klik pada gambar untuk memperbesar.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi sejauh mana sosok Pelindung Dharma dapat membantu kita secara efektif.

Faktor pertama adalah kadar karma baik dan buruk kita sendiri. Karena sang Pelindung Dharma tidak bisa secara langsung mengurangi kadar karma kita, mereka hanya bisa mengaktifkan, menahan dan membantu kita untuk memurnikan karma yang menjadi milik kita. Oleh sebab itu, jika kadar karma baik kita rendah, sedangkan karma buruk kita menumpuk, ketika rintangan datang, sang Pelindung Dharma mungkin hanya bisa membantu dengan sebagian dari masalah kita. Sebaliknya, jika kadar karma baik kita tinggi dan karma buruk kita sedikit, sang Pelindung Dharma akan dapat dengan mudahnya mengatasi hampir semua rintangan kita.

Faktor kedua adalah akumulasi pahala yang dilakukan praktisi spiritual itu sendiri. Pahala dapat dianggap sebagai kekuatan positif seperti karma baik. Tetapi perbedaan keduanya adalah bahwa karma baik datang dari tindakan positif, sedangkan pahala datang dari tindakan positif dibarengi dengan dedikasi aksi tersebut untuk mencapai pencerahan dan untuk memberi manfaat bagi mahluk sadar lainnya. Pelindung Dharma dapat menggunakan energi positif tambahan ini untuk membantu kita dalam praktik spiritual kita.

Dalam hal ini, pahala menjadi sebuah tali asih antara kita dan Pelindung Dharma. Semakin banyak pahala yang kita kumpulkan, semakin kuat hubungan kita dengannya dan semakin cepat Pelindung Dharma kita dapat bertindak untuk membantu kita mengatasi rintangan yang ada.

The more merits we accumulate, the stronger our connection and the sooner our Dharma Protector can help deal with our obstacles.

Semakin banyak pahala yang kita kumpulkan, semakin kuat hubungan kita dengannya dan semakin cepat Pelindung Dharma kita dapat bertindak untuk membantu kita mengatasi rintangan yang ada.

Kembali ke menu utama

 


Silsilah dan Asal Usul Dorje Shugden

Salah satu faktor terpenting tentang Dorje Shugden adalah bahwa beliau adalah sosok Pelindung Dharma tercerahkan yang muncul dari silsilah inkarnasi yang terdiri dari berbagai guru spiritual besar dari India dan Tibet. Dalam hal pencapaian spiritual, inkarnasi dalam silsilah beliau sering dianggap sejajar dengan silsilah Dalai Lama dan Panchen Lama. Pendapat ini didukung dalam berbagai tulisan oleh beberapa lama paling besar dari aliran Gelug di abad 20, termasuk Yang Suci Kyabje Pabongka Rinpoche dan Yang Suci Kyabje Trijang Rinpoche.

Dorje Shugden lineage tree. Click on image to enlarge.

Pohon silsilah Dorje Shugden. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Apa yang dimaksud dengan Silsilah Inkarnasi?

Setiap mahluk sadar ada di bawah hukum karma yang meneruskan keberadaan mereka dalam enam alam Samsara. Karena segala bentuk dalam Samsara tidak permanen, para mahluk sadar senantiasa mengalami kematian dan kelahiran kembali. Bentuk-bentuk baru yang diambil dikenal sebagai inkarnasi dan sebuah silsilah inkarnasi mengacu pada sederet inkarnasi yang terjadi pada sosok yang sama. Dalam hal ini, semua orang memiliki silsilah inkarnasi tapi kebanyakan tidak layak diingat karena penuh dengan tindakan yang mementingkan diri sendiri.

Di sisi lain, mereka yang melakukan tindakan-tindakan penuh welas asih sepanjang hidupnya pastinya sangat patut diingat karena mereka menginspirasi kita untuk menjadi lebih seperti mereka, membawa kebahagiaan pada hidup kita dan pada akhirnya membebaskan kita dari kehidupan di Samsara. Sebagai contoh, Dalai Lama sampai saat ini telah menjalani 14 inkarnasi, yang berarti beliau telah lahir kembali paling tidak 14 kali di bumi, untuk meneruskan tugasnya membawa manfaat bagi mahluk sadar yang cukup beruntung untuk belajar tentang Dharma dari beliau. Sama halnya dengan berbagai guru spiritual agung lainnya yang juga memiliki silsilah inkarnasi, termasuk Dorje Shugden.

Kembali ke menu utama

 

Berbagai Inkarnasi Dorje Shugden

Some of the notable incarnations of Dorje Shugden. Click on image to enlarge.

Beberapa inkarnasi yang cukup dikenal dari Dorje Shugden. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Daftar di bawah ini mencakup berbagai inkarnasi Dorje Shugden yang cukup dikenal (dicantumkan secara kronologis pada umumnya).

  1. Manjushri
  2. Magadha Sangmo
  3. Virupa (Birwapa)
  4. Thonmi Sambhota
  5. Raja Trisong Detsen
  6. Mahasiddha Naropa
  7. Pandita Akarmati
  8. Lotsawa Loden Sherab
  9. Khedrub Khyungpo Neljor
  10. Je Khutonpa Chenpo
  11. Ra Lotsawa Dorje Drak
  12. Shakyashri Bhadra
  13. Kunkhyen Choku Oser
  14. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen
  15. Butön Rinchen Drub
  16. Duldzin Drakpa Gyaltsen
  17. Tsarchen Losal Gyatso
  18. Panchen Sonam Drakpa
  19. Sonam Yeshe Wangpo
  20. Ngawang Sonam Geleg Pelzang
  21. Tulku Drakpa Gyaltsen

 

Manjushri – Buddha Kebijaksanaan

Click for high-resolution image

Sebuah thangka Manjushri berwarna oranye, Manjushri Berlengan Empat, Manjushri Sang Auman Singa, Manjushri Putih, Manjushri Hitam dan Dorje Shugden. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk melihat berbagai gambar Buddha dengan resolusi tinggi.

Dorje Shugden secara resmi diakui sebagai emanasi Bodhisattva Manjushri. Dalam bahasa Sansekerta, Manjushri memiliki arti ‘Keagungan Yang Lembut’ dan beliau dipercayai mengandung intisari kebijaksanaan transeden Buddha. Dalam beberapa tradisi (seperti Gelug), beliau dianggap sebagai sosok Buddha yang sepenuhnya tercerahkan dan dapat mengambil peran sebagai sosok yidam. Di negeri China, Gunung Wu Tai Shan diyakini sebagai tempat bersemayam Manjushri di bumi dan saat ini terdapat banyak biara di sana.

Dalam kehidupan awalnya, Manjushri adalah satu di antara delapan murid Bodhisattva dari Buddha Shakyamuni. Beliau sering melontarkan pertanyaan pada Sang Shakyamuni yang kemudian menjadi pemicu bagi ajaran-ajaran penting untuk diturunkan. Buddha Shakyamuni juga meminta Manjushri untuk memberi pengajaran dan juga seringkali mengirimkan beberapa murid untuk belajar dari Manjushri karena mereka lebih cocok diajar olehnya. Lebih cocok di sini berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut akan lebih cepat diserap dan dimengerti oleh murid-murid yang telah dipilih.

Dalam seni ikonografi, Manjushri sering digambarkan memegang sebuah pedang bernyala di tangan kanannya, melambangkan kemampuan beliau untuk menebas habis ketidaktahuan serta ego kita yang menjadi akar penyebab semua penderitaan kita. Beliau juga sering digambarkan memegang sebuah teratai yang menopang kitab suci di tangan kirinya. Kitab Ini adalah kumpulan Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan, yang melambangkan pencapaian beliau akan kekosongan (sunyata) dan sekaligus kemampuannya membimbing praktisi untuk tidak meneruskan persepsi sesat mereka. Manjushri juga terkadang digambarkan mengendarai seekor singa, yang mewakili pikiran beliau yang berani dan tercerahkan serta kemampuannya menjinakkan pikiran liar para mahluk sadar yang lain.

Kembali ke menu utama

 

Duldzin Drakpa Gyaltsen (1350 – 1413)

Duldzin Drakpa Gyaltsen. Click to enlarge or click here for more high resolution Buddha images.

Duldzin Drakpa Gyaltsen. Klik untuk memperbesar atau di sini untuk melihat gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnya.

Inkarnasi lain Dorje Shugden dikenal sebagai Duldzin Drakpa Gyaltsen. ‘Duldzin’ adalah gelar khusus yang diberikan padanya, dan berarti ‘Pemegang Vinaya’, yang melambangkan pencapaian praktik spiritual tingkat tinggi. Duldzin Drakpa Gyaltsen juga merupakan satu di antara delapan murid terdekat Je Tsongkhapa, lama Buddhis Tibet yang mendirikan aliran Gelug dalam Buddhisme Tibet. Je Tsongkhapa terkenal akan ajarannya tentang Pandangan Tengah Nagarjuna dan beliau dipercayai sebagai sosok yang tercerahkan oleh berbagai guru spiritual tingkat tinggi.

Duldzin Drakpa Gyaltsen mengepalai proses pembangunan Biara Gaden di Lhasa, Tibet. Biara Gaden merupakan institusi perbiaraan skala besar pertama bagi aliran Gelug dalam Buddhisme Tibet. Duldzin Drakpa Gyaltsen mempersembahkan biara ini pada Je Tsongkhapa, dengan tujuan supaya gurunya yang sudah berumur tidak harus bepergian ke tempat-tempat jauh untuk mengajar. Di saat salah satu pengajaran ini berlangsung Duldzin Drakpa Gyaltsen mengucap janjinya untuk menjadi pelindung bagi Pandangan Tengah Nagarjuna, seperti yang diajarkan oleh Je Tsongkhapa, dalam inkarnasi selanjutnya.

Setelah mangkatnya Je Tsongkhapa, Duldzin Drakpa Gyaltsen diminta untuk menjadi Gaden Tripa sebuah posisi tertinggi dalam aliran Gelug. Namun, beliau dengan rendah hati menolak permintaan tersebut dan mengusulkannya untuk murid dekat lain Je Tsongkhapa, yaitu Gyaltsab Je. Duldzin Drakpa Gyaltsen kemudian mendedikasikan sisa hidupnya untuk mengembangkan dan menyebarkan ajaran gurunya di luar Biara Gaden.

Kembali ke menu utama

 

Tulku Drakpa Gyaltsen (1619 – 1656)

Click for high-resolution image

Sebuah thangka dengan Tulku Drakpa Gyaltsen sebagai figur utama. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnya.

Tulku Drakpa Gyaltsen adalah guru spiritual yang terakhir dalam silsilah inkarnasi Dorje Shugden sebelum beliau bangkit sebagai Pelindung Dharma. Disebutkan bahwa sejak usia dini, Tulku Drakpa Gyaltsen bisa mengingat kehidupan-kehidupan lampaunya secara jelas. Pertanda ini diartikan bahwa dalam kehidupan sebelumnya beliau telah mencapai tingkatan spiritual yang tinggi. Saat berumur enam tahun, beliau diakui sebagai sosok tulku dan diberi nama Tulku Drakpa Gyaltsen, oleh Panchen Lama saat itu, Lobsang Chokyi Gyaltsen.

Tulku Drakpa Gyaltsen merupakan murid Panchen Lama dan juga diakui sebagai inkarnasi cendekiawan Panchen Sonam Drakpa, yang karya-karya tulisnya sekarang digunakan untuk mendidik para biksu di beberapa biara pilihan. Lebih lanjut, Tulku Drakpa Gyaltsen telah mewarisi Kamar Atas di biara Drepung dari, inkarnasi beliau yang sebelumnya. Beliau juga belajar baik-baik bersamaan dengan Yang Suci Dalai Lama ke 5, Ngawang Lobsang Gyatso, yang tinggal di Kamar Bawah, dan mereka berdua dikatakan sejajar dalam pencapaian spiritual.

Ada tertulis bahwa Tulku Drakpa Gyaltsen sudah mengajar pada umur sembilan dan seiring dengan bertambahnya usia, pencapaian spiritualnya membuat dirinya terkenal seantero Tibet, bahkan sampai China dan Mongolia. Namun, beliau dikenal menghindari ketenaran dan perhatian dan lebih sering ditemukan bermeditasi sendirian dalam berbagai gua di Tibet daripada mengajar di biara. Orang-orang biasanya berusaha menemukan dirinya dalam gua tapanya untuk memberikan persembahan dan menerima pemberkatan. Tetapi karena beliau mementingkan privasinya, begitu ditemukan, beliau akan segera pindah tempat dengan harapan bisa bermeditasi dalam kesendirian.

Kembali ke menu utama

 

Janji Dorje Shugden

Tiga inkarnasi yang telah dibahas di atas secara khusus sangat relevan dalam cerita asal usul Dorje Shugden. Sosok Manjushri menunjukkan tidak hanya statusnya sebagai murid langsung Buddha Shakyamuni, tapi juga tingkat praktik yang beliau capai dalam kehidupannya, yang memberinya keabsahan yang kuat untuk silsilah inkarnasinya sendiri. Duldzin Drakpa Gyaltsen dan Tulku Drakpa Gyaltsen berdua adalah inkarnasi kunci bagi Dorje Shugden untuk menjadi Pelindung Dharma. Seperti yang telah secara singkat disinggung, pada masa hidupnya sebagai Duldzin Drakpa Gyaltsen, sebuah janji telah dibuat berkaitan dengan Dorje Shugden menjadi Pelindung Dharma untuk ajaran Je Tsongkhapa tentang Pandangan Tengah Nagarjuna.

Click on image to enlarge

Sebuah thangka Buddha Shakyamuni, Lama Tsongkhapa, Guru Rinpoche, Tsangpa Karpo, Nechung Pehar Gyalpo dan Dorje Shugden. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk melihat gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnya.

Suatu hari, ketika Je Tsongkhapa sedang memberi pengajaran, seekor merpati putih masuk ke dalam ruangan dan terbang berkitar sekeliling aula pengajaran. Saat sang merpati sedang terbang berputar, Duldzin Drakpa Gyaltsen bisa mengenalinya sebagai Pelindung Dharma Nechung dalam samaran. Setelah pengajaran selesai dan para biksu lainnya telah meninggalkan tempat, Duldzin Drakpa Gyaltsen tinggal dan bertanya pada Nechung kenapa dirinya dengan sengaja menganggu pengajaran gurunya.

Nechung kemudian menjelma menjadi seorang bocah laki-laki berjubah putih dan memberitahu Duldzin Drakpa Gyaltsen bahwa ajaran Je Tsongkhapa akan memerlukan sosok Pelindung Dharma di masa depan. Karena Nechung sudah ditugaskan untuk melindungi Buddhisme Tibet secara umum, beliau tidak bisa mengambil peran ini. Nechung kemudian meminta Duldzin Drakpa Gyaltsen untuk bangkit sebagai Pelindung Dharma untuk ajaran Je Tsongkhapa tentang Pandangan Tengah Nagarjuna. Karena dirinya sangat berdedikasi pada gurunya, Duldzin Drakpa Gyaltsen menerima permohonan ini dan berjanji pada Nechung.

Duldzin Drakpa Gyaltsen bereinkarnasi sebagai Tulku Drakpa Gyaltsen beberapa kehidupan kemudian. Di saat beliau sudah menjadi seorang biksu yang terkenal, Tulku Drakpa Gyaltsen berbicara pada Nechung melalui seorang penubuat. Nechung bertanya padanya apakah dirinya ingat akan janjinya menjadi Pelindung Dharma karena waktunya telah tiba. Tulku Drakpa Gyaltsen menjawab dirinya tidak ingat, karena itu Nechung memberinya beras yang telah diberkati untuk dimakan dan memintanya untuk bermeditasi. Setelah meditasinya usai, Tulku Drakpa Gyaltsen mengingat kembali janjinya tapi berkesimpulan bahwa dirinya tidak memiliki bibit murka yang cukup untuk menjadi Pelindung Dharma. Nechung menjawab untuk meyakinkannya, bahwa beliau akan membantu dengan menciptakan kondisi bagi Tulku Drakpa Gyaltsen untuk merasakan murka.

Di lukisan biara ini anda dapat melihat Tulku Drakpa Gyaltsen di atas tahta di bagian belakang dan banyak orang mengunjunginya. Di bawahnya adalah di mana beliau disumpal dengan sebuah khata (selendang putih) hingga meninggal oleh beberapa pejabat pemerintahan Tibet di masa Dalai Lama ke 5. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Setelah pembicaraannya dengan Nechung, Tulku Drakpa Gyaltsen menjadi semakin terkenal daripada sebelumnya. Semua orang, dari kalangan bangsawan maupun rakyat miskin, berbagai orang dari latar belakang berbeda melakukan perjalanan dari seluruh Tibet dan negara-negara tetangga untuk menemui beliau dan memberinya persembahan. Di saat berumur 38, popularitas beliau sepertinya telah melampaui Dalai Lama ke 5, suatu hal yang membuat pejabat-pejabat yang dekat dengan Dalai Lama tidak senang hati. Dibutakan oleh rasa cemburu yang teramat sangat, mereka bersekongkol untuk membunuh Tulku Drakpa Gyaltsen. Awalnya mereka mencoba dengan cara meracuninya dan kemudian menusuknya dengan belati, tapi karena tingkat spiritual beliau yang tinggi dan tidak adanya karma beliau untuk dicelakai dengan cara-cara tersebut, upaya ini semua gagal.

Hal ini membuat Tulku Drakpa Gyaltsen sadar bahwa untuk merasakan murka yang diperlukan bagi dirinya untuk bangkit kembali sebagai Pelindung Dharma, beliau harus membiarkan dirinya dibunuh terlebih dahulu. Untuk mencapai tujuan ini, beliau memberitahu para musuhnya bahwa mereka harus menyebabkan dirinya tidak bisa bernafas jika mereka mau membunuhnya. Karena itu mereka mengambil selendang sutra (khata) dan menyumpalkannya ke dalam mulutnya, sehingga beliau tak bisa bernafas dan meninggal. Saat dirinya sedang disumpal selendang, Tulku Drakpa Gyaltsen merasakan sedikit energi kemurkaan. Digabungkan dengan keinginannya untuk melindungi ajaran Je Tsongkhapa, hal ini membuatnya mampu bangkit kembali sebagai sosok Pelindung Dharma, sehingga berhasil menepati janjinya pada Nechung.

Kembali ke menu utama

 

Dorje Shugden Bangkit

Disebabkan ketenaran dan reputasi Tulku Drakpa Gyaltsen yang tinggi, ribuan orang termasuk para muridnya dan berbagai guru spiritual jauh dekat berdatangan untuk memberi penghormatan di upacara kremasinya yang diadakan di Lhasa, Tibet. Tetapi ketika tumpukan kayu kremasinya akan dinyalakan, api tidak bisa menyulutnya, bahkan setelah dicoba berkali-kali.

5th-DL-Lobsang-Gyatso3

Thangka kuno Yang Suci Dalai Lama ke 5, Ngawang Lobzang Gyatso yang hidup di masa bersamaan dengan Tulku Drakpa Gyaltsen dan beliaulah yang kemudian menulis sebuah doa permintaan maaf untuk pembunuhan Tulku Drakpa Gyaltsen. Kredit gambar: himalayanart.org. Klik untuk memperbesar.

Di saat inilah Dalai Lama ke 5, yang sebelumnya menganggap Tulku Drakpa Gyaltsen meninggal akibat sakit, berhasil mengetahui bahwa penyebab sesungguhnya adalah dibunuh. Merasa menyesal karena dirinya tidak bisa mencegah pembunuhan tersebut Dalai Lama ke 5 menuliskan sebuah permintaan maaf pada Tulku Drakpa Gyaltsen dalam bentuk doa.

Doa permintaan maaf tersebut dibacakan dengan keras di samping tempat kremasi oleh salah satu asisten Tulku Drakpa Gyaltsen. Setelah doa selesai dibacakan, tumpukan kayu secara spontan menyala sendiri.

Setelah mengetahui apa yang telah terjadi sesungguhnya, salah satu asisten Tulku Drakpa Gyaltsen lainnya membuka suara lantang tidak setuju dengan apa yang telah tuannya ijinkan terjadi. Asisten tersebut menggunakan jubah biksunya untuk memukuli tumpukan kayu kremasi karena frustasi. Hal ini menyebabkan munculnya awan besar asap hitam dari pembakaran jasad suci. Awan besar asap hitam hitam tersebut menyebar di atas langit, menutupi kota Lhasa dalam bentuk sebuah telapak tangan, yang dianggap oleh banyak orang sebagai pertanda dari roh Tulku Drakpa Gyaltsen yang ingin balas dendam.

Setelah kejadian ini, muncul berbagai bencana alam di sekitar Lhasa, termasuk gempa bumi, kelaparan dan kemarau. Banyak orang percaya bencana-bencana ini disebabkan oleh roh Tulku Drakpa Gyaltsen yang penuh dendam kesumat. Namun hal tersebut tidak benar karena kejadian-kejadian tersebut adalah manifestasi karma buruk dari pembunuhan seorang lama luhur. Sebagai upaya untuk mengatasi semua energi negatif yang muncul setelah upacara pemakaman Tulku Drakpa Gyaltsen, ritual-ritual besar oleh guru-guru spiritual ternama diadakan. Ritual-ritual ini dikenal sebagai puja api murka, bertujuan untuk menetralisir “roh” yang dianggap sebagai penyebab energi negatif. Mereka mencoba menaklukkan ‘roh’ menggunakan ritual api beberapa kali tapi selalu gagal. Disebutkan bahwa selama melakukan puja api, banyak dari guru spiritual mendapatkan penglihatan emanasi berbagai Buddha, tapi tidak melihat adanya ‘roh jahat’.

Setelah berbagai ritual tersebut gagal mencapai tujuannya, Dalai Lama ke 5 akhirnya berkesimpulan bahwa ‘roh’ yang tak bisa terkalahkan, Dorje Shugden, merupakan Tulku Drakpa Gyaltsen yang terlahir kembali sebagai Pelindung Dharma. Karena itu sang Dalai Lama ke 5 menuliskan sebuah proklamasi resmi dan doa untuk mengakui Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma yang sah.

Dari kiri ke kanan: Panchen Sonam Drakpa, Tulku Drakpa Gyaltsen dan Duldzin Drakpa Gyaltsen. Setelah Duldzin Drakpa Gyaltsen berjanji untuk bangkit sebagai Pelindung Dharma yang tidak pada umumnya, beliau menggenapi janjinya dalan inkarnasinya di masa yang datang sebagai Tulku Drakpa Gyaltsen, yang muncul sebagai Pelindung Dharma Dorje Shugden. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk melihat gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnnya.

Kembali ke menu utama

 


Menggabungkan Konsep-konsep dalam Buddhisme dengan sosok Dorje Shugden

Proses visualisasi rupa Buddha adalah bagian integral dari banyak praktik dalam Buddhisme Tibet. Bagian ini akan membahas konsep mandala dan ikonografi Dorje Shugden, di mana keduanya digambarkan dalam rupa-rupa yang menjadi pondasi bagi praktiknya.

Mandala Dorje Shugden. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Rupa-rupa Buddha

Istilah ‘Rupa Buddha’ dapat terkesan luas artinya, tapi secara mendasar istilah tersebut mengacu pada segala penggambaran visual akan sosok Buddha. Rupa-rupa Buddha dapat mengambil berbagai bentuk seperti patung, gambar tangan atau digital. Rupa Buddha juga bisa secara gaya dipengaruhi oleh budaya dimana rupa tersebut diciptakan. Sebuah rupa Buddha dari satu budaya tidaklah lebih superior daripada rupa satunya dari budaya lain karena sosok Buddha dapat muncul dalam berbagai cara dan rupa. Hal ini membuat sebuah sosok Buddha lebih mampu untuk menarik lebih banyak manusia dari berbagai budaya untuk lebih dekat dengan Dharma dan dalam prosesnya mengembangkan lingkupnya untuk membawa manfaat pada lebih banyak mahluk sadar.

Rupa Buddha telah menjadi salah satu pilar penyokong penting bagi berbagai praktik Pelindung Dharma dan yidam dalam Buddhisme Tibet. Seringkali kita dianjurkan untuk memvisualisasikan sosok Buddha tertentu pada berbagai kesempatan dalam menjalankan praktik. Jika kita membayangkan sebuah rupa Buddha secara akurat dan mengerti perlambang-perlambang yang terkandung di dalamnya, kemauan kita untuk mengembangkan sifat-sifat khusus dari sosok Buddha tersebut akan dikuatkan. Alhasil, praktik Pelindung Dharma atau yidam akan membuahkan hasil yang lebih memuaskan dalam waktu yang lebih singkat melalui visualisasi rupa Buddha yang relevan dibanding tanpa proses visualisasi.

Various beautiful depictions of Dorje Shugden. Click on image to enlarge.

Berbagai penggambaran indah Dorje Shugden

Kembali ke menu utama

 

Mandala Dorje Shugden

A visual depiction of Dorje Shugden’s mandala as a celestial mansion. Click on image to enlarge.

Penggambaran visual mandala Dorje Shugden sebagai istana surga.

Istilah ‘mandala’ dapat mempunyai makna spesifik yang berbeda tergantung pada konteks penggunaan kata tersebut. Dalam konteks dimana kita mempersembahkan sebuah mandala pada sebuah sosok Buddha, ia adalah perlambang seluruh semesta yang mengandung semua hal yang indah dan menawan dalam Samsara. Dalam konteks Dorje Shugden, mandala mewakili sifat-sifat beliau yang tercerahkan dan cara-cara yang beliau gunakan untuk membantu mahluk sadar sebagai Pelindung Dharma.

Mandala Dorje Shugden secara umum terdiri dari 32 dewata yang masing-masing melambangkan sifat spesifik tercerahkan beliau. Penggambaran mandala Dorje Shugden juga bisa termasuk sosok menonjol lain seperti Pelindung Dharma Setrap, atau Buddha Amitabha. Meskipun mandala Dorje Shugden dapat digambarkan dalam berbagai cara, ke 32 dewata utama seharusnya ada dalam variasi apapun. Hal ini dikarenakan para dewata tersebut dipercayai sebagai emanasi atau pancaran dari pikiran tercerahkan Dorje Shugden, yang berarti bahwa secara keseluruhan mereka mewakili identitas Dorje Shugden.

Catatan:

  1. Duldzin Dorje Shugden
  2. Vairochana Shugden (Shize)
  3. Ratna Shugden (Gyenze)
  4. Pema Shugden (Wangze)
  5. Karma Shugden (Trakze)
  6. Kesembilan Bunda
  7. Kedelapan Biksu Pembimbing
  8. Kesepuluh Pendamping Muda dan Murka

Kembali ke menu utama

 

Dorje Shugden Rig Nga – Kelima ‘Agregat’ Dorje Shugden

Istilah ‘Dorje Shugden Rig Nga’dapat juga diterjemahkan sebagai ‘Lima Anggota Keluarga Dorje Shugden’ atau ‘Lima Tipe Dorje Shugden’. Istilah ini mengacu pada kelima ‘agregat’ yang bisa diambil oleh Dorje Shugden untuk mencerminkan ke lima agregat semua mahluk sadar. Sang Buddha menjelaskan bahwa setiap mahluk sadar memiliki kelima sisi atau agregat ini dan kelimanya memungkinkan kita untuk mengalami lingkungan di sekitar kita, baik fisik maupun non-fisik.

Kelima agregat tersebut adalah:

  1. Kesadaran
  2. Bentuk
  3. Perasaan
  4. Diskriminasi
  5. Komposisi Mental
A summary of Dorje Shugden Rig Nga. Click on image to enlarge.

Rangkuman Kelima Sisi Dorje Shugden. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Secara umum, alasan bagi para mahluk sadar untuk hidup dalam Samsara adalah karena kelima agregat kita dalam keadaan tidak murni, tercemar karma buruk. Ketidakmurnian ini memicu tindakan fasik, yang pada gilirannya akan melahirkan semakin banyak karma buruk, menyebabkan penderitaan kita bertambah. Sosok tercerahkan seperti Dorje Shugden telah memurnikan kelima agregat mereka dan ketika kita melakukan praktik mereka, kita memulai proses memurnikan kelima agregat kita sendiri seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Dalam hal ini, kelima agregat atau bentuk Dorje Shugden memungkinkan kita untuk memurnikan satu sisi spesifik lebih cepat daripada yang lainnya. Karena itu, berdasarkan kondisi kita masing-masing, kita dapat memilih bentuk apa yang kita praktikkan karena hasil karma dari pemurnian suatu sisi secara spesifik dapat dirasakan dalam waktu jauh lebih singkat daripada melakukan praktik pemurnian pada umumnya.

 

Duldzin Dorje Shugden – Agregat Kesadaran

Duldzin Dorje Shugden – Aggregate of Consciousness. Click on image to enlarge.

Duldzin Dorje Shugden – Agregat Kesadaran. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Duldzin Dorje Shugden diyakini sebagai bentuk utama Dorje Shugden karena dalam bentuk inilah beliau muncul pertama kali sebagai Pelindung Dharma. Di sini beliau dinamakan sesuai inkarnasi pertamanya, Duldzin Drakpa Gyaltsen, yaitu ketika beliau berjanji untuk merelakan dirinya menjadi Pelindung Dharma.

Duldzin Dorje Shugden memiliki penampilan mirip dengan seorang biksu manusia memakai jubah biara, dengan sebuah topi kubah keemasan di kepalanya yang menandakan dirinya adalah seorang lama sedang melakukan perjalanan. Beliau menggenggam sebuah pedang bengkok di tangan kanannya dan di tangan kiri beliau memegang sebuah permata hati di samping kait penjinak dan seekor luwak pemuntah permata. Tunggangannya adalah seekor singa salju yang garang, sering dianggap sebagai hewan maskot Tibet.

Sebagai perwakilan sisi kesadaran, Duldzin Dorje Shugden dipercayai bisa mengatasi kemarahan dan rasa benci yang muncul akibat ketidaktahuan dalam pikiran kita. Oleh sebab itu, Duldzin Dorje Shugden secara khusus menganugrahkan pada praktisi hadiah kebijaksanaan, yang membantu menyingkirkan rintangan dalam dan luar dalam hidup mereka.

 

Vairochana Shugden – Shize – Agregat Bentuk

Click to view the high resolution image and right click to save. This can be printed out for your altar.

Vairochana Shugden – Agregat Bentuk. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Vairochana Shugden, juga dikenal sebagai Shize, diyakini sebagai bentuk Dorje Shugden sebagai pembawa kedamaian. Bentuk ini dibuktikan telah membantu praktisi untuk mengatasi rintangan yang dihadapi dengan cara-cara penuh damai menggunakan daya menenangkan.

Shize memiliki penampilan sebagai seorang pangeran berkulit putih yang mengenakan jubah sutra putih yang dihiasi berbagai warna cerah. Beliau juga mengenakan hiasan lainnya seperti sebuah penutup kepala keemasan. Beliau menggenggam sebuah anak panah yang dihiasi dengan sutra dalam lima warna dan sebuah cermin ramalan di tangan kanan dan sebuah jerat di tangan kiri. Tunggangannya adalah sebuah gajah berperangai lembut berwarna putih yang berhiaskan ornamen-ornamen yang sama indahnya.

Sebagai perwakilan sisi bentuk, Shize sangat manjur untuk menangkal karma buruk yang menyebabkan kita mengalami penyakit fisik maupun batin, serta halangan dalam lingkungan kita. Karena itu, Shize secara khusus mengabulkan permintaan praktisi untuk hidup yang lebih panjang, bahagia dan sehat, disertai dengan kemampuan untuk menenangkan energi kekerasan di sebuah wilayah. Dalam kasus yang ekstrim, Shize mampu membantu praktisi untuk terhindar dari bencana alam. Secara umum, kemanjuran ini membuat waktu yang diperlukan praktisi untuk mengumpulkan pahala menjadi lebih singkat, sehingga akan sangat membantu mereka dalam melakukan perjalanan spiritual.

 

Ratna Shugden – Gyenze – Agregat Perasaan

Ratna Shugden – Agregat perasaan. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Ratna Shugden, juga dikenal dengan nama Gyenze, diyakini sebagai bentuk keberlimpahan Dorje Shugden. Bentuk ini ampuh membantu praktisi untuk menaklukkan rintangan yang ada dengan menggunakan metode yang memperkaya dan energi keberlimpahan.

Gyenze tampil sebagai pangeran surgawi berkulit kuning yang mengenakan jubah sutra kuning berhiasakan banyak warna terang. Sama seperti Shize, beliau juga mengenakan berbagai hiasan seperti tutup kepala keemasan. Di tangan kanannya, beliau memegang sebuah guci umur panjang berwarna emas yang penuh dengan nektar serta membawa sebuah ranting dari pohon pengabul permintaan. Di tangan kirinya, beliau memegang sebuah mangkuk penuh permata pengabul permintaan dan dalam beberapa penggambaran, beliau memegang sebuah bendera kemenangan di samping sebuah kait vajra. Tunggangannya adalah seeekor kuda keemasan (palomino) yang berperangai setengah giras dihiasi dengan ornamen yang mirip tuannya.

Sebagai perwakilan sisi perasaan, Gyenze manjur dalam menangkal karma buruk yang menyebabkan kita untuk merasa gelisah, gundah gulana dan menghilangkan kesempatan kita untuk merasa senang. Karena itu, Gyenze secara khusus mengabulkan permohonan praktisi akan kekayaan luar dan dalam. Hal ini bisa terjadi dengan mengurangi keterikatan mereka pada perasaan puas dan menghindarkan praktisi dari perasaan gundah. Keterikatan inilah yang menyebabkan beberapa tipe kesengsaraan, seperti rasa kikir yang berakhir dengan kemiskinan. Secara umum, keampuhan sosok ini membantu praktisi dengan meringankan beban mereka yang berkaitan dengan kekayaan sepanjang perjalanan spiritual mereka.

 

Pema Shugden – Wangze – Agregat Diskriminasi

Pema Shugden – Agregat diskriminasi. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Pema Shugden, atau juga dikenal sebagi Wangze, diyakini sebagai bentuk Dorje Shugden sebagai pengendali. Bentuk ini efektif dalam membantu praktisi untuk mengatasi rintangan yang dihadapi dengan menggunakan cara-cara mempengaruhi pihak lain dan menggunakan energi penaklukkan.

Wangze berpenampilan sebagai pangeran surgawi berkulit merah darah yang menyeringai setengah marah. Beliau mengenakan jubah sutra merah yang dihiasi bunga, dan seperti Shize dan Gyenze, beliau juga memakai penutup kepala berwarna emas dan hiasan elok lainnya. Beliau memegang sebuah kait vajra untuk menjinakkan di tangan kanannya dan sebuah jerat bertahtakan permata di tangan kiri. Tunggangannya adalah seekor naga biru kehijauan (gaya Timur) yang garang, seringkali dianggap sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan.

Sebagai perwakilan sisi yang mampu membedakan, Wangze ampuh dalam menangkal karma buruk yang menyebabkan kita selalu memandang dunia dengan pikiran yang tertutup dan menghakimi. Karena itu, Wangze secara khusus membantu praktisi untuk mengendalikan dan mendisiplinkan pikiran mereka sendiri sehingga mereka bisa melihat dunia dengan lebih obyektif. Dengan berkurangnya persepsi yang salah, penderitaan kita dari perasaan marah dan akibat depresi dapat juga diminimalisir. Selain itu, melalui ucapan dan tindakan kita, orang lain dapat terpengaruh dan terpikat dengan tingkat disiplin dan kendali yang terlihat jelas. Secara umum, kemanjuran sosok ini bisa membantu praktisi untuk sukses dalam mempengaruhi orang lain dan merubah situasi negatif menjadi positif.

 

Karma Shugden – Trakze – Agregat Komposisi Pikiran

Karma Shugden – Agregat komposisi pikiran. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Karma Shugden, juga dikenal sebagai Trakze, adalah bentuk Dorje Shugden yang paling murka. Bentuk ini sering dipanggil untuk menangkis delusi hebat dan energi negatif yang kuat seperti ilmu sihir hitam.

Trakze berpenampilan sebagai sosok pangeran berkulit merah tua dengan ekspresi yang sangat murka. Beliau mengenakan pakaian ringan terbuat dari sutra hitam dan sebuah mahkota di atas kepalanya dari mana lidah-lidah api menyeruak menyala. Beliau menggenggam sebuah pedang besar di tangan kanannya, dan sebuah jantung berdarah di tangan kiri serta sebuah kait penjinak yang kadang-kadang hadir di sampingnya. Kendaraan beliau adalah seekor burung raksasa yang mirip elang yang dikenal dengan nama Garuda, seringkali digambarkan dengan seekor ular di antara cakar dan paruhnya.

Sebagai perwakilan sisi kondisi/kesehatan mental, Trakze terbukti manjur untuk menangkal karma buruk yang menyebabkan kita mengalami serangan energi negatif dari sumber fisik maupun non-fisik. Karena itu, Trakze mengkhususkan diri memberi praktisi perlindungan terhadap hadangan yang berbahaya sehingga mengancam keselamatan secara fisik dan mental. Sebagai bentuk Dorje Shugden yang paling murka, Trakze mampu membantu praktisi mengatasi rintangan yang bersifat ekstrim secara cepat dan efektif. Secara umum, keampuhan beliau akan mengurangi kekhawatiran praktisi dalam menghadapi rintangan yang berpotensi mengalihkan perjalanan spiritual mereka, sehingga bisa terus terfokus secara konsisten pada praktik spiritual mereka.

Kembali ke menu utama

 

Rombongan Dorje Shugden

Para dewata utama yang tersisa dalam mandala Dorje Shugden dianggap sebagai rombongan pendamping beliau. Secara individu, mereka masing-masing tidak memiliki kekhususan yang setingkat dengan kelima sisi agregat Dorje Shugden. Namun, secara kolektif, mereka masih memberi manfaat khusus bagi para praktisi yang sangat membantu dalam praktik spiritual kita. Penting untuk mengingat bahwa para dewata dalam rombongan Dorje Shugden adalah hasil emanasi dari pikiran beliau yang tercerahkan. Hal ini berarti bahwa mereka juga mahluk tercerahkan yang bisa diandalkan untuk membantu para praktisi menggunakan kemampuan mereka melihat ke depan dan kekuatan lainnya yang tak terbatas.

It is important to remember that the deities of Dorje Shugden’s entourage are emanations of his enlightened mind. Click on image to enlarge.

Dewata dalam rombongan Dorje Shugden adalah emanasi dari pikiran beliau yang tercerahkan. Klik pada gambar untuk memperbesar atau klik di sini untuk mengundangnya.

 

Kesembilan Bunda

Kesembilan Bunda dalam rombongan pengiring Dorje Shugden tampak sebagai gadis-gadis surgawi yang cantik jelita dan mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra indah. Mereka memakai dan memegang seperangkat benda yang melambangkan unsur-unsur alam dan benda-benda yang biasanya diingini orang. Kesembilan Bunda melambangkan kemampuan Dorje Shugden untuk membantu para praktisi melindungi kelima indera mereka dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan keempat unsur yang terkandung dalam tubuh mereka. Ini sangat bermanfaat khususnya bagi para praktisi yang menjalankan meditasi tantra tingkat lanjut.

The Nine Mothers of Dorje Shugden’s entourage are considered particularly helpful for practitioners who engage in advance tantric meditation.

Kesembilan Bunda pengiring Dorje Shugden dipercayai sangat bermanfaat khususnya bagi para praktisi yang menjalankan meditasi tantra tingkat lanjut.

 

Kedelapan Biksu Pembimbing

Kedelapan Biksu Pembimbing dalam rombongan Dorje Shugden berpenampilan sebagai biksu yang telah ditahbiskan secara penuh dan mengenakan jubah yang berwarna safron. Mereka mengenakan berbagai penutup kepala yang memiliki makna berbeda seperti topi kubah emas yang melambangkan perjalanan, dan topi kuning, yang melambangkan aliran Gelug seperti diturunkan oleh Je Tsongkhapa. Mereka juga memegang berbagai benda yang biasa ada di biara seperti kitab Dharma, tongkat biksu dan alat-alat ritual lainnya.

Kedelapan Biksu Pembimbing mewakili kemampuan Dorje Shugden untuk membantu para praktisi dengan menyingkirkan rintangan dan menciptakan kondisi yang tepat untuk tetap menjaga sumpah dan komitmen spiritual mereka secara baik. Dalam makna yang lebih luas, sederet manfaat ini akan menjadi sebuah pengaruh yang positif dalam pertumbuhan Dharma. Orang pada umumnya akan lebih cenderung mendengarkan dan belajar dari praktisi yang berbicara dan bertindak penuh integritas.

The Eight Guiding Monks represent Dorje Shugden’s ability to help practitioners by clearing obstacles and creating the conditions for them to hold their vows and spiritual commitments well

Kedelapan Biksu Pembimbing mewakili kemampuan Dorje Shugden untuk membantu para praktisi dengan menyingkirkan rintangan dan menciptakan kondisi yang tepat untuk tetap menjaga sumpah dan komitmen spiritual mereka secara baik.

 

Kesepuluh Pengawal Muda dan Murka

Kesepuluh Pengawal Muda dan Murka dalam rombongan Dorje Shugden tampil sebagai prajurit yang berasal dari berbagai negara seperti Tibet, Mongolia dan China. Beberapa dari mereka memiliki ekspresi damai sedangkan lainnya murka. Mereka memegang berbagai senjata yang melambangkan kesiapan mereka untuk melindungi para praktisi dengan menyapu bersih rintangan luar dan dalam yang dihadapi. Hal ini terutama berlaku bagi rintangan yang membuat para praktisi menyimpang dari janji dan komitmen mereka pada sang guru.

The Ten Youthful and Wrathful Attendants of Dorje Shugden’s entourage wield a variety of different weapons which represent their readiness to protect practitioners by clearing their inner and outer obstacles.

Kesepuluh Pengawal Muda dan Murka dalam rombongan Dorje Shugden. Mereka memegang berbagai senjata yang melambangkan kesiapan mereka untuk melindungi para praktisi dengan menyapu bersih rintangan luar dan dalam yang dihadapi.

Kembali ke menu utama

 

Para Menteri Dorje Shugden

Dorje Shugden juga memiliki beberapa menteri dalam rombongannya yang tugasnya membantu menyingkirkan rintangan bagi para praktisi. Para menteri ini terkadang digambarkan dalam sebuah rupa mandala Dorje Shugden. Meski mereka ini tidak termasuk dalam ke 32 dewata utama dalam mandala Dorje Shugden, mereka dalam setiap pribadi mereka masih dipercayai sebagai Pelindung Dharma yang ampuh.

 

Kache Marpo

Kache Marpo

Kache Marpo. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnya.

Menteri utama Dorje Shugden bernama Kache Marpo. Beliau dianggap sebagai Pelindung Dharma yang muncul secara mandiri dengan rangkaian doanya sendiri tapi setelah bangkitnya Dorje Shugden beliau menawarkan diri untuk menjadi menteri Dorje Shugden. Hal ini menunjukkan kerendahan hati Kache Marpo dan pemahamannya bahwa praktik Dorje Shugden akan menjadi andalan pada masa yang akan datang.

Kache Marpo berpenampilan sangat murka sebagai prajurit dengan kulit berwarna merah tua, memiliki tiga mata dan taring menonjol keluar yang senantiasa digunakannya untuk menggigiti bibir bawahnya. Beliau mengenakan baju zirah di tubuhnya dan menggenggam sebuah tombak panjang merah di tangan kanannya dan sebuah jerat di tangan kiri. Beliau mengenakan sebuah helm yang dihiasi banyak bendera kemenangan terbuat dari sutra dalam sembilan warna. Tunggangannya berupa kuda garang yang berhiaskan sadel indah dengan berbagai aksesoris.

 

Namkar Barzin

Namkar Barzin. Click on image to enlarge.

Namkar Barzin. Klik untuk memperbesar atau klik di sini untuk gambar-gambar Buddha resolusi tinggi lainnya.

Menteri Dorje Shugden lainnya bernama Namkar Barzin. Beliau diyakini sebagai sosok Pelindung Dharma yang tidak tercerahkan, meski mempunyai rangkaian doa dan mantranya sendiri. Namkar Barzin asal usulnya merupakan seorang biksu Mongolia yang berubah menjadi roh penuh dendam setelah mati sebelum waktunya dan secara mengenaskan. Namun, rohnya tidak lama kemudian diikat sumpah menjadi Pelindung Dharma oleh Yang Mulia Domo Geshe Rinpoche pada tahun 1920an. Kemudian beliau ditawarkan kepada Dorje Shugden yang memasukkannya ke dalam rombongan beliau sebagai menteri.

Namkar Barzin berpenampilan sebagai biksu yang murka dengan kulit berwarna merah tua, tiga mata dan taring menonjol keluar yang digunakannya untuk mengigiti bibir bawahnya. Beliau mengenakan jubah biksu, menggenggam sebilah pedang di tangan kanan dan di kiri sebuah cawan dari tengkorak yang penuh darah. Tunggangan beliau adalah seekor hewan mistis yang berasal dari Asia Timur bernama Kilin, yang seringkali digambarkan sebagai mahluk berkaki empat dengan kaki kuda, tanduk rusa dan kulit bersisik.

Kembali ke menu utama

 

Ikonografi Dorje Shugden

Dalam pengertian rupa Buddha, ikonografi secara umum mengacu pada berbagai simbol dalam penggambaran sosok Buddha yang biasanya mewakili sifat-sifat khusus Buddha tersebut. Jika kita menguraikan ikonografi Dorje Shugden, kita akan menyadari bahwa setiap simbol menggambarkan suatu sifat tercerahkan yang khusus. Tapi dalam pengertian keseluruhannya, ikonografi Dorje Shugden melambangkan sebuah jalur yang lengkap menuju pencerahan. Karena itu, bermeditasi pada bentuk Dorje Shugden (dengan pengertian yang akurat tentang ikonografinya) akan menghasilkan pahala yang menjadi energi tambahan bagi perjalanan spiritual seorang praktisi. Berikut ini adalah ikonografi bentuk utama beliau, Duldzin Dorje Shugden.

Click on image to enlarge.

Klik pada gambar untuk memperbesar.

Catatan:

  1. Api Kebijaksanaan
  2. Topi Kubah Emas
  3. Pedang Kebijaksanaan
  4. Mata Ketiga
  5. Kait Penjinak
  6. Permata Jantung
  7. Luwak Pemuntah Permata
  8. Jubah Biksu
  9. Sepatu Bot Kulit Harimau
  10. Singa Salju
  11. Sang Musuh
  12. Teratai dan Bantal Matahari

 

Api Kebijaksanaan

Terdapat nyala api agung yang muncul dari dalam tubuh Dorje Shugden dan mengelilingi beliau dalam terang yang menyeruak. Api ini melambangkan pencapaian Bodhicitta, oleh Dorje Shugden, yang berarti bahwa tubuh, perkataan dan pikiran beliau berjalan dengan fungsi welas asih yang sempurna untuk kepentingan setiap mahluk sadar.

Selain itu, api ini juga melambangkan kemampuan Dorje Shugden untuk membakar habis semua rintangan dan ketidaktahuan yang menyebabkan penderitaan bagi seorang mahluk sadar. Para praktisi yang berhasil mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan Dorje Shugden akan melihat sendiri bahwa rintangan yang ada dapat diatasi dengan lebih cepat, seperti halnya api akan membakar dengan lebih efektif jika kita dekat dengannya.

 

Topi Kubah Emas

taming hook

Dorje Shugden mengenakan topi kubah emas khas seorang lama yang sedang melakukan perjalanan. Klik untuk memperbesar.

Dalam Buddhisme Tibet, ketika seorang lama melakukan perjalanan, mereka menuruti tradisi akan memakai topi bentuk kubah untuk perlindungan. Topi kubah Dorje Shugden menandakan bahwa beliau selalu bergerak aktif dan siap memberi perlindungan bagi mahluk sadar yang memohon padanya. Topi beliau juga melambangkan janji Dorje Shugden untuk selalu melindungi Pandangan Tengah Nagarjuna yang diajarkan oleh Je Tsongkhapa.

 

Pedang Kebijaksanaan

Dorje Shugden menggenggam sebilah pedang di tangan kanannya, yang mirip dengan pedang kepunyaan Buddha Kebijaksanaan, Manjushri. Pedang ini melambangkan kemampuan beliau untuk melibas habis ketidaktahuan yang menjadi akar penyebab mahluk sadar untuk terjebak dalam karma negatif dan karenanya menderita. Karena itu, Dorje Shugden menganugrahkan kebijaksanaan kepada para praktisi yang tidak hanya menyingkirkan ketidaktahuan, tapi ketika ketidaktahuan sudah sirna, kebijaksanaan bisa tumbuh berkembang.

Bentuk pedang ini, yaitu cukup pendek dan bengkok, melambangkan dua hal. Pertama, pendeknya pedang mewakili kesediaan Dorje Shugden untuk melindungi praktisi secar cermat dalam melawan ketidaktahuan dan karma negatif. Yang kedua, bentuknya yang bengkok melambangkan ampuhnya Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma karena pedang bengkok berkemampuan merusak lebih daripada pedang yang lurus.

Another close up of the magnificent Dorje Shugden.

Dorje Shugden menggenggam sebilah pedang di tangan kanannya, melambangkan kemampuan beliau untuk melibas habis ketidaktahuan yang menjadi akar penyebab mahluk sadar untuk terjebak dalam karma negatif dan karenanya menderita.

 

Mata Ketiga

Di samping memiliki sepasang mata seperti lazimnya, Dorje Shugden juga punya mata ketiga yang ada di dahinya. Mata ketiga ini melambangkan kemampuan cenayang Dorje Shugden yang sempurna, yaitu kemampuan beliau untuk mencerna masa lampau, kini dan masa depan pada saat yang bersamaan dan tanpa batas.

Dalam pengertian lain, mata ketiga juga mewakili kemampuan Dorje Shugden untuk mengerti sifat realita dengan persepsi tajam yang menembus ketidaktahuan dan delusi. Hal ini menjadi atribut yang penting untuk sosok Pelindung Dharma, karena Dorje Shugden mampu bertindak dalam caranya yang membantu mahluk sadar, jangka pendek maupun panjang.

 

Kait Penjinak

Pada satu sisi, kait penjinak yang ditopang lengan kiri Dorje Shugden, melambangkan kemampuan beliau untuk mengendalikan pikiran negatif dari seorang praktisi. Dorje Shugden ampuh dalam mengendalikan pikiran yang liar dan negatif, penyebab utama ucapan dan tindakan buruk, yang menghasilkan penumpukan karma negatif bagi mahluk sadar.

Di sisi lain, kait penjinak melambangkan kemampuan Dorje Shugden untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi praktisi untuk mencapai kemajuan secara lancar pada jalur spiritual yang mereka tapak. Kondisi seperti itu bisa berupa kekayaan materi, hubungan dengan sesama yang sehat atau bahkan keberuntungan dalam mendapatkan guru spiritual yang mumpuni.

 

Permata Jantung

Dorje Shugden wears the golden domed hat of a traveling lama. Click to enlarge.

Dorje Shugden memegang sebuah kait penjinak dan permata jantung di tangan kirinya. Klik untuk memperbesar.

Dorje Shugden menggenggam sebuah permata jantung di tangan kirinya yang dapat melambangkan beberapa hal yang berbeda. Satu pengertian adalah bahwa jantung tersebut adalah milik “sang musuh”, yaitu ketidaktahuan mahluk sadar. Dalam hal ini, Dorje Shugden bertindak sebagai Pelindung Dharma yang mencabik dan menghancurkan intisari penderitaan sang praktisi, yaitu ketidaktahuan.

Permata jantung juga melambangkan potensi awal mahluk sadar untuk mencapai pencerahan, juga keinginan mereka untuk memenuhi potensi tersebut. Dalam hal ini, Dorje Shugden tampil untuk mendukung potensi ini dan melindungi praktisi yang bertujuan mencapai pencerahan.

 

Luwak Pemuntah Permata

H.E. Tsem Rinpoche with the world’s largest Dorje Shugden statue in Kechara Forest Retreat. Click to enlarge.

Yang Mulia Tsem Rinpoche dengan patung Dorje Shugden terbesar di dunia di Kechara Forest Retreat. Klik untuk memperbesar.

Sang luwak pemuntah permata, yang bertengger di lengan kiri Dorje Shugden, adalah sebuah simbol tradisional akan kemakmuran dan kemurahan hati. Dalam hal ini, kemakmuran mengacu pada kekayaan batin maupun materi. Permata yang keluar dari luwak ini juga dikenal sebagai permata pengabul permintaan, jadi bukan sekedar permata duniawi. Permata pengabul permintaan ini muncul dari pikiran tercerahkan Dorje Shugden yang bisa membantu dan memberi manfaat pada kita. Permata semacam ini tentunya berbeda dengan permata duniawi yang seringkali menciptakan penderitaan karena menjadi obyek kemelekatan dan keinginan bagi mahluk sadar.

Kekayaan materi dinilai secara berbeda antar satu sama lain dan dapat berupa berbagai bentuk seperti uang yang bertambah dan kesehatan, hubungan antar sesama yang harmonis dan koneksi kerja yang menguntungkan. Namun, apapun bentuknya, tanpa harus khawatir tentang tidak cukupnya materi, para praktisi dengan pasti bisa lebih berfokus pada praktik spiritual mereka. Dengan logika yang sama, setiap orang memiliki kebutuhan spiritual yang berbeda; beberapa orang bisa jadi suka cemburu, dan orang lain gampang marah. Kekayaan spiritual dapat berupa pengurangan emosi negatif, atau dalam bentuk menggapai pencapaian spiritual sebagai hasil dari praktik yang konsisten.

Karena itu, sang luwak pemuntah permata mewakili kemampuan Dorje Shugden untuk menyediakan kekayaan materi dan batin bagi praktisi dalam jumlah yang berlimpah, supaya lingkungan yang kondusif bagi praktik spiritual bisa tercipta.

 

Jubah Biksu

Dorje Shugden tampil sebagai seorang biksu yang sepenuhnya tertahbiskan dengan jubah tiga lapisnya. Penampakannya sebagai seorang biksu melambangkan banyak kehidupan lampau beliau sebagai guru spiritual dengan pencapaian tingkat tinggi. Secara khusus, dalam kedua kehidupan lampau dimana beliau berjanji akan menjadi Pelindung Dharma, dan ketika beliau akhirnya bangkit sebagai Pelindung Dharma, beliau saat itu adalah biksu yang sangat dihormati pada tingkat yang tertinggi.

Jubah biksu tiga lapis beliau mewakili tiga rangkaian sumpah Buddhis. Hal ini menunjukkan disiplin diri tak tergoyahkan yang melekat pada Dorje Shugden, yang merupakan inspirasi bagi praktisi spiritual untuk mencontohnya.

 

Sepatu Bot Kulit Harimau

Dorje Shugden memakai sepasang sepatu bot yang terbuat dari kulit harimau, yang melambangkan kedekatan beliau dengan mahluk sadar yang memiliki nafsu keduniawian. Hal ini berarti tingkat pahala yang diperlukan seorang mahluk sadar untuk menerima bantuan Dorje Shugden jauh lebih rendah, dibandingkan dengan para Pelindung Dharma lainnya yang tidak menyatakan diri dalam bentuk duniawi. Lebih jauh, ini berarti bahwa hasil dari memohon bantuan Dorje Shugden biasanya dapat dirasakan jauh lebih cepat dibanding dengan Pelindung Dharma lainnya.

 

Singa Salju

Kendaraan Dorje Shugden, berupa seekor singa salju, adalah hewan surgawi Tibet. Singa salju menurut tradisi bersifat garang dan kuat, dan di sini ia berupa representasi dari pikiran Dorje Shugden yang tak kenal takut. Rasa takut hanya muncul ketika kita penuh ketidaktahuan, karena itu pikiran pemberani Dorje Shugden adalah sebuah bukti akan kemampuannya meyingkirkan ketidaktahuan dan menanam kebijaksanaan pada pikiran mahluk sadar lainnya.

Dalam pengertian lainnya, singa salju juga mewakili kemampuan Dorje Shugden dalam menjinakkan pikiran yang liar dan garang. Selain itu, kemurkaan singa salju menandakan kecepatan yang dimiliki Dorje Shugden dalam membantu mahluk sadar dan kuasa yang dimilikinya dalam menaklukkan berbagai rintangan besar yang bisa muncul pada jalur spiritual.

 

Sang Musuh

Terkadang singa salju tunggangan Dorje Shugden digambarkan sedang menginjak-injak sosok manusia. Sosok ini adalah cerminan bentuk manusia kita sendiri dan melambangkan tiga racun pikiran; ketidaktahuan, kemelekatan dan rasa benci. Ketiga racun ini adalah musuh sejati yang menyebabkan mahluk sadar mengalami penderitaan di Samsara. Oleh sebab itu, Dorje Shugden dan singa saljunya menginjak-injak sang musuh melambangkan kemampuannya menaklukkan dan mengalahkan ketiga racun pikiran. Selain itu, sang musuh seringkali juga digambarkan sedang diinjak ke dalam sebuah bantal matahari, yang melambangkan pengenyahan sang musuh melalui pemahaman akan kekosongan atau sunyata.

 

Teratai dan Bantal Matahari

Dorje Shugden rides on a mythical snow lion which stands atop a lotus, representing the purity of the enlightened mind. Click on image to enlarge.

Dorje Shugden mengendarai seekor singa salju mistis yang berdiri di atas setangkai bunga teratai, melambangkan kemurnian pikiran yang tercerahkan. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Bunga teratai adalah sebuah simbol umum dalam Buddhisme dan dapat ditemukan dalam berbagai rupa Buddha. Bunga ini tumbuh dalam air yang keruh tapi merekah di atas permukaan air dan tampak bersinar dan penuh warna. Karena itu bunga teratai melambangkan kemurnian pikiran tercerahkan yang tidak tercemar oleh penyebab penderitaan dalam Samsara.

Lebih jauh, terdapat berbagai interpretasi tentang apa yang dilambangkan oleh sekuntum teratai, berdasarkan warna bunganya. Tapi dalam ikonografi Dorje Shugden, pikiran beliau yang tercerahkan dan bahwa tindakan beliau didasarkan atas welas asih yang murni untuk mahluk sadar lainnya.

Pada akhirnya, bantal matahari melambangkan pemahaman sempurna Dorje Shugden tentang sunyata. Hal ini membuktikan kemampuannya membimbing para praktisi menuju tingkatan pengertian yang sama tentang sunyata, yang pada gilirannya menjadi penyebab dihilangkannya ketiga racun pikiran.

Kembali ke menu utama

 


 

Persiapan Untuk Praktik Dorje Shugden

Sebelum memulai praktik Dorje Shugden, akan sangat membantu untuk memahami bagaimana dan mengapa kita (sebagai Buddhis) dianjurkan untuk menyusun sebuah altar. Dalam bagian ini, kita akan membahas pengetahuan dasar tentang berbagai altar dalam tradisi Buddhisme Tibet serta sejumlah saran yang praktis tentangnya. Hal ini akan termasuk komponen-komponen utama sebuah altar Buddhis Tibet dan saya akan memberi anda beberapa ide untuk persembahan yang dianjurkan. Khususnya dalam tradisi Buddhisme Tibet, altar sangat membantu dalam memaksimalkan manfaat dari praktik yang tengah kita jalani.

Altars can vary greatly in terms of how elaborate or creative they are. Our personal shrines should be in accordance with our lineage, and reflect the deities we rely on and the practices we do. Click on image to enlarge.

Altar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik sedemikian rumit maupun kreatif sesuai kehendak kita. Altar pribadi kita hendaknya sesuai dengan silsilah praktik kita dan mencerminkan dewata yang kita andalkan dan praktik yang kita lakukan. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Apa yang dimaksud dengan Altar?

Sebuah altar adalah tempat spesifik dimana persembahan dibuat kepada suatu subyek terkhusus. Ini menjadi alasan mengapa altar dapat ditemukan di kebanyakan agama besar juga di sekte-sekte kecil lainnya. Bahkan dalam Buddhisme Tibet, altar dapat didirikan bagi mahkluk tak tercerahkan, seperti kepada Pelindung Dharma tak tercerahkan, Namkar Barzin. Tetapi dalam bagian ini kita akan fokus pada cara-cara membuat sebuah altar Buddhisme Tibet untuk Dorje Shugden, sosok mahluk yang tercerahkan.

Sebuah altar dapat didirikan di berbagai tempat seperti di kantor, kamar tidur atau ruang keluarga. Dengan alasan rasa hormat dan untuk praktisnya, dianjurkan tidak membuat sebuah altar di dekat kaki ranjang, dalam kamar mandi atau tempat yang ramai atau sibuk seperti di dapur. Persembahan pada altar dapat berupa barang-barang seperti air, dupa, buah dan bunga segar. Ini menjadi pertanda keinginan kita untuk memperlakukan sosok tujuan altar tersebut seakan-akan beliau adalah tamu yang sangat kita hormati dan muliakan.

Tidak ada batas minimum maupun maksimum dalam ukuran sebuah altar tapi secara umum dianjurkan untuk memiliki sebuah altar sebesar dan sebagus mungkin sesuai kemampuan kita. Secara keseluruhan yang penting untuk altar Buddhisme Tibet adalah gampangnya akses kita pada altar itu sendiri, oleh karena itu sebaiknya tidak terlalu tinggi letaknya maupun terlalu rendah.

 A Buddhist altar is used by the practitioner to purify negative karma, and to generate merits which will create the causes for us to have conducive conditions in order to further our spiritual practice. Click on image to enlarge.

Sebuah altar Buddhis digunakan oleh praktisi untuk memurnikan karma negatif, dan untuk menghasilkan pahala yang pada gilirannya akan menciptakan penyebab bagi kita untuk memiliki kondisi yang sesuai untuk memajukan praktik spiritual kita.

Kembali ke menu utama

 

Fungsi sebuah Altar Buddhis Tibet

Dalam Buddhisme Tibet, sebuah altar secara umum menyediakan sebuah ruang khusus bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas spiritual seperti meditasi, menyiapkan persembahan dan membaca doa. Melalui praktik semacam ini, sebuah altar berfungsi sebagai sarana untuk praktisi memurnikan karma buruk mereka dan menciptakan pahala untuk memantapkan jalur spiritual mereka.

Sebuah altar seharusnya memiliki sebuah rupa Buddha, dan rupa ini hendaknya merupakan Buddha khusus yang kita sembah. Sebagai contoh, jika kita menyembah Dorje Shugden, kita hendaknya memiliki setidaknya satu rupa Dorje Shugden pada altar kita. Hal ini dikarenakan altar juga berfungsi sebagai alat bantu visual bagi praktisi selama bermeditasi atau berdoa.

An elaborate traditional Tibetan altar. Click on image to enlarge.

Sebuah altar tradisional Tibet dengan tingkat detil yang tinggi. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Biarpun kita diperbolehkan membuat altar pada mahluk yang belum tercerahkan, secara umum kita dianjurkan untuk memisahkan altar kita yang ditujukan pada mahluk tercerahkan. Hal ini untuk mengingatkan kita akan tujuan akhir Buddhisme, yaitu mencapai pencerahan. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kita bukanlah berdoa pada mahluk tercerahkan itu sendiri tapi pada pencapaian mereka akan sifat-sifat tercerahkan. Karena itu, sebuah altar mengingatkan sang praktisi akan tujuan spiritualnya untuk mengembangkan sifat-sifat sosok yang tercerahkan.

Secara umum, altar ada untuk memberi manfaat bagi para praktisi, bukanlah memberi manfaat pada subyek altar itu sendiri. Altar kita jangan disalah artikan sebagai sarana untuk menyogok sosok yang tercerahkan untuk memenuhi permintaan kita yang egois. Karena mahluk tercerahkan tidak memiliki kemelekatan maupun nafsu, upaya untuk menyogok mereka tidak akan pernah berhasil. Mereka hanya akan mengabulkan permintaan kita selama hal tersebut bisa membantu kita dalam perjalanan spiritual kita. Karena itu altar hanya memberi manfaat bagi orang yang melakukan praktik spiritual mereka secara tulus, dengan kerinduan untuk mengubah pikiran mereka secara positif untuk memberi manfaat mahluk sadar lainnya.

Having an altar creates a stronger connection with the enlightened beings to generate incredible transformation in our lives.

Memiliki sebuah altar menciptakan koneksi yang lebih kuat dengan mahluk tercerahkan untuk memungkinkan transformasi yang luar biasa pada kehidupan kita. Klik pada gambar untuk mengunduh file resolusi tinggi atau klik di sini untuk melihat gambar lainnya.

Kembali ke menu utama

 

Komponen-komponen Utama Sebuah Altar

Dalam Buddhisme Tibet, kita dianjurkan memiliki tiga komponen utama pada altar kita.

  • Tubuh Sang Buddha
  • Ucapan Sang Buddha
  • Pikiran Sang Buddha

Salah satu fungsi utama sebuah altar adalah untuk membantu proses pemurnian karma buruk dan penciptaan pahala. Tubuh, ucapan dan pikiran kita adalah sarana yang kita miliki untuk mengumpulkan karma buruk atau baik serta untuk menciptakan pahala. Karena itu, ketiga komponen utama pada sebuah altar mengingatkan sang praktisi untuk berfokus dan mengendalikan tubuh, ucapan dan pikiran mereka. Lebih lanjut, ketika kita menyiapkan persembahan untuk tubuh, ucapan dan pikiran Sang Buddha, kita menciptakan pahala untuk diri kita sendiri untuk mencapai sifat-sifat tercerahkan di masa depan.

 

Tubuh Sang Buddha

A Buddha’s body is typically represented by a Buddha image such as a statue. Click on image to enlarge.

Tubuh Sang Buddha biasanya diwakili oleh sebuah rupa Buddha seperti sebuah patung. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Tubuh Sang Buddha biasanya diwakili oleh sebuah rupa Buddha yang bisa dalam berbagai bentuk seperti patung, gambar digital atau lukisan. Rupa-rupa sang Buddha biasanya digunakan untuk mewakili tubuh Sang Buddha karena menunjukkan banyak sifat tercerahkan yang menjadi tujuan para praktisi untuk mencapainya. Rupa Buddha seringkali ditempatkan di tengah sebuah altar karena ini menyimbolkan bahwa praktik spiritual kita bersumber pada Sang Buddha. Tubuh Sang Buddha juga menyediakan praktisi dengan sebuah acuan visual yang berguna selama meditasi.

 

Ucapan Sang Buddha

A Buddha’s speech is typically represented by a Dharma text such as a prayer book. Click on image to enlarge.

Ucapan Sang Buddha biasanya diwakili oleh sebuah teks Dharma seperti buku doa. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Ucapan Sang Buddha biasanya diwakili oleh sebuah teks Dharma, yang dapat mengambil berbagai bentuk seperti sebuah buku edukasi atau sebuah buku kecil berisikan doa. Kita dianjurkan untuk menempatkan sebuah teks Dharma pada sisi kiri altar kita karena mewakili semua ajaran Sang Buddha dalam bentuk tertulis. Teks Dharma sangatlah dihargai karena menyediakan jalan bagi praktisi untuk menerima ajaran Sang Buddha dengan cara yang mudah diakses. Teks Dharma manapun bisa digunakan tanpa melihat tingkat kesulitannya atau ukurannya, selama teks tersebut mengandung intisari ajaran Sang Buddha. Selain itu, kita bisa menggunakan teks dalam bahasa apapun karena tidak masalah selama kita bisa mengerti isi dari buku atau teks tersebut.

 

Pikiran Sang Buddha

A Buddha’s mind is typically represented by a stupa. Click on image to enlarge.

Pikiran Sang Buddha biasanya diwakili dengan sebuah stupa. Klik pada gambar untuk memperbesar

Pikiran Sang Buddha biasanya diwakili dengan sebuah stupa, yaitu sebuah struktur berbentuk kubah yang seringkali berisi relik suci dan juga sering menjadi pusat ritual untuk dikelilingi. Dalam Buddhisme Tibet, terdapat berbagai macam stupa tapi untuk altar kita, kita bisa memakai stupa kecil tipe apapun. Stupa merupakan alat bantu ingat bahwa setiap mahluk sadar memiliki potensi untuk mencapai pikiran yang tercerahkan, dan menjadi bebas dari ketidaktahuan, sekaligus menjadi penuh welas asih secara sempurna. Karena itu, sebuah stupa ditempatkan di sisi kanan altar untuk melambangkan tekad tulus praktisi untuk mengendalikan dan mengembangkan pikiran mereka menuju pencerahan.

 

Rupa Guru (Komponen Tambahan)

Perlu diperhatikan bahwa di samping ketiga komponen utama, kita juga dianjurkan untuk memiliki rupa guru kita pada altar. Hal ini untuk mengingatkan kita bahwa kita bisa menerima ajaran berharga Sang Buddha karena guru kita telah menghabiskan waktu dan usaha untuk mengajarkannya pada kita. Perkembangan spiritual kita tentunya menjadi lebih lama dan tidak konsisten jika kita hanya belajar dari membaca teks Dharma, tanpa adanya seorang guru untuk meluruskan salah pengertian dan salah praktik kita. Namun, ini hanya sebuah komponen pilihan untuk diadakan atau tidak, supaya praktisi yang tidak memiliki guru masih bisa membuat altarnya masing-masing secara lengkap.

Kembali ke menu utama

 

Altar Yidam dan Pelindung Dharma

An altar for Dharma Protector, in this case, Karma Shugden or Trakze. Click on image to enlarge.

Sebuah altar untuk sosok Pelindung Dharma, dalam hal ini Karma Shugden atau Trakze. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Secara garis besar terdapat dua tipe altar dalam Buddhisme Tibet, yaitu altar yidam dan altar Pelindung Dharma. Umumnya perbedaan utama antara altar yidam dan Pelindung Dharma terletak pada rupa Sang Buddha yang dipakai untuk mewakili Tubuh Sang Buddha. Seperti yang tersirat dalam namanya, sebuah altar yidam menggunakan rupa Sang Buddha dalam bentuk dewata meditasi tercerahkan seperti Manjushri. Sebuah altar Pelindung Dharma menggunakan rupa sosok Pelindung Dharma yang dituju seperti Dorje Shugden.

Dalam tradisi yang ada, pada kuil-kuil Buddhis Tibet, altar yidam dan altar Pelindung Dharma terletak pada ruangan atau bangunan yang berbeda. Hal ini dikarenakan bahwa beberapa Pelindung Dharma dilarang dilihat atau dipraktikkan tanpa inisiasi dari seorang guru. Ritual inisiasi kadangkala diperlukan karena sosok Pelindung Dharma dapat memiliki penggambaran visual yang ekstrim seperti terdapatnya kepala yang terpenggal atau tubuh yang telanjang, sesuatu yang mungkin membingungkan dan mengagetkan bagi mereka yang tidak mengerti tentang makna-makna dari penggambaran tersebut.

Jika untuk suatu alasan kita tidak bisa memisahkan altar yidam dan Pelindung Dharma, kita diperbolehkan meletakkan rupa Pelindung Dharma kita di sisi kanan altar, di samping stupa, atau satu tingkat di bawah landasan utama altar kita. Yang perlu diperhatikan, rupa yidam kita tetap ada di tengah altar dan rupa Buddha tambahan yang bukan Pelindung Dharma dapat diletakkan di sisi kiri altar, di samping teks Dharma.

Where there are space constraints, practitioners may incorporate an image of their Dharma Protector (in this case, Dorje Shugden) into their main shrine at home, by placing the image of Dorje Shugden on the right side of the shrine. Click on image to enlarge.

Jika ada keterbatasan ruang, praktisi bisa memasukkan rupa Pelindung (dalam hal ini, Dorje Shugden) menjadi bagian dari altar utama mereka di rumah, dengan meletakkan rupa Dorje Shugden pada sisi kanan altar. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Persembahan Altar bagi Pemula

Bagian berikut ini akan mengandung perkenalan singkat pada tipe-tipe persembahan yang dengan mudah dapat disiapkan oleh pemula dan relevan terhadap praktik Dorje Shugden. Pada umumnya kita dianjurkan untuk menyiapkan sebanyak mungkin persembahan tapi untuk ini kita juga harus bersikap pragmatis karena situasi pribadi kita masing-masing tidak sama. Sebagai contoh, jika kita hanya mampu mempersembahkan semangkuk air, maka sebaiknya kita lakukan itu karena hal tersebut lebih baik daripada membiarkan altar kita kosong. Praktik menyiapkan persembahan adalah cara untuk memaksimalkan fungsi sebuah altar yang pada pokoknya adalah memurnikan karma buruk dan memperbanyak pahala. Sebagai contoh, karena emas lebih berharga daripada kayu, kita seharusnya menyiapkan persembahan kita dalam mangkuk berwarna emas daripada kayu. Ini dapat membantu menurnikan karma buruk yang menyebabkan kekikiran dan ketika menjadi lebih murah hati, kita akan mendapatkan pahala untuk membantu kita meringankan rintangan finansial di masa depan.

Kita juga disarankan untuk prepare and replace the recommended offerings on a consistent basis (seperti setiap hari atau minggu). Hal ini kita terapkan untuk memupuk stabilitas yang lebih baik dalam pikiran kita seiring dengan berjalannya praktik spiritual kita. Membuang barang bekas persembahan juga harus dilakukan dengan rasa hormat, sebagai contoh, kita tidak patut membuang air bekas persembahan ke dalam toilet. Selain itu, mangkuk persembahan yang sedang tidak dipakai harus dicuci bersih dan dibalik atau disimpan. Adalah tidak baik meninggalkan mangkuk persembahan kosong pada altar kita, karena ini mirip dengan memberi tamu makan malam kita hanya piring yang kosong.

Buddhists are encouraged to set out offerings on the altar, to generate merits by making offerings to the Three Jewels. Click on image to enlarge.

Umat Buddhis dianjurkan untuk memberi persembahan pada altar, untuk memperbanyak pahala dengan berbakti pada Tiga Permata. Klik pada gambar untuk memperbesar.

 

Persembahan Air

Sebuah tipe persembahan yang umum dilakukan pada sebuah altar Buddhis Tibet adalah persembahan air. Persembahan air adalah sebuah cara yang sederhana tapi ampuh untuk memurnikan karma buruk dan membekali diri dengan pahala karena air sangat mudah didapatkan. Persembahan ini paling umum disiapkan menggunakan air bening untuk melambangkan sifat-sifat pikiran yang tercerahkan. Tetapi, jika kita mau (sebagai bagian dari menghiasi persembahan), kita bisa memasukkan ke dalam air rempah-rempah atau bunga seperti kelopak bunga krisan atau rempah safron. Lebih dari itu, mempersembahkan air pada altar kita membuat praktisi menerima beberapa manfaat yang berbeda.

  1. Kejernihan Pikiran Bak Kristal – Berkembangnya pikiran yang jernih dan waspada
  2. Ketenangan batin – Berkembangnya moral yang murni dan penuh disiplin
  3. Rasa Manis – Tersedianya makanan dan minuman yang nikmat di kehidupan-kehidupan selanjutnya
  4. Keringanan Beban – Lahir kembali dalam tubuh fisik yang kuat dan lengkap
  5. Kelembutan – Berkembangnya sebuah pikiran yang tenang dan lembut
  6. Bebas dari ketidakmurnian – Purifikasi karma buruk yang ampuh
  7. Menenangkan Perut – Berkembangnya kesehatan yang baik, tanpa penyakit
  8. Menjernihkan Tenggorokan – Berkembangnya ucapan yang memikat dan berwibawa

Disarankan bahwa persembahan air disiapkan dalam mangkuk-mangkuk yang diisi penuh dan ditempatkan berjarak sedikit satu sama lain berjejer pada satu garis lurus. Mangkuk-mangkuk persembahan secara tradisi ditata secara khusus dari sisi kiri ke kanan di atas altar. Sebaliknya ketika sedang tidak dipakai, mangkuk-mangkuk ini disimpan, ditata dari kanan ke kiri. Jika kita memang hanya memiliki mangkuk dalam jumlah terbatas untuk melakukan persembahan, kita bisa menyiapkan air dalam mangkuk yang ada, kemudian mengosongkannya dan mengulang proses pengisian sampai dirasa cukup.

Water offerings are the most fundamental offerings we can make to the Three Jewels. Click on image to enlarge.

Persembahan air adalah bentuk persembahan paling mendasar yang bisa kita lakukan pada Tiga Permata. Klik pada gambar untuk memperbesar.

 

Persembahan dupa

Persembahan dupa seringkali disiapkan dalam bentuk stik dupa yang dapat dibakar, terbuat dari campuran beberapa bahan seperti daun wangi, kayu dari berbagai pohon, mentega, gula dan rempah-rempah obat lainnya. Secara keseluruhan, dupa yang kita persembahkan hendaknya memiliki aroma yang kita sukai dan bersifat menenangkan, karena fungsi utamanya adalah menyingkirkan bau-bau tidak sedap dari lingkungan sekitar. Karena itu kita harus berusaha memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan murni dan tidak tercemar oleh polutan seperti bawang putih dan bombay.

Persembahan dupa melambangkan sifat memiliki moral yang murni dan membantu praktisi untuk memicu diri mengembangkan disiplin kuat yang diperlukan untuk menjaga nilai-nilai moral tersebut. Dalam arti yang sekuler, kita juga akan lebih mudah menepati janji kita pada keluarga, teman dan kolega kita. Dalam konteks spiritual, kita akan lebih mampu menjaga sumpah spiritual yang kita buat pada guru kita, yang mungkin termasuk menyelesaikan tugas yang diberikan atau lebih konsisten dalam usaha kita mentransformasi tubuh, ucapan dan pikiran kita.

The offering of incense reminds us to hold our vows purely and creates the causes for us to do so. Click on image to enlarge.

Persembahan dupa mengingatkan kita untuk teguh memegang janji kita secara murni dan terus memotivasi diri untuk tetap setia pada janji kita. Klik pada gambar untuk memperbesar.

 

Persembahan Cahaya

Secara tradisi, persembahan cahaya diberikan dalam bentuk lentera mentega dan lilin. Namun, dalam masa modern ini, kita juga dianjurkan menawarkan cahaya artifisial sebagai sebuah alternatif. Lilin elektrik atau lampu listrik sangat bisa dipakai karena sifatnya yang mudah didapat, cocok ditempatkan pada altar dan mencerminkan persembahan cahaya yang lebih tradisional. Tipe-tipe lampu lainnya juga bisa dipersembahkan seperti lampu LED kecil atau lampu sorot.

Persembahan cahaya memiliki beberapa manfaat untuk para praktisi seperti menciptakan penyebab tubuh yang sehat, kekayaan yang langgeng dan berkembangnya kemampuan cenayang. Tapi, seringkali ada penekanan khusus pada bagaimana persembahan cahaya menyebabkan praktisi untuk memiliki pikiran yang jernih sehingga kebijaksanaan yang besar lebih mudah ditumbuhkan serta pemahaman akan Dharma.

Karena cahaya menyingkirkan kegelapan dan memungkinkan kita untuk melihat hal-hal yang tanpanya akan tersembunyi, persembahan cahaya menjadi simbol pengenyahan ketidaktahuan yang dapat disamakan dengan kegelapan yang menyelimuti pikiran kita. Ketidaktahuan dianggap sebagai penyebab utama mahluk sadar tidak menyadari potensi masing-masing untuk mengembangkan sifat-sifat tercerahkan. Karena itu, persembahan cahaya merupakan sebuah sarana penangkal kuat dan langsung bagi penyebab utama penderitaan kita.

Making light offerings is a very good method for cutting through obstacles. Click on image to enlarge.

Menghaturkan persembahan cahaya adalah cara yang sangat baik untuk menyingkirkan rintangan. Klik pada gambar untuk memperbesar.

 

Serkym (Persembahan Teh Hitam)

Persembahan Serkym umumnya diasosiasikan dengan praktik Pelindung Dharma karena persembahan ini merupakan permohonan untuk pertolongan yang cepat untuk menghadapi rintangan kita. Kata ‘ser’ berarti keemasan dan kata ‘kym’ memiliki arti minuman. Karena itu ‘serkym’ biasanya diterjemahkan sebagai ‘minuman keemasan’. Teh sering dipersembahkan sebagai serkym karena warnanya yang mirip, dan oleh sebab itu persembahan serkym sering disebut juga sebagai ‘persembahan teh hitam’. Lebih lanjut, kita dianjurkan untuk menyiapkan serkym dalam keadan sepanas mungkin karena panasnya teh mewakili energi bagi Sang Pelindung Dharma untuk datang membantu dengan cepat. Kita juga dapat menyiapkan persembahan serkym dengan jenis minuman pengganti lainnya, seperti susu atau minuman berkarbonasi seperti cola.

Persembahan Serkym seringkali disiapkan menggunakan tempat penyaji dua tingkat, yang terdiri dari bagian yang lebih panjang di atas dan lebih lebar di bawah sebagai landasan. Kita dianjurkan untuk menggunakan set serkym yang terbuat dari bahan tradisional seperti kuningan, perunggu atau perak, tetapi jika hal tersebut tidak memungkinkan kita bisa juga menggunakan bahan pengganti seperti kaca, kristal atau kayu. Untuk menyiapkan sebuah persembahan serkym, bagian atas seharusnya ditaruh di bagian bawa dan minuman serkym sebaiknya dituangkan ke dalam cawan atas sampai meluber turun ke cawan bawah. Tumpahnya serkym mengalir ke bawah melambangkan melimpahnya pahala yang diciptakan untuk mendukung praktik spiritual kita. Yang terakhir, persembahan serkym dapat dituangkan secara bertahan beriringan dengan pembacaan doa tetapi bisa juga dituang sebelum pembacaan doa.

Serkym is a very powerful extended offering to the Dharma Protector requesting swift assistance. Click on image to enlarge.

Serkym merupakan persembahan tambahan yang ampuh untuk Sang Pelindung Dharma untuk memohon bantuan cepat. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Kembali ke menu utama

 

Membersihkan dan Merawat Altar

Kita perlu mengingat suatu aturan standar ketika mengganti atau menyiapkan persembahan kita; yaitu bahwa yang kita siapkan adalah persembahan simbolis untuk tamu agung. Tapi, karena tamu agung kita adalah sosok mahluk tercerahkan yang bersedia dan mampu membantu kita dengan masalah duniawi maupun spiritual yang sedang dihadapi, kita sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak pelit dalam menyiapkannya. Hal ini supaya kita bisa menjalin hubungan karma yang lebih dekat dengan mahluk tercerahkan di altar kita sehingga kita juga bisa dengan cepat menerima bantuan mereka. Karena itu, dengan segala kemampuan kita, kita seharusnya memastikan bahwa persembahan kita ditaruh pada tempat saji yang dalam kondisi baik, persembahan kita diganti secara teratur dan kita tidak meninggalkan nampan kosong di altar. Lebih lanjut, kita juga harus secara teratur membersihkan permukaan dan komponen-komponen utama altar kita dari debu dan kemudian mengelapnya dengan kain bersih.

Seperti halnya dengan hal-hal yang kita gunakan dalam hidup kita, manfaat fisik yang didapat dari membersihkan dan merawat altar kita sangat penting adanya. Tapi ada juga manfaat spiritual yang bisa didapat dari kegiatan ini. Telah ditulis bahwa dengan membersihkan dan merawat altar atau tempat manapun yang menjadi rumah bagi tubuh, ucapan dan pikiran Sang Buddha, kita sedang memurnikan karma buruk dan mengumpulkan pahala. Khususnya, kita dapat memurnikan karma buruk yang menyebabkan pikiran kita keruh dan tidak terfokus. Oleh sebab itu, dengan membersihkan dan merawat altar kita, kita menciptakan sebab supaya pikiran kita menjadi jernih dan terfokus. Hal ini dapat membantu kita mencapai kesuksesan duniawi, dan dengan dukungan pahala juga sukses di tingkatan spiritual sehingga kita lebih bisa memahami dan mempraktikkan Dharma.

Kembali ke menu utama

 


 

Penjelasan Tentang Praktik Dorje Shugden

Akibat irama kehidupan era modern yang cepat dan tersedianya banyak hal yang bisa menarik perhatian kita, kita mungkin kesulitan untuk meyisihkan waktu hanya untuk menyiapkan persembahan dan praktik kita. Untungnya, praktik Dorje Shugden dapat dijalankan pada jumlah dan tingkatan yang berbeda-beda untuk setiap praktisi. Untuk kepentingan pengenalan pemula ini, bagian ini akan memberikan versi praktik yang cepat dan mudah dilaksanakan, dengan fokus pada bentuk beliau yang utama, Duldzin Dorje Shugden. Praktik ini dapat dilakukan tanpa inisiasi dari seorang guru. Dapat juga dilakukan oleh siapapun dari agama maupun bangsa manapun.

 

Ritual Awal dan Aktivitas Dharma

Ritual Awal adalah seperangkat pembacaan doa singkat yang menurut tradisi meneguhkan motivasi kita menjadi murni dan positif sebelum memulai aktivitas Dharma. Secara umum, aktivitas Dharma tidak hanya membantu menurnikan karma negatif dan menghasilkan pahala, tapi juga menggeser cara pandang kita yang cenderung egois menjadi lebih memikirkan orang lain. Hal ini berarti aktivitas Dharma yang dilakukan dapat berupa berbagai macam dan bentuk karena setiap orang memerlukan aktivitas yang sifatnya unik sesuai pribadi masing-masing. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, sebuah aktivitas Dharma bisa berupa menjadi relawan di sebuah dapur umum atau di sebuah penampungan hewan. Melalui pemikiran dan tindakan kita, aktivitas Dharma sering menunjukkan rasa terimakasih, cinta kasih dan kemurahan hati pada mereka yang dekat dengan kita, juga pada mereka yang tidak dekat. Menjalankan praktik Dorje Shugden dapat dianggap sebagai aktivitas Dharma karena menciptakan sebab untuk mengembangkan dan mencapai tubuh, ucapan dan pikiran yang tercerahkan, yang merupakan cara terbaik dan tertinggi untuk memberi manfaat bagi makhluk sadar lainnya.

 

Mencari Perlindungan

Dalam Buddhisme Tibet, istilah ‘mencari perlindungan’ mengacu pada kondisi terlindungi dari Samsara. Dengan kata lain, mencari perlindungan merupakan sebuah cara untuk menangkal penyebab mendasar dari penderitaan kita. Kita dianjurkan untuk mencari perlindungan pada ‘Tiga Permata’, yang terdiri dari Sang Buddha, Dharma dan Sangha. Dalam konteks ini, Sang Buddha mengacu pada sosok historis Sang Buddha Shakyamuni; Dharma bermakna ajaran Sang Buddha; dan Sangha mengacu pada semua praktisi yang telah memilih hidup didasarkan atas sumpah Pratimoksha yang diajarkan oleh Sang Buddha. Ke Tiga Permata, sebagai tempat berlindung, dapat memproteksi kita dari Samsara karena mereka berasal dari sosok mahluk tercerahkan. Jadi ketika kita melakukan aktivitas Dharma di hadapan mereka, kita akan menghasilkan pahala dengan tubuh, ucapan dan pikiran.

(Pengulangan yang dianjurkan – 3 kali)

Saya berlindung pada Guru
Saya berlindung pada Buddha
Saya berlindung pada Dharma
Saya berlindung pada Sangha

 

Menghasilkan Bodhicitta

Selanjutnya Bodhicitta dihasilkan sebagai tingkat motivasi yang paling murni bagi kita untuk melakukan aktivitas Dharma. Bodhicitta menggambarkan tubuh, ucapan dan pikiran bertindak dengan welas asih yang sempurna untuk kepentingan semua mahluk sadar. Menghasilkan Bodhicitta akan melipatgandakan manfaat yang kita terima dari karya kita melalui aktivitas Dharma apapun. Hal ini sama dengan bagaimana informasi seringkali lebih cepat diingat dan dipelajari jika kita memang tertarik dengan topik tertentu. Karena itu, ketika kita menciptakan Bodhicitta di sini, kita tidak diharapkan menjadi sempurna seperti sosok Buddha atau Bodhisattva, melainkan kita akan menumbuhkannya, sebab bagi kita untuk mencapai tingkat welas asih dan motivasi mereka bagi kepentingan semua mahluk sadar.

(Pengulangan yang dianjurkan – 3 kali)

Pada Sang Buddha, Dharma, dan Sangha
sampai masaku tercerahkan, aku berlindung.
Dengan memberi dan kesempurnaan lainnya,
Untuk menolong semua, semoga aku menjadi Buddha!

 

Empat Hal yang Tak Terukur

‘Keempat Yang Tak Terukur’ mengacu pada prosedur meditasi yang terdiri dari keinginan, doa, pemikiran tanggung jawab dan permohonan yang tak terukur. Meditasi Keempat Yang Tak Terukur didasarkan atas ide bahwa setiap mahluk sadar secara karma terhubung satu sama lain dan pada akhirnya ingin menjadi bahagia. Namun, karena kebahagiaan sejati tidak dapat digapai melalui pikiran yang mementingkan diri sendiri, Keempat Yang tak Terukur membantu untuk mengembangkan pikiran dengan cinta kasih, welas asih, rasa bersyukur dan sikap tenang terhadap setiap mahluk sadar. Oleh sebab itu, Keempat Yang tak Terukur biasanya membantu menciptakan pikiran yang pantang mementingkan diri sendiri, sehingga ikut menguatkan motivasi untuk tercapainya Bodhicitta.

Semoga semua mahluk berbahagia dan punya alasan untuk bahagia!
Semoga semua mahluk bebas dari penderitaan dan alasan untuk menderita!
Semoga semua mahluk tidak pernah dipisahkan dari kebahagiaan tanpa penderitaan!
Semoga semua mahluk hidup dalam ketenangan, bebas dari prasangka, keterikatan dan kebencian!

 

Permohonan Harian untuk Keberlimpahan, Kedamaian dan Perlindungan

Doa berikut ini disusun oleh Yang Mulia Tsem Rinpoche ke 25, bagi praktisi yang memiliki banyak tanggung jawab duniawi dan yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan versi yang lebih menyeluruh dari praktik Dorje Shugden.

Di alam-alam suci ada manifestasi ilahi yang tak terhingga banyaknya. Semua manifestasi ini secara spesifik menampakan kepada kita berbagai aspek keilahian1 guna memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup. Semua wujud rupakaya ilahi memiliki kasih sayang, cara yang cakap, dan kebijaksanaan.2 Kita memohon kepada mereka ketika kita bahagia, sedih, jatuh, tersesat, puas, bingung, hampa, dan rangkaian emosi lain yang selalu kita rasakan karena pikiran yang tak terlatih.

Karena mengerti sifat kami, Entitas Kebijaksanaan Dorje Shugden, rangkulah kami di dadamu seperti orang tua yang merangkul anak tunggalnya.

Walaupun manifestasi ilahi tidak memerlukan persembahan dan hadiah, kami memberikan kepadamu Manjushri persembahan teh, dupa dan mantra dan memohon kepadamu agar memberkati kami, menjadi bagian dari diri kami, tinggal di rumah kami, dan memberikan kami pertanda, firasat, dan pelajaran mengenai hal yang baik dan buruk. Ketika negativitas muncul, padamkanlah dengan segera. Tingkatkanlah hal-hal positif dalam pikiran saya yang lelah dan usang karena saya menyandarkan harapan kepada dirimu.

Ketika kesulitan, masalah dan kekacauan timbul, kami memohon kepadamu, yang merupakan kulminasi dari semua hal yang ampuh, suci, dan maha-tahu untuk memberkati diri, keluarga, orang-orang tercinta, lingkungan, dan bahkan hewan peliharaan kami. Semoga saya melihat kebijaksanaan, menemukan harapan, dan berada dalam kedamaian.

Saya memohon kepadamu, O Pelindung Ilahi Dorje Shugden, yang mengenakan topi berkubah bundar dan tiga jubah biksu , berwarna safron, yang memegang pedang kebebasan, keadilan, dan kebijaksanaan, dan menggenggam permata pengabul harapan, yang mengendarai singa penakluk semua hal negatif, untuk mengabulkan permintaan saya. Saya mengerti harapan saya mungkin bukanlah yang terbaik, jadi saya menyerahkan hasilnya kepada kebijaksanaanmu walaupun hal ini mungkin bukanlah apa yang ada dalam pikiran saya. Berkatilah saya dan semua orang sehingga kami dapat tiba di kota kebebasan yang agung.

Pelindung Agung Dorje Shugden, saya memohon kepadamu dengan tulus dari lubuk hati yang terdalam, jadilah bagian dari hidup saya, berkatilah rumah saya, berikanlah saya kebijaksanaan, ketenangan, dan kenyamanan, sehingga saya dapat melayani makhluk lain tanpa pamrih, dan semoga saya dapat berfokus keluar dan tidak hanya terpaku pada diri sendiri, dan menciptakan masalah bagi mereka yang saya sayangi.

Berkatilah saya agar menjadi lebih baik, bijaksana, pengasih, toleran, dan sangat pemaaf bagi mereka yang telah menyakiti dan mencintai saya. Guna menjadi lebih dekat denganmu, Dorje Shugden, kami harus menyerahkan semua yang hal yang dangkal. Kami harus meninggalkan cara pandang yang tetap, proyeksi, dan kekakuan. Pada akhirnya, ketika saya meninggalkan pesawat keberadaan ini, hanya hal positif yang pernah saya lakukan yang berperan karena setiap hal dan setiap orang akan saya tinggalkan. Tolonglah agar saya menyadari dan bertindak berdasarkan pengertian ini sekarang! Pada masa krusial ini, tolonglah agar saya dapat melihat dirimu, Dorje Shugden yang agung dan pengasih, untuk membawa saya ke jalan manapun di langit3, guna melanjutkan perjalanan saya dalam mengembangkan spiritualitas diri.

Saya mempersembahkan teh berwarna safron dan keyakinan agar doa saya dikabulkan, dan saya mendapatkan siddhi4. Dengan melafalkan mantramu5, semoga kesembuhan, kedamaian, cinta, umur Panjang, perlindungan dan pandangan sempurna mengenai sunyata bangkit.

Mantra Untuk Menciptakan Penggenapan, Kedamaian dan Kebijaksanaan

OM BENZA WIKI BITANA SOHA
(Pengulangan yang dianjurkan – setidaknya 108 kali)

Ku persembahkan doa agung penuh ketulusan ini kepada Pelindung Surgawi Tertinggi yang maha tahu Dorje Shugden, dengan harapan ku dapat secepatnya menjadi mahluk cahaya, welas asih, cinta kasih dan pencerahan.

Catatan kaki:
1. ‘Aspek ilahi’ di sini mengacu pada sifat-sifat sosok mahluk tercerahkan seperti bodhicitta dan kebijaksanaan.
2. Rupakaya mengacu pada berbagai emanasi dari sesosok mahluk tercerahkan, seperti seorang guru.
3. ’Langit’ disini bisa mengacu pada kehidupan masa depan yang kaya secara spiritual dan/atau tanah suci kediaman sosok tercerahkan surga Tushita..
4. Pencapaian (siddhi) di sini bisa termasuk ketenangan batin dan kemampuan supernatural seperti kemampuan mempengaruhi cuaca, menaklukkan arwah jahat dan kemampuan cenayang. Sebaliknya, pencapaian yang lebih tinggi termasuk bodhicitta dan penampakan sempurna akan kekosongan (sunyata) karena hal-hal tersebut lebih penting untuk melampaui Samsara.
5.Ini juga dikenal sebagai mantra Duldzin Dorje Shugden untuk aktivitas pada umumnya.

 

Visualisasi Sederhana

Jika kita hendak melakukan sebuah visualisasi yang tepat dan cukup sederhana saat membaca mantra, kita bisa membayangkan sosok Duldzin Dorje Shugden ada di depan kita. Kemudian kita bisa membayangkan sinar cahaya putih keluar dari jantung beliau dan menerangi kita. Ketika ini terjadi, kita hendaknya berpikir bahwa karma buruk dan rintangan yang kita hadapi sedang dimurnikan dan disingkirkan oleh beliau. Lebih lanjut, kita bisa memvisualisasikan Duldzin Dorje Shugden membantu kita dalam mencapai target duniawi kita, menyembuhkan kita dari penyakit dan menciptakan sebab bagi kita untuk mengembangkan sifat-sifat tercerahkan beliau.

Sebagai gantinya, kita juga bisa membayangkan sinar terang putih beliau menimpa bukan kita melainkan orang lain, seperti kerabat dekat kita. Ketika hal ini terjadi kita juga hendaknya percaya bahwa karma buruk dan rintangan mereka sedang dimurnikan dan diatasi oleh Duldzin Dorje Shugden, dan mereka akan mendapatkan suntikan energi positif lewat manfaat dari ritual visualisasi ini.

Click on image to enlarge

Klik pada gambar untuk memperbesar

 

Serkym

Fungsi persembahan serkym adalah untuk memohon Sang Pelindung Dharma untuk memberikan bantuan yang cepat dalam mengatasi rintangan kita. Untuk alasan ini, persembahan serkym sangat dianjurkan untuk para praktisi yang sedang atau akan menjalankan tugas-tugas besar Dharma dimana banyak rintangan bisa muncul. Untung menyegarkan ingatan, persembahan serkym disiapkan menggunakan teh panas dan meski kita dianjurkan untuk menyajikan teh sepanas mungkin, kita diperbolehkan menggunakan minuman pengganti lain seperti susu atau cola.

Bagaimanapun kita memilih untuk menyajikan persembahan serkym, kita juga bisa melakukan visualisasi saat membacakan doa serkym. Jika kita ingin melakukannya, hendaknya kita membayangkan serkym sebagai sesuatu yang mirip dengan sebuah samudra luas penuh nektar surgawi yang terus meluas. Samudra penuh minuman dewata tersebut mewakili semua hal yang indah dan memikat dalam semesta, hal-hal yang kita ingini melalui kelima indera kita. Kita juga awalnya bisa membayangkan semua masalah dan rintangan yang kita hadapi dihancurkan dengan cepat dan disingkirkan, kemudian dilanjutkan dengan visualisasi tentang bagaimana rintangan di masa depan akan dicegah oleh kekuatan Dorje Shugden sebagai Pelindung Dharma kita.

Pada akhirnya, jika kita tidak memiliki waktu untuk melaksanakan doa persembahan serkym secara penuh, kita dapat hanya membaca ayat yang utama (ayat ketiga) paling tidak tujuh kali. Sebaliknya jika kita punya waktu, dan kita sedang membutuhkan bantuan secepatnya dengan masalah kita, kita bisa membaca ayat utama lebih banyak lagi untuk menciptakan energi positif dalam jumlah besar.

HUM!
O para Guru yang selalu menurunkan akumulasi kebajikan untuk menggenapi karya kami dan lainnya,
Dan para Yidam yang mengabulkan semua pencapaian, baik untuk hal-hal kecil maupun besar,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

O semua pahlawan dan dakini dari tiga alam,
Dan lautan berbagai Pelindung Dharma yang penuh kuasa dan teguh pada sumpah,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

(Ini adalah ayat utama dari doa ini dan kita dianjurkan untuk membaca ayat ini setidaknya 7 kali)
Dan yang terutama, yang maha tinggi, maha surgawi Dharmapala,
Penuh kuasa tiada tara, tegas dan trengginas, Hyang Dorje Shugden,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

O lima marga yang selalu memberi kami,
berkat damai, sejahtera, berdaya dan murka tanpa batas,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

O Sembilan Pendamping yang elok, delapan biksu penuntun,
Dan sepuluh penjaga muda yang garang dan seterusnya,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

HRI
Yang utama, Penjaga Utama ajaran Para Penakluk,
Setrap Chen yang di rombongan pengiringMu
Minuman keemasan yang penuh dengan segala kenikmatan kami haturkan; (Tuangkan serkym)
Jangan pernah lengah dalam perlindunganMu!

O Kache Marpo yang garang, penunggu yang tegas,
Juru Penggal bagi mereka dengan samaya yang terpuruk,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan, (Tuangkan serkym)
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

Darah jantung para pelanggar sumpah yang telah dimurnikan bagai emas,
Minuman ini, serkym yang mendidih,
Aku haturkan pada Namkar Bardzin dan pengiring (Tuangkan serkym)
Terimalah dan wujudkan keinginan sang yogi!

(Tuangkan semua sisa serkym sepanjang ayat berikut)
Juga segenap jelmaan yang sulit dibayangkan dan segenap emanasi mereka,
Para dewa pendamping dan roh kasar yang mengguncang tiga ribu dunia,
Melalui persembahan minuman bak amrita ini yang membawa kebahagiaan,
Semoga diriMu, setelah mencicipi, dengan segera mengabulkan keinginan kami!

Dengan kekuatan persembahan ini dan permohonan kami,
Semoga diriMu memberi kami berkat selama enam waktu
Dan, tanpa ragu, selalu lindungi diriku
jagalah aku seperti ayah kepada anaknya!

Dan segenap penungguMu yang garang,
Ingatlah sumpah janji pada Hyang Duldzin
Dan wujudkan dengan segera, tanpa tertunda,
Aksi apapun yang telah aku mohonkan!

 

Dedikasi

Dedikasi adalah bagian yang penting dalam mengakhiri aktivitas Dharma apapun dalam Buddhisme Tibet. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, ketika kita melakukan aktivitas Dharma, kita mengumpulkan pahala yang akan membantu kita dalam perjalanan spiritual kita, bahkan jika tujuan kita saat ini masih bukan pencerahan. Tapi, ketika kita mendedikasikan pahala yang kita dapatkan pada pencapaian pencerahan, kita pada dasarnya sedang mengarahkan energi positif ke dalam pikiran kita, dimana ia akan mengkristal dan akan membawa manfaat bagi kita sampai kita tercerahkan. Hal ini berarti pahala yang telah kita ciptakan tidak akan terpadamkan oleh karma buruk yang tanpa bisa kita hindari akan kita sebabkan melalui tubuh, ucapan dan pikiran kita.

(Pengulangan yang dianjurkan – sekali)

Pikiran Bodhi tertinggi dan berharga,
Jika dalam keadaan belum terlahirkan, bangkitlah,
Dan, jika sudah lahir, jangan pernah terpuruk,
Tapi berkembanglah senantiasa!

Pandangan berharga di alam sunyata
Jika dalam keadaan belum terlahirkan, bangkitlah,
Dan, jika sudah lahir, jangan pernah terpuruk,
Tapi berkembanglah senantiasa!

Semoga pahala apapun yang telah kukumpulkan di sini,
Membawa kebaikan bagi semua mahluk dan Dharma,
Dan semoga hal itu membuat inti ajaran
Losang Drakpa bersinar selamanya!

Dalam semua kehidupanku, janganlah diriku terpisah
Dari Guru-Guru yang sempurna dan semoga kurasakan keindahan Dharma.
Dengan menyempurnakan cara dan tingkatan yang harus kutempuh,
Semoga dengan cepat kuraih kondisi Vajradhara!

Melalui kebajikan ini semoga diriku segera
menggapai status Guru Deva,
Dan membawa setiap mahluk,
Tanpa kecuali, mendapatkan kondisi tersebut!

Semoga semua rintangan disingkirkan
Dan semua kondisi bagus selesai
Untuk sistem Dharma yang murni
Dari Raja Dharma, Tsongkhapa, berkembang selalu!

Karena dua akumulasi
Diriku dan yang lain di tiga jaman,
Semoga ajaran Sang Penakluk Tsongkhapa
Losang Drakpa, berkobar selamanya!

Biarlah semua membawa keberuntungan, siang dan malam!
Biarlah keberuntungan meningkat siang dan malam
Seperti matahari yang naik ke titik tertinggi di angkasa!
Tri Ratna tempatku bernaung, mohon berkatilah kami!
Tri Ratna tempatku bernaung, mohon berikan pencapaian!
Semoga keberuntungan dari Tri Ratna bersama kita!

Biarlah Guru yang terhormat hidup dalam kestabilan,
Biarlah tindakan murni menyebar ke sepuluh arah mata angin,
Dan biarlah cahaya lampu ajaran Lama Tsongkhapa
Selalu bersinar, menyingkirkan kegelapan tanpa pencerahan semua mahluk!

 

Untuk membaca informasi menarik lainnya:

 

Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:

If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team

DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW

Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.

We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.

Leave a Reply

Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: jpg, jpeg, gif, png

 

Maximum file size: 50MB
Allowed file type: mp4
Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: pdf, docx

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog Chat

BLOG CHAT

Dear blog friends,

I’ve created this section for all of you to share your opinions, thoughts and feelings about whatever interests you.

Everyone has a different perspective, so this section is for you.

Tsem Rinpoche


SCHEDULED CHAT SESSIONS / 聊天室时间表

(除了每个月的第一个星期五)
SUNDAY
8 - 9PM (GMT +8)
4 - 5AM (PST)

UPCOMING TOPICS FOR MARCH / 三月份讨论主题

Please come and join in the chat for a fun time and support. See you all there.


Blog Chat Etiquette

These are some simple guidelines to make the blog chat room a positive, enjoyable and enlightening experience for everyone. Please note that as this is a chat room, we chat! Do not flood the chat room, or post without interacting with others.

EXPAND
Be friendly

Remember that these are real people you are chatting with. They may have different opinions to you and come from different cultures. Treat them as you would face to face, and respect their opinions, and they will treat you the same.

Be Patient

Give the room a chance to answer you. Patience is a virtue. And if after awhile, people don't respond, perhaps they don't know the answer or they did not see your question. Do ask again or address someone directly. Do not be offended if people do not or are unable to respond to you.

Be Relevant

This is the blog of H.E. Tsem Rinpoche. Please respect this space. We request that all participants here are respectful of H.E. Tsem Rinpoche and his organisation, Kechara.

Be polite

Avoid the use of language or attitudes which may be offensive to others. If someone is disrespectful to you, ignore them instead of arguing with them.

Please be advised that anyone who contravenes these guidelines may be banned from the chatroom. Banning is at the complete discretion of the administrator of this blog. Should anyone wish to make an appeal or complaint about the behaviour of someone in the chatroom, please copy paste the relevant chat in an email to us at care@kechara.com and state the date and time of the respective conversation.

Please let this be a conducive space for discussions, both light and profound.

KECHARA FOREST RETREAT PROGRESS UPDATES

Here is the latest news and pictorial updates, as it happens, of our upcoming forest retreat project.

The Kechara Forest Retreat is a unique holistic retreat centre focused on the total wellness of body, mind and spirit. This is a place where families and individuals will find peace, nourishment and inspiration in a natural forest environment. At Kechara Forest Retreat, we are committed to give back to society through instilling the next generation with universal positive values such as kindness and compassion.

For more information, please read here (english), here (chinese), or the official site: retreat.kechara.com.

Noticeboard

Name: Email:
For:  
Mail will not be published
  • Brent
    Tuesday, Mar 26. 2024 04:47 PM
    Living with my wife, whose world is meticulously painted with the hues of OCD, is a journey that intertwines the essence of love with the complexities of the human mind. Her relentless pursuit of cleanliness and order, transforming even the most negligible corner into a testament of organization, often dances on the fine line between admiration and frustration. The sight of her steering clear from trash bins as if they were labyrinths of chaos, serves as a poignant reminder of the battles she fights within. Yet, it’s through these very battles that I’ve learned the profound language of patience and the unspoken strength of support. Therapy, in its gentle embrace, has been a beacon of light for her, guiding her through the stormy seas of OCD. It has not only offered her solace but has also unveiled the strength of her spirit, teaching us both the beauty of resilience. As she journeys through the pathways of healing, I stand by her, a testament to the power of love and the enduring promise of hope. Together, we navigate the complexities of her world, discovering that within the challenges lie opportunities for growth, understanding, and an unbreakable bond. https://www.mindfullyaliveonline.com/obsessive-compulsive-disorder-ocd/
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:31 PM
    Venerable Ajahn Chah was a Thai Buddhist teacher of the Buddhadhamma and a founder of two major monasteries in the Thai Forest Tradition. Well respected and loved as a man of great wisdom, he was also instrumental in establishing Theravada Buddhism in the West. Interesting life story, how he chose to leave the settled monastic life and became a wandering ascetic. Walking across Thailand, lived in forests, caves and cremation grounds while learning from the meditation monks of the Forest of various monasteries. He wandered through the countryside in quest of quiet and secluded places for developing meditation. He even lived in tiger and cobra infested jungles, using reflections on death to penetrate to the true meaning of life. After years of wandering, Venerable Ajahn Chah established a monastery where he taught simple, practice-based form of meditation, and attracted a numerous of students including western foreigners. He was one of the greatest Dhamma teachers of the modern era. His wise teachings have continued to guide thousands of people along the path of Dharma. Venerable Ajahn Chah’s teachings of the Thai Forest Tradition gradually spread across all over the world. Several of Ajahn Chah’s Western students have since established monasteries throughout the world. Just in Thailand itself, there are more than 300 branch monasteries in Ajahn Chah’s tradition. Ven erable Ajahn Chah used his ill health as a teaching point, emphasizing that it was a living example of the impermanence of all things and reminded people to endeavour to find a true refuge within themselves. The legacy of Venerable Ajahn Chah’s teachings and legacy continues into the modern age.
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/great-lamas-masters/venerable-ajahn-chah-the-forest-monk.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:30 PM
    Wonderful blog written on the practice of Kalarupa for us to understand better. As an emanation of Manjushri, Kalarupa’s practice helps us to destroy ignorance and to develop wisdom overcoming our anger and suffering . Awesome Kalarupa manifested in multiple forms to help sentient beings who personifies enlightenment by the conquest of anger. Kalarupa also regard as one of the three main Dharma protectors of the Gelugpa is extremely fierce and ugly, and tames all kinds of spiritual ugliness. The fierceness of his iconography teaches us to remind ourselves that all the causes and effects of anger arising from ignorance are dreadful and distorted.
    Thank you Rinpoche and Pastor Antionette for this detailed sharing,

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/kalarupa.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:27 PM
    Nepal is a very spiritual country, having a huge Dorje Shugden mural in Kathmandu, is indeed a big achievement for Kechara. Located on Charkhal Road in Dilli Bazaar, the mural can be found midway between our two Dorje Shugden chapels which are in Putalisadak and Chabahil. It is also very close to one of Kathmandu’s largest shopping malls. Many locals , tourist will be able to connect them to a powerful deity that is so closely associated with their culture. Well the mural not only beautiful but also full of symbolism and everyone merely by seeing it is blessed. Thanks to those talented artists and generous sponsors making it a success.
    Thank you Rinpoche for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/travel/spectacular-dorje-shugden-mural-in-kathmandu-nepal.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:24 PM
    All the art of living lies in a fine mingling of letting go and holding on. Letting go helps us to live in a more peaceful state of mind and helps restore our balance. A reminder for us all to go of attachment and meditating on impermanence and emptiness. We are to relinquish the domination of our ego and its habits to transform ourselves. A great reminder not to waste our previous life.
    Quoted Ceasing to do evil, Cultivating the good, Purifying the heart .
    Thank you Rinpoche for sharing such a meaningful teachings with folded hands.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/pointing-the-staff-at-the-old-man.html
  • james belich
    Friday, Mar 8. 2024 09:43 PM
    Winning the lottery was part of my dreams, I tried so hard to win big but all to no avail, until I came across Dr Lucas online who made my dreams come through and made me win 10 million dollars. I was a logistics manager who lives in Lancaster, S.C. and works about an hour’s drive away, in Charlotte, N.C., I stopped at a store to buy a scratch-off lottery ticket during my lunch break, because Dr Lucas gave me all the assurance that the numbers are not going to fail after I did all he asked me to do. Dr lucas is a powerful Dr that is on a mission to eradicate poverty from people’s lives and i have confirmed that by winning $10 million with the numbers he provided for me, it is my promise to tell the world about my experience with Dr Lucas and that’s what I’m doing now, you can win the lottery fast with the help of Dr Lucas he is tested and trusted Email: Drlucasspelltemple@gmail. com or WhatsApp +234 904 794 3567 he will help you.
  • james belich
    Friday, Mar 8. 2024 09:42 PM
    Winning the lottery was part of my dreams, I tried so hard to win big but all to no avail, until I came across Dr Lucas online who made my dreams come through and made me win 10 million dollars. I was a logistics manager who lives in Lancaster, S.C. and works about an hour’s drive away, in Charlotte, N.C., I stopped at a store to buy a scratch-off lottery ticket during my lunch break, because Dr Lucas gave me all the assurance that the numbers are not going to fail after I did all he asked me to do. Dr lucas is a powerful Dr that is on a mission to eradicate poverty from people’s lives and i have confirmed that by winning $10 million with the numbers he provided for me, it is my promise to tell the world about my experience with Dr Lucas and that’s what I’m doing now, you can win the lottery fast with the help of Dr Lucas he is tested and trusted Email: Drlucasspelltemple@gmail.com or WhatsApp +234 904 794 3567 he will help you.
  • lee
    Thursday, Mar 7. 2024 07:06 PM
    We are members of the Buddhist Temple in Taman Desa Jaya, Kepong, Kuala Lumpur and we have been issued membership by the president (DATUK YIP KUM FOOK), we are very sad because we are the foundation of this Temple

    Now we can know who is always messing with people, and he always cheats money and women, he even uses Buddhism to find money.

    Also, need to be careful with his brother-in-law (Simon Low Kok Meng) because he is a spy (CID) for DATUK YIP KUM FOOK and we will write some letters to AGONG SULTAN IBRAHIM IBN ALMARHUM SULTAN ISKANDAR as soon as possible.

    From Jesmond Yap, Kepong Baru…Kuala Lumpur
  • Phoenix the Shaman Elder
    Thursday, Mar 7. 2024 01:40 AM
    The matriarchal cultures of the grandmothers have specific symbolism of animism shamanism, such as the horse, especially the blue horse, and the deer. These are two main symbols of a shaman woman and you can find them in many cultural folk lore, especially the Russian, Slavic, Siberian, Nordic, Finland, and Norway. It’s nice to see the Matriarchal Shaman Animism diety represented in Chinese.
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:59 PM
    An inspiring act of a selfless Lama feeding strays whether its night or day. Truly an example for us all to feed those lonely strays . Yes I do agree compassion starts with feeding strays. Reading this blog again to refresh myself to do more. Strays animals generally lead a life of poor welfare on the street. Feeding strays is a compassionate act.
    Thank you Rinpoche and Anila for this sharing.


    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/one-minute-story/rinpoche-through-my-eyes-compassion-starts-with-feeding-strays
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:56 PM
    nteresting revisit this blog again as truly inspiring reading over and over again . There’s so many inspiring nuns and female practitioner coming from different back ground, leading a more spiritual life. They are practitioners dedicated their life to religious observance and their path is illuminated by the light of compassion. Going against all odds to become one. Their devotion radiates like a thousand stars in the night sky. Here at Kechara Forest Retreat, Bentong Pahang we too have inspiring practitioners .
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/inspiring-nuns-and-female-practitioners.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:55 PM
    H E Tsem Rinpoche’s Sungbum project aim to preserve the teachings and practices that have been passed from teacher to disciple in an unbroken line beginning with Lama Tsongkhapa himself . History has taught us the importance of preserving Buddha’s stainless teachings. Its important to preserve and safeguard the Buddhist tradition for future generations.
    Tsem Rinpoche is a clear and effective teacher where his stories and teachings are endlessly entertaining and inspiring. The preservation is very much needed. We are so fortunate given a chance to be involved in such a meritorious project .
    Thank you.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/the-tsem-rinpoche-sungbum-project.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:55 PM
    Demons are disembodied spirits, supernatural being or spirit and unseen beings. We know they do exist and I believe they do. They have no physical form to them whatsoever. Demons do definitely exist. They are intelligent beings who are evil malicious spirits and are all dangerous entities. Valak is not to be summoned capriciously by anyone as they are dangerous beings when we invoke them having to face a heavy consequence. There are spiritual practices that we can ask for help a ritual of the wrathful Manjushri in the form of Trakze. Having a doing the practice daily without fail, consistently, as this Trakze practice has been proven to be efficacious to break the hold the Valak and other spirits. All thanks to our Guru bringing this practice to Kechara Forest Retreat, Bentong Malaysia.
    Thank you Rinpoche for this wonderful sharing for us to understand better.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/science-mysteries/valak-the-conjuring-2-demon.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:53 PM
    Wow ,reading all these powerful quotes had me realised much better of giving even I have little. May H E Tsem Rinpoche’s sincere advice to reach the far shore of liberation to everyone reading this blog. The most truly generous people are those who give silently without asking any in return. There is no exercise better than reaching and lifting people up. A kind gesture can reach a wound that only compassion can heal. Well creating and lighting for others we naturally light our own way. Helping others especially those unfortunate ones, make us feel more positive about our own circumstances.
    Thank you Rinpoche for sharing all these powerful quotes.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/inspiration-worthy-words/the-power-of-giving-18-quotes-from-tsem-rinpoche.html
  • Aarati Bhatt
    Wednesday, Feb 28. 2024 12:47 AM
    I have tried mine and my friend’s horoscope and it results same in both of our case, and not just that I have tried this on various friends and this horoscope is showing same for maximum date of birth, I think this is a bug.

1 · 2 · 3 · 4 · 5 · »

Messages from Rinpoche

Scroll down within the box to view more messages from Rinpoche. Click on the images to enlarge. Click on 'older messages' to view archived messages. Use 'prev' and 'next' links to navigate between pages

Use this URL to link to this section directly: https://www.tsemrinpoche.com/#messages-from-rinpoche

Previous Live Videos

MORE VIDEOS

Shugdenpas Speaking Up Across The Globe

From Europe Shugden Association:


MORE VIDEOS

From Tibetan Public Talk:


MORE VIDEOS

CREDITS

Concept: Tsem Rinpoche
Technical: Lew Kwan Leng, Justin Ripley, Yong Swee Keong
Design: Justin Ripley, Cynthia Lee
Content: Tsem Rinpoche, Justin Ripley, Pastor Shin Tan, Sarah Yap
Admin: Pastor Loh Seng Piow, Beng Kooi

I must thank my dharma blog team who are great assets to me, Kechara and growth of dharma in this wonderful region. I am honoured and thrilled to work with them. I really am. Maybe I don't say it enough to them, but I am saying it now. I APPRECIATE THESE GUYS VERY MUCH!

Tsem Rinpoche

Total views today
2,836
Total views up to date
26,041,536
Facebook Fans Youtube Views Blog Views
Animal Care Fund
  Bigfoot, Yeti, Sasquatch

The Unknown

The Known and unknown are both feared,
Known is being comfortable and stagnant,
The unknown may be growth and opportunities,
One shall never know if one fears the unknown more than the known.
Who says the unknown would be worse than the known?
But then again, the unknown is sometimes worse than the known. In the end nothing is known unless we endeavour,
So go pursue all the way with the unknown,
because all unknown with familiarity becomes the known.
~Tsem Rinpoche

Photos On The Go

Click on the images to view the bigger version. And scroll down and click on "View All Photos" to view more images.
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn\'t this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
4 years ago
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn't this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden\'s blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
4 years ago
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden's blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
4 years ago
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
One of our adorable Kechara Forest Retreat\'s doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
4 years ago
One of our adorable Kechara Forest Retreat's doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
4 years ago
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
4 years ago
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
4 years ago
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
It\'s very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it\'s very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
4 years ago
It's very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it's very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
4 years ago
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
4 years ago
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
5 years ago
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
5 years ago
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
5 years ago
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
5 years ago
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
5 years ago
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat\'s land here in Malaysia
5 years ago
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat's land here in Malaysia
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
5 years ago
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
5 years ago
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
5 years ago
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
5 years ago
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
Sacred Vajra Yogini
5 years ago
Sacred Vajra Yogini
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
5 years ago
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
5 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha\'s mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
5 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha's mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
Another nun disciple of Lord Buddha\'s. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
5 years ago
Another nun disciple of Lord Buddha's. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
5 years ago
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
5 years ago
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
This is pretty amazing!

First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
5 years ago
This is pretty amazing! First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche

Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
5 years ago
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can\'t stop thinking of you and I can\'t forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
5 years ago
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can't stop thinking of you and I can't forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
5 years ago
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
5 years ago
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
5 years ago
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
5 years ago
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
5 years ago
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
5 years ago
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
5 years ago
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
5 years ago
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
DON\'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
5 years ago
DON'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
5 years ago
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
5 years ago
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
5 years ago
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
5 years ago
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
5 years ago
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
5 years ago
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
Click on "View All Photos" above to view more images

Videos On The Go

Please click on the images to watch video
  • Pig puts his toys away
    4 years ago
    Pig puts his toys away
    Animals are so intelligent. They can feel happiness, joy, pain, sorrow, just like humans. Always show kindness to them. Always show kindness to everyone.
  • Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    5 years ago
    Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    Whales and dolphins playing with each other in the Pacific sea. Nature is truly incredible!
  • Bodha stupa July 2019-
    5 years ago
    Bodha stupa July 2019-
    Rainy period
  • Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
    5 years ago
    Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
  • Your Next Meal!
    5 years ago
    Your Next Meal!
    Yummy? Tasty? Behind the scenes of the meat on your plates. Meat is a killing industry.
  • This is Daw
    5 years ago
    This is Daw
    This is what they do to get meat on tables, and to produce belts and jackets. Think twice before your next purchase.
  • Don’t Take My Mummy Away!
    5 years ago
    Don’t Take My Mummy Away!
    Look at the poor baby chasing after the mother. Why do we do that to them? It's time to seriously think about our choices in life and how they affect others. Be kind. Don't break up families.
  • They do this every day!
    5 years ago
    They do this every day!
    This is how they are being treated every day of their lives. Please do something to stop the brutality. Listen to their cries for help!
  • What happened at Fair Oaks Farm?
    5 years ago
    What happened at Fair Oaks Farm?
    The largest undercover dairy investigation of all time. See what they found out at Fair Oaks Farm.
  • She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
    5 years ago
    She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
  • Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
  • This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
    5 years ago
    This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
  • Beautiful Monastery in Hong Kong
    5 years ago
    Beautiful Monastery in Hong Kong
  • This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
  • Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
    5 years ago
    Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
  • These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
  • Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
  • Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
    5 years ago
    Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
  • Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
    5 years ago
    Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
  • Beautiful
    5 years ago
    Beautiful
    Beautiful sacred Severed Head Vajra Yogini from Tsem Rinpoche's personal shrine.
  • My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
    5 years ago
    My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
  • Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
  • Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
  • SUPER ADORABLE and must see
    5 years ago
    SUPER ADORABLE and must see
    Tsem Rinpoche's dog Oser girl enjoying her snack in her play pen.
  • Cute!
    5 years ago
    Cute!
    Oser girl loves the balcony so much. - https://www.youtube.com/watch?v=RTcoWpKJm2c
  • Uncle Wong
    5 years ago
    Uncle Wong
    We were told by Uncle Wong he is very faithful toward Dorje Shugden. Dorje Shugden has extended help to him on several occasions and now Uncle Wong comes daily to make incense offerings to Dorje Shugden. He is grateful towards the help he was given.
  • Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
    5 years ago
    Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
  • Cute baby owl found and rescued
    5 years ago
    Cute baby owl found and rescued
    We rescued a lost baby owl in Kechara Forest Retreat.
  • Nice cups from Kechara!!
    5 years ago
    Nice cups from Kechara!!
    Dorje Shugden people's lives matter!
  • Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    5 years ago
    Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    Chirping birds and other forest animals create a joyful melody at the Vajrayogini stupa in Kechara Forest Retreat (Bentong, Malaysia).
  • This topic is so hot in many circles right now.
    6 years ago
    This topic is so hot in many circles right now.
    This video is thought-provoking and very interesting. Watch! Thanks so much to our friends at LIVEKINDLY.
  • Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
    6 years ago
    Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
  • BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
    6 years ago
    BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
  • Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
    6 years ago
    Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
  • Do psychic mediums have messages from beyond?
    6 years ago
    Do psychic mediums have messages from beyond?
  • Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
  • This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    6 years ago
    This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    she received “one last visit from an old friend” 💔💔
  • Bigfoot sighted again and made it to the news.
    6 years ago
    Bigfoot sighted again and made it to the news.
  • Casper is such a cute and adorable. I like him.
    6 years ago
    Casper is such a cute and adorable. I like him.
  • Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant  Mongolia's Ancient Hidden Gem
    6 years ago
    Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant Mongolia's Ancient Hidden Gem
  • Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
    6 years ago
    Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
  • Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
  • What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    6 years ago
    What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    Sick animals are more profitable... farms calculate how close to death they can keep animals without killing them. That's the business model. How quickly they can be made to grow, how tightly they can be packed, how much or how little can they eat, how sick they can get without dying... We live in a world in which it's conventional to treat an animal like a block of wood. ~ Jonathan Safran Foer
  • This video went viral and it's a must watch!!
    6 years ago
    This video went viral and it's a must watch!!
  • SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    6 years ago
    SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    This happens daily in slaughterhouse so you can get your pork and Bak ku teh. Stop eating meat.

ASK A PASTOR


Ask the Pastors

A section for you to clarify your Dharma questions with Kechara’s esteemed pastors.

Just post your name and your question below and one of our pastors will provide you with an answer.

Scroll down and click on "View All Questions" to view archived questions.

  • March 28, 2024 05:40
    Jason asked: Continuing from the previous answer, how do we liberate ourselves from samsara if it’s impossible to not create further karma while existing in samsara? If we create karma just be existing, that means that we will keep reincarnating over and over again so it seems like we’re stuck in the cycle
    pastor answered: Dear Jason, You've asked a very interesting follow-up question. Generally speaking, yes if you are in samsara, then you are always creating more karma. That's why the goal of Buddhists is to be liberated from samsara. The Buddha and other enlightened beings achieved this and the practice of Dharma itself is geared towards achieving this. I'll try to explain it here, hopefully I can do so in such a short space. So, normally there is no way out of samsara, but when you practice the Dharma there is. Remember in my previous reply to you, I mentioned that there are differing levels of severity of karma? Some are heavier, some lighter, etc. When practising the Dharma, you reduce the amount of karma that you produce. When you have less effects of karma, due to less negative karma itself, you can focus more on the spiritual practices that lead to liberation. I'll take the examples of the Refuge vows. There are 10 of them, split into three categories related to the body, speech and mind. First is the body, which includes to abstain form killing, as killing creates negative karma. The in the speech section, it includes to abstain from lying. This is harder to do. What is easier - to abstain from killing another human being, or lying to another person. The easier one is not to kill. Hence, you train yourself in this manner, working from those actions that are easiest to avoid, working up to those that are harder. For example in the mind section, one of the vows is not to covet something that another person has. But this is harder to do than either not lying or not killing. In other words, in our spiritual practice, we reduce the karma that we create though the actions of our body, speech and mind. Since we have less karma, we suffer less. And then finally, we are get to really subtle levels of karma, which are like residue in our mindstreams. But it's still there. In order to get out of samsara, you need to realise what we call emptiness (which is way to complicated to talk about here). In other words, the very path of the Dharma is to reduce the karma we create, starting with the easiest and working up to the hardest, which is where it becomes the easiest to understand emptiness. This who journey is a process, that's why teachings such as the Lamrim are indesipensible as it shows us the actual way to practice. Normally, we are stuck in Samsara. But when we practice the Dharma and ultimately realise emptiness (there are many, many steps in between) we are able to get out of samsara completely. This may sound confusing, which is why in Buddhism study, understand and practice is very important. We have Dharma classes available, where you can learn and find out more: https://www.kechara.com/learn/dharma-classes/ I hope this helps.
  • March 27, 2024 06:10
    Jason asked: People-especially family put certain expectations on us and when we refuse, it causes them a lot of stress and anger and we make them suffer…. my family wants me to marry and have kids but I don’t want to be tied down to Samsara any further and just explaining that I want to shave my head drives my mom crazy and she starts speaking to me in a very loud and forceful manner saying that she doesn’t care what I have to say and that she knows better than me so she will do whatever it takes make me have a family even if she ends up becoming a villain in my eyes because it’s for my own good so that I won’t be alone and lonely when I’m old. When we say no to people, especially to people who care about us and want the best for us, do we accumulate negative karma from causing them emotional turmoil and pain
    pastor answered: Dear Jason, Thank you for your question. In essence, any action that causes another person harm or suffering whether physical or emotional generates negative karma. But karma is complicated and not as simple as we usually think about it. There are differences in level of severity of karma created, some can be very light and some can be heavy. These are due to the variables when creating karma, such as motivation, the actions, your feelings after it, etc. This can all be found in teachings that talk about karma, especially the Lamrim teachings. In Buddhism we teach that we need to avoid the creation of negative karma for sure. But simply by being stuck in samsara, there is actually no way out of creating karma. That is why Buddhists seek to be free from samsara altogether. Only when we are free from samsara, are we free from the creation of karma. In relation to your situation, if you are young and rely on your parents, for now you should try not to do things that are create division or disharmony within the family environment. That itself if the practice of the Dharma. Then later, when you are independent you can make more of an informed choice about what you want to do. Even in your current situation, you can practice the Dharma, it is not necessary to become a monk or nun to progress on your spiritual path. Dharma can be practiced in any environment, and actually practising towards our family is the best. When we transform our minds and our behvariours and they see just how beneficial this transformation is, this is the best way to show them that Dharma is good. This was a piece of advice that Tsem Rinpoche used to tell people in family situations all the time. I hope this helps you.
  • March 26, 2024 02:28
    Rojal Poudel asked: How can I meet my guru? Does one need a guru for initiation for tantra and other stuff on the path to enlightenment? Does one need a guru to attain enlightenment?
    pastor answered: Dear Rojal, Thank you for your question. In regards to meeting your guru, there are many different ways. These days you can meet your guru online as well. For example, many people did not meet Tsem Rinpoche personally, but they consider him to be there guru. You may find this article interesting: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/the-guru-protocol-a-guide-to-knowing-who-your-guru-is.html In regards to tantra, yes, one definitely needs a qualified guru to bestow initiation and teach us the path of practice once you have initiation. In regards to our tradition, it is also considered necessary to have a guru to attain full enlightenment. Hope this helps. The article lined above will definitely help to answer some of your questions on a deeper level. Thank you.
  • March 25, 2024 10:35
    Rojal Poudel asked: How can you deepen your spiritual progress while sleeping? I heard some people can go to pure lands and get teachings directly from Buddha’s, Bodhisattva’s, and Dharma Protecters. Are these possible from Lucid Dreaming and Astral Projection?
    pastor answered: Dear Rojal, Thank you for your questions. It's always nice to see you here wanting to learn more. Yes it is definitely possible to deepen your practice in your sleep. This is done during practice of Highest Yoga Tantra, after receiving initiation and progressed along generation stage practice. This would obviously include everything before receiving such iniation such as having a basis and grounding in the Three Principle Aspects of the Path and the Lamrim teachings. In this practice you are able to use sleep to engage in meditation. This would need you to be able to lucid dream before hand. The ability to lucid dream itself can be developed a number of ways, but the most common is single-pointed mediation concentration during waking life. This is also known as Shamatha meditation. But in this case, the object of your meditation should be a mental one, rather than a physical one. The best would be a visualisation of the Buddha. All of this is outlined in the Lamrim teachings in the section on developing concentration. In terms of Astral Travel, yes it is definitely possible, and again there are different methods to go about this. Again this should be done only after having received the appropriate intiations and teachings from your guru. However, there are quite a few dangers involved with this. As Tsem Rinpoche mentioned before, the two main ones is that your consciousness is not able to return to your body and two that a spirit can take possession of your body if your protection is not strong and you have not invoked a Dharma protector to help with protection aspects. Another thing about astral travel, is that even if learn how to do it, it is not necessary that you can actually visit pure lands or receive teachings, etc. This is because, to do this, would require a lot of merit. So there are many things and practices to develop merit before you should engage in it. Often times, people who claim that they have received teachings or visited purelands, actually haven't though they may think that they did. It could simply be a projection of one's mind and in some serious cases perhaps even due to spirits mascarading. If you would like to learn lucid dreaming, please look into the teachings of single-pointed concentration normally. The ability of lucid dreaming comes naturally for those who progress in their shamatha meditation. As for astral travel practices, I would advise not to engage in such practices unless you receive the appropriate initiations, teachings from and under the strict supervision of a qualified guru. Hope this helps.
  • March 24, 2024 01:17
    Dirji asked: How can I see my kaytsa
    pastor answered: Dear Dirji, We are sorry, but we do not understand your question. Perhaps because you asked using the english phoenetics of the word. If possible, please post again using either the English translation of the word or using the Tibetan script, so that we can help you properly. Thank you.
  • March 23, 2024 12:11
    Marc asked: What is the direct translation of Tsem Rinpoche’s name mantra? Thank you 🙏🏽
    pastor answered: Dear Marc, Thank you for your question. You can find a translation of the meaning of Tsem Rinpoche's name mantra on Kechara's Facebook page here: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=683136630510067. Hope this helps. Thank you.
  • March 22, 2024 20:27
    Rojal Poudel asked: I am about to leave everything behind. I am tired of this life where I do the same thing everyday. I see everything but dharma as an illusion. I want to attain some sort of realization so that I can benefit other sentient beings. I am very inspired by the story of Milarepa, who gave up everything to learn dharma. Even the Buddha gave up comfort and luxury in search for this supreme truth. I also want to follow the Please tell me what I should do.
    pastor answered: Dear Rojal, We can understand that you feel this way, and seeing the illusion of life should definitely motivate us to want to achieve something more spiritual. In the past when people asked Tsem Rinpoche the same question, he used to tell people a couple of things: > The first is that there are two methods to deal with our spiritual path. The first is to physically renounce everything and go into the wilderness, like Buddha Shakyamuni and Milarepa did. To cut yourself from everyone and everything and meditate continuously for years until you achieve realisation. But this is very hard to do in our day and age. We still need to have contact with people, there are the necessities of life to think about. Rinpoche said we need to think about things from a practice angle also. It takes a very great level of practitioner with an immense store of merit to be able to do this successfully. > The second method is to keep living within our a community and use them as a support for the transformation of the mind and spiritual progress. For example, that it why we have monasteries and nunneries, or Dharma centres and organisations to help with spiritual practice. This method is more measured, but you can still gain the same results. This is the more practical method. Especially according to the Mahayana path of practice, Bodhisattvas need to practice certain qualities in our minds and we progress towards enlightenment. Such qualities include the Six Perfections, but if we are not around others, how do we practice them? In order to practice generosity, we need others to be generous towards. In order to practice patience, we need others to be patient towards. In order to practice morality and ethics, we need to be in situations to be able to practice our vows. Enlightened beings like Buddha and Milarepa were able to do all of this in their minds during meditation but as mentioned before they were already high level pracitioners with immense merit. For example, Buddha Shakyamuni had three countless aeons of consistent practice life time after life time until his achieved enlightenment. > Another thing that Rinpoche shared, that while understanding the drawbacks of life and the benefits of becoming enlightened, a lot of the time what happens these days is that it is mixed up with emotion due to the challenges of life. People are looking for an escape, but not an escape from samsara into enlightenment, but simple an escape from their current problems. The need for escape, known as renunciation in Buddhism, is not to simply escape samsara, but developed in a certain way through contemplation and meditation. When we have such feelings, we should analyse them to see if they are in accord with the teachings and the methods of developing true renunciation. Many people also have a unrealistic way of thinking about physical renunciation and the spiritual path in general. Most people think it is easy, but it is not, is difficult because we need to deal with our minds, our emotions, our traumas, etc, from countless lives. If we don't have a firm foundation in Dharma practice and transformation before we attempt something like Buddha Shakyamuni or Milarepa, we will give up after a while because we find it too hard. And perhaps give up spiritual practice because the path did not actually match our expectations. So the key is to be as realistic as possible about our spiritual path. So our advice, rather than give up everything, as you may have family or other responsibilities, is to use your current situation to transform your mind, to practice the teachings right now in life, so that you can start progressing along the spiritual life. The best way to do this is to practice the Lamrim teachings, which give you a firm roadmap of how and what to practice in a sequential manner. Giving up everything is not necessary to make real progress on the spiritual path, as outlined in the Lamrim, but sustained and consistent practice is the key. Then use the situations in your life to actualise that transformation. We hope this helps.
  • March 21, 2024 00:44
    Jason asked: I listened to Tsem Rinpoche’s dharma talk and was inspired to be patient and kind towards other. For a while I felt like my mind had transformed and I started being more proactive in helping others and making sure to complete my responsibilities as perfectly as I can to not burden others and taking the initiative to help people that I see are struggling with their work but recently I have been feeling like I’m actually harming others instead of helping them by being kind because I feel like I’m enabling their bad behavior and rude attitude, especially one person in particular that I have to work with. No matter how much I help and show kindness, they don’t seem to change…and now I feel like a pushover for smiling and helping them even though they don’t show any appreciation or respect for it and instead take advantage of me and push even more of their responsibilities on me. I’ve been having thoughts that my kindness and patience has just become a cover for fear of confrontation now. What should I do? I feel like I’m gonna lose control and lash out even though I try to focus my mind on how the people around me must be struggling
    pastor answered: Dear Jason, Thank you for your question. We are very happy to hear that Tsem Rinpoche's Dharma talks have inspired you, especially to practice patience and kindness towards others. Please do keep it up, the benefits of both qualities are immense and are central to spiritual transformation. We should always try our best to practice both patience and kindness, but sometimes practising it in the way we think may not be the best option. For example, in the case that you mentioned, it is not having the right effect on your own mind and also you are enabling your co-worker to exhibit negative behaviours as well. In this case, actually practising kindness would not be to become a pushover, taking more responsibilities, etc. This isn't beneficial for your or the co-worker. So here, practising kindness would actually be not to allow the person to do such things, but it should be practised with patience and not out of emotion. So you would do this in a very skilfful manner. The best would be to have a talk with your co-worker in a very calm manner and explain how you are feeling and how they are making you feel in the work environment, and try to sort out the situation before it progresses. Especially since you are having such thoughts of anger and the posibility of lashing out. Practicing kindness and patience is not at all become a push over or allowing others to skip out on their responsibilities, etc. We really hope this helps. Thank you.
  • March 20, 2024 14:49
    Sok asked: Hello respected pastors. Is Kusha grass same as Durva grass? How to obtain kusha grass?
    pastor answered: Dear Sok, Kusha grass and Durva grass are two different types of grass, they are not the same. Kusha grass is also known as halfa grass, big cordgrass, or salt reed-grass. Its scientific name is Desmostachya Bipinnata. In shape, each blade of grass is long and straight. Durva grass is also known as bermuda grass. Its scientific name is Cynodon Dactylon. In shape, each blade looks segmented and has smaller leaves sprouting from it. You can google the scientific name to see the difference between the two. Generally, they can be bought at Indian religious stores if there are any nearby where you live. Alternatively, if you live in Asia, you can buy a traditional grass broom, which you can substitue for the Kusha grass. It is a close relative of Kusha grass and the lamas have said that it can be used as substitue if you cannot find the actual grass. I hope this helps. Thank you.
  • March 19, 2024 20:56
    Bhavisha asked: How to know wheather specific LOCAL deity is enlighten or not?
    pastor answered: Dear Bhavisha, Local deities are not enlightened. They are sentient beings who look after or take care of a specific area. There are different names for these types of beings, such as local deities, Land God, Landowner deities, etc. They belong to the God Realm, but as other beings in the god realm, they are not enlightened. Hope this helps.
  • March 18, 2024 09:57
    Rojal Poudel asked: What comes after attaining samatha or calm abiding meditation?
    pastor answered: Dear Rojal, Nice to see you back here! Shamatha is a tool, basically through this meditation you develop single pointed concentration. But after developing that, you use it to engage in Vipashyana meditation, otherwise known as Special Insight. Different traditions have different version of Special Insight. In our tradition, we use this type of meditation to analyse what we call "emptiness." The teachings on the emptiness are the actual teaching that leads to enlightenment. All other teachings or practices help to prepare your mind to be able to do this. Shamatha comes in, because the topic of emptiness is so deep, that we need single-pointed concentration to analyse it. If we don't have this type of concentration, we will not be able to understand emptiness. Hence, shamatha and vipashyana meditation are used in tandem to achieve enlightenment. This may seem a little abstract. The Lamrim teachings go into this in a lot of detail. They can be found in the chapters dealing with the Concentration and Wisdom as part of the Six Perfections in the Great Scope sections of the Lamrim. Hope this helps. Thank you.
  • March 17, 2024 23:16
    Jonathan Tan asked: Hi Dear Pastor, I am curious if H.E 25th Tsem Rinpoche had any heart disciples (son/daughter) Is there a difference between heart and root disciples?
    pastor answered: Dear Jonathan, Thank you for your question. There is no one heart disciple of Tsem Rinpoche. This usually refers to specific person who carries on the teachings and practices of a particular teacher. Tsem Rinpoche wanted something different for Kechara, hence we carry on his teachings and practices as a group, rather than one specific person. Rinpoche trained his students, who are either Sangha, Pastors or senior students in various ways of continuing his teachings, especially through the work that they do. In this way, we continue Rinpoche's teachings as a group rather than any one heart disciple. Hope that this helps. Thank you.
  • March 16, 2024 01:18
    Sirius asked: Hi dear pastors, I'd like to get recomendations on how to improve my actual sadhana. My morning starts by taking refuge and making offerings to the three jewls, followed by Lama Tsongkhapa's Guru Yoga. After this I usually study Lam Rim, and other Dharma Texts. During the afternoon I meditate for a about an hour or so, and somedays I do the Dorje Shugden sadhana given by Rinpoche. Finally at night I finish my day by doing Vajrasattva meditation and confession to the 35 Buddhas. What else can I do to improve my sadhana? What practices would you recomend me to do? Do you have recomendations on texts I could read? I would like to add that I live in Argentina, and I do not have any buddhist temple near sadly, so I cannot go there to practice, learm or collab. I would appreciate advice on this. Thank you in advance.
    pastor answered: Dear Sirius, Thank you for your question. In terms of practice, you are doing a lot. We are very happy to read that you are doing all these beneficial practices. They will be very beneficial for you. What you are doing is very good already, the only thing that I would say is to make the Dorje Shugden sadhana consistent as well as the others. If you are doing the short Diamond Path sadhana, it includes the Vajrasatta meditations, so you don't have to do it separately. We just have some points to help you improve your practice: > First is whenever you do any of the practices, is it vital to make sure you take refuge, generate bodhicitta and practice the four immeasurables before each session. And then at the end of the session, make sure to dedicate. This seals the merit generated from your practice. This is very important as if we don't have the correct motivation at the beginning and dedicate it at the end, since the merit is not sealed, the positive potential is destroyed when we have disturbing emotions, especially anger. > The second is to be consistent in your practices and do them daily. If you cannot be consistent with the practices you are doing at the moment, then reduce what you are doing to make it simple, for example just the Diamond Path (which includes Tsongkhapa's Guru Yoga anyway). Then once you are consistent daily, later you can slow add in other practices and become consistent with them. > The third is to keep revising the teachings on these practices, understand the motivation, deepen your visualisations, etc. > In regards to your meditation, if you are doing breathing or concentration meditation, again, revise the teachings again and again to make your practice stronger and understand where you are on your meditational path. > You can also spend some time every day, maybe five or ten minutes contemplating the Lamrim teachings step by step. This itself is extremely transformational and will propel you along the spiritual path. In regards to what else to study or read, here is a very good article: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/books-that-are-a-must-read.html If you consider Tsem Rinpoche to be your spiritual teacher, there are thousands of hours of teachings on YouTube: https://www.youtube.com/channel/UCoTg0Wc5q3Gnz8ej3ETCdMQ You can watch and re-watch them to deepen your understanding and practice. I hope all of this helps.
  • March 14, 2024 05:53
    Alby asked: Hi, I was just wondering if spirits or ghost can possess Buddha statues and haunt the owner of the statue? I heard that before inviting a statue of the Buddha into your house, it has to be blessed by monks first. Is this a necessary requirement?
    pastor answered: Dear Alby, The physical form representations of the Buddhas, including statues, are very special as each form of a Buddha represents not only the path to enlightenment, but the state of enlightenment itself. In fact, even just seeing a Buddha image plants imprints in our minds that will open when the conditions are right, to help us further along our spiritual path. So they are powerful and protective in and of themselves, as long as they have been created according to correct iconography. This last point is very important. That being said, images or statues are just pieces of metal or clay, etc. When statues are consecrated, they actually become the embodiement of the Three Jewels (Buddha, Dharma and Sangha). That's why making offerings and doing any virtuous activity (even cleaning them) generates merit for your spiritual journey. As embodiments of the Three Jewels there is no way that they can be possessed by spirits that haunt the owner of the statue. Traditionally, statues are made to be hollow and then filled with certain mantras and holy items, then consecrated. Following the traditional method will be the most effective to bless your statue properly. If your statue is hollow, at Kechara we offer a service to fill your statue properly with the correct mantras, etc. The service is part of Kechara Saraswati Arts. You can find out more here: https://www.kechara.com/services/buddhist-art/ We also have DIY kits available if you cannot send your statue in and would like to do it yourself: https://www.vajrasecrets.com/mantra-rolls-complete [Please note these mantras are inserted into specific parts of the statue, you can contact Vajrasecrets through the website to get more information on how to fill the statue yourself] https://www.vajrasecrets.com/mantra-rolls-anywhere [These mantras can be inserted anywhere within the statue] If you cannot do any of these, then at the very least, you should insert something into the statue so that it is not completely hollow. This can be a piece of paper with the mantra OM AH HUM written on it (either Tibetan or English is fine). Then roll this up and place in the statue. Otherwise you can use a pearl or semi-precious stone, etc. While statues themselves have protective power, when they are left empty there is a certain type of spirit that come to reside inside a statue as it is completely hollow. It's a spirit that likes hollow places. However, this type of spirit is not usually malicious or harmful. But that is one of the reasons a statue is never left hollow. Once the filling is done, the traditional ceremonies of consecration known as Soongdrup Puja (to bless the insertion items) and the Rabney Puja (to fully consecrate the statues) are performed, which we also offer https://www.vajrasecrets.com/rabney-soongdrup-consecration-puja-fund For those who cannot have the pujas done for whatever reason, you can actually bless the statues yourself. A comprehensive guide and the prayers necessary for doing this are available here: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/prayers-and-sadhanas/how-to-bless-buddha-images-yourself.html Given all of this, yes there is a type of spirit that can inhabit statues, but only if they are completely empty and not consecrated (whether by a monk, lay practitioner, yourself, it doesn't matter). But this type of spirit cannot haunt the person, etc, in that sense. It simply resides in the statue. The reason why statues are blessed or consecrated is so that they embody the Three Jewels, they become immense objects of merit making and protection from spirits, negativity, etc. So, if you do have a statue or are thinking of an inviting a statue, the best would be to have it filled and consecrated properly. However, even if you cannot, you can do the blessing yourself. There is no need to worry about a statue being haunted if not consecrated by a monk before you invite it or bring home. In fact, if you have a personal practice, at the end of your practice you can dissolve your visualisation into the statue, to bless it. This actually makes your statue much more powerful than consecration alone. You basically bless your statue through your own daily practice. I hope this information helps. Thank you.
View All Questions
Today's quota for questions has been filled. Please come back tomorrow to re-submit your question

CHAT PICTURES

Rejoice to the volunteers (also kind sponsors) who cleaned the Gyenze Chapel and made abundant offerings to Gyenze. ~ Alice
16 hours ago
Rejoice to the volunteers (also kind sponsors) who cleaned the Gyenze Chapel and made abundant offerings to Gyenze. ~ Alice
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
16 hours ago
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
16 hours ago
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
Our weekly Dorje Shugden Puja @ 23/3/2024 . William, as the umze is seen here burning incense powder as we are about to recite the Sangsol Prayer to Dorje Shugden composed by Ganden Serkong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 days ago
Our weekly Dorje Shugden Puja @ 23/3/2024 . William, as the umze is seen here burning incense powder as we are about to recite the Sangsol Prayer to Dorje Shugden composed by Ganden Serkong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
And here's Mr Wong of KSK Ipoh who dropped by to pray and offered some donation to the Chapel. Kechara Penang Study Group. Pic by Siew Hong & uploaded by Jacinta.
2 weeks ago
And here's Mr Wong of KSK Ipoh who dropped by to pray and offered some donation to the Chapel. Kechara Penang Study Group. Pic by Siew Hong & uploaded by Jacinta.
Today's puja (16/3/2024) ended around 420pm, Jacinta was the umze of the day. Pic by Siew Hong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 weeks ago
Today's puja (16/3/2024) ended around 420pm, Jacinta was the umze of the day. Pic by Siew Hong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Group photo taken after the last session, sealed with King of Prayers. Come and join us next time! Sayonara - 9-10th March 2024 - Kechara Penang DS Retreat by Jacinta.
2 weeks ago
Group photo taken after the last session, sealed with King of Prayers. Come and join us next time! Sayonara - 9-10th March 2024 - Kechara Penang DS Retreat by Jacinta.
Abundance altar! Fruits, flowers, Mee Koo (traditional Penang buns), Bee Hoon, sourdoughs and snacks are some of the offerings to Rinpoche, Buddhas & Bodhisattvas. Kechara Penang Dorje Shugden Retreat 9-10th March, 2024 by Jacinta.
2 weeks ago
Abundance altar! Fruits, flowers, Mee Koo (traditional Penang buns), Bee Hoon, sourdoughs and snacks are some of the offerings to Rinpoche, Buddhas & Bodhisattvas. Kechara Penang Dorje Shugden Retreat 9-10th March, 2024 by Jacinta.
Siew Hong, one of retreatants and an active member of Kechara Penang group proudly presented her torma to be used during the Kalarupa puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 weeks ago
Siew Hong, one of retreatants and an active member of Kechara Penang group proudly presented her torma to be used during the Kalarupa puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Torma making was taught by Pastor Seng Piow and held one day before the retreat. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 weeks ago
Torma making was taught by Pastor Seng Piow and held one day before the retreat. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Penang Dorje Shugden Retreat cum Puja, 9-10th March 2024 led by Pastor Seng Piow with 12 retreatants. Uploaded by Jacinta
2 weeks ago
Penang Dorje Shugden Retreat cum Puja, 9-10th March 2024 led by Pastor Seng Piow with 12 retreatants. Uploaded by Jacinta
The celebration ended with a Dorje Shugden puja, dedicated to all the sponsors, our loved ones and as well as for the happiness & good health for all sentient beings. May Rinpoche return swiftly too and taking this opportunity wishing all Happy Chinese New Year and Gong Xi Fa Cai from all of us, Kechara Penang Study Group. Uploaded by Jacinta.
2 months ago
The celebration ended with a Dorje Shugden puja, dedicated to all the sponsors, our loved ones and as well as for the happiness & good health for all sentient beings. May Rinpoche return swiftly too and taking this opportunity wishing all Happy Chinese New Year and Gong Xi Fa Cai from all of us, Kechara Penang Study Group. Uploaded by Jacinta.
Seen here, Pastor Seng Piow set off firecrackers - welcoming of the upcoming year with enthusiasm and positive energy. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Seen here, Pastor Seng Piow set off firecrackers - welcoming of the upcoming year with enthusiasm and positive energy. Kechara Penang Study Group by Jacinta
In this pic, Pastor Seng Piow is sharing Dharma with newbies ~ Sharyn's friends. It's always good to make light offerings at the beginning of new year. By making light offerings, you are able to dispel the darkness of ignorance and achieve wisdom. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
In this pic, Pastor Seng Piow is sharing Dharma with newbies ~ Sharyn's friends. It's always good to make light offerings at the beginning of new year. By making light offerings, you are able to dispel the darkness of ignorance and achieve wisdom. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
One the day of Losar (new lunar year), it is always beneficial for Buddhist practitioners to get together in making abundant offerings to Buddhas on the altar to usher in goodness, prosperity and well-being of our loved ones. It's more auspicious this year as Losar and the Chinese New Year begin on the same date, 10th Feb, 2024. Back in Penang, our Kechara members came together to decorate the altar with abundance offerings for Dorje Shugden puja @3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
One the day of Losar (new lunar year), it is always beneficial for Buddhist practitioners to get together in making abundant offerings to Buddhas on the altar to usher in goodness, prosperity and well-being of our loved ones. It's more auspicious this year as Losar and the Chinese New Year begin on the same date, 10th Feb, 2024. Back in Penang, our Kechara members came together to decorate the altar with abundance offerings for Dorje Shugden puja @3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Mr. Dared Lim was offering water bowls on behalf of Kechara Ipoh Study Group. (Kin Hoe)
2 months ago
Mr. Dared Lim was offering water bowls on behalf of Kechara Ipoh Study Group. (Kin Hoe)
Jun from Ipoh was offering mandarin oranges to Mother Tara and The Three Jewels. (Kin Hoe)
2 months ago
Jun from Ipoh was offering mandarin oranges to Mother Tara and The Three Jewels. (Kin Hoe)
Prior to our puja in Ipoh, Mr. & Mrs. Cheah Fook Wan were preparing for the offerings to the Buddhas. (Kin Hoe)
2 months ago
Prior to our puja in Ipoh, Mr. & Mrs. Cheah Fook Wan were preparing for the offerings to the Buddhas. (Kin Hoe)
On Sunday afternoon, Kechara Ipoh Study Group has carried out Mother Tara prayer recitations in Ipoh. (Kin Hoe)
2 months ago
On Sunday afternoon, Kechara Ipoh Study Group has carried out Mother Tara prayer recitations in Ipoh. (Kin Hoe)
Some of the best shots taken during Thaipusam in Penang. Swee Bee, Huey, Tang KS, Nathan, Choong SH and Jacinta volunteered. Wai Meng came all the way from KL to help out. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Some of the best shots taken during Thaipusam in Penang. Swee Bee, Huey, Tang KS, Nathan, Choong SH and Jacinta volunteered. Wai Meng came all the way from KL to help out. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Simple yet powerful ally ~ Bhagawan Dorje Shuden. Kechara Penang Study Group consists of Chien Seong, Hue, Choong SH, Tang KS, Swee Bee and Jacinta. Wai Meng came all the way from KL to help out. Uploaded by Jacinta.
2 months ago
Simple yet powerful ally ~ Bhagawan Dorje Shuden. Kechara Penang Study Group consists of Chien Seong, Hue, Choong SH, Tang KS, Swee Bee and Jacinta. Wai Meng came all the way from KL to help out. Uploaded by Jacinta.
Thaipusam in Penang. Some of the best shots. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Thaipusam in Penang. Some of the best shots. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Nothing beats having a sacred audience with our lineage lamas. It's not selfie or wefie, but we have the best 'groufie'!!! 20th Jan 2024, Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
Nothing beats having a sacred audience with our lineage lamas. It's not selfie or wefie, but we have the best 'groufie'!!! 20th Jan 2024, Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Welcoming our lineage Gurus to our Penang Chapel today! Pastor Seng Piow explained the significance of having Guru Tree and introduced to us our lineage lamas, Buddhas, deities, protectors and etc.
2 months ago
Welcoming our lineage Gurus to our Penang Chapel today! Pastor Seng Piow explained the significance of having Guru Tree and introduced to us our lineage lamas, Buddhas, deities, protectors and etc.
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Tara Recitation is on now at KISG - Wai Meng
3 months ago
Tara Recitation is on now at KISG - Wai Meng
Photo from Wan Wai Meng
3 months ago
Photo from Wan Wai Meng
A sea of yellow ~usually in Tibetan Buddhism yellow represents growth. We prayed that our Penang group will grow in terms of people, wealth and attainments too. _/\_ Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
A sea of yellow ~usually in Tibetan Buddhism yellow represents growth. We prayed that our Penang group will grow in terms of people, wealth and attainments too. _/_ Kechara Penang Study Group by Jacinta.
After Dorje Shugden puja @3pm, we had Rinpoche's Swift Return puja too. We laughed as Sis Swee Bee was commenting that Tang should smile ~ here's the reason why we laughed.  Kechara Penang Study Group by Jacinta Goh
3 months ago
After Dorje Shugden puja @3pm, we had Rinpoche's Swift Return puja too. We laughed as Sis Swee Bee was commenting that Tang should smile ~ here's the reason why we laughed. Kechara Penang Study Group by Jacinta Goh
3 months ago
Today's (9/12/2023)Dorje Shugden puja led by Gordon. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Today's (9/12/2023)Dorje Shugden puja led by Gordon. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
4 months ago
4 months ago
Dharma sharing by Hue before we proceeded with DS puja & Rinpoche Swift Return puja. Hue is one of the long time Kechara Penang members and he comes to puja regularly. He shared that he truly believes that Dorje Shugden and Rinpoche always there guiding him. He shared how sometimes DS will give him hints to avert troubles ahead or to alert him when he 'misbehaved'. Hope many will come to know more about this powerful Dharma Protector, Dorje Shugden aka DS. Having Dorje Shugden is like having a powerful ally that will protect us day and night. Just trust Him and have faith. Kechara Penang Study Group, 25/11/2023 by Jacinta.
4 months ago
Dharma sharing by Hue before we proceeded with DS puja & Rinpoche Swift Return puja. Hue is one of the long time Kechara Penang members and he comes to puja regularly. He shared that he truly believes that Dorje Shugden and Rinpoche always there guiding him. He shared how sometimes DS will give him hints to avert troubles ahead or to alert him when he 'misbehaved'. Hope many will come to know more about this powerful Dharma Protector, Dorje Shugden aka DS. Having Dorje Shugden is like having a powerful ally that will protect us day and night. Just trust Him and have faith. Kechara Penang Study Group, 25/11/2023 by Jacinta.
Kechara Penang Study Group had our weekly DS puja , led by our beloved sis Swee Bee and serkym by Mr. Lee. After that, we completed Swift Return puja also. 18th Nov 2023. By Jacinta
4 months ago
Kechara Penang Study Group had our weekly DS puja , led by our beloved sis Swee Bee and serkym by Mr. Lee. After that, we completed Swift Return puja also. 18th Nov 2023. By Jacinta
#Back2back 11th Nov 2023 Dorje Shugden puja & Rinpoche's Swift Return puja @Penang Chapel, 49 Jalan Seang Tek, Georgetown, Pulau Pinang. Every Saturday @3pm/5pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
4 months ago
#Back2back 11th Nov 2023 Dorje Shugden puja & Rinpoche's Swift Return puja @Penang Chapel, 49 Jalan Seang Tek, Georgetown, Pulau Pinang. Every Saturday @3pm/5pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Pic: Rinpoche Swift Return puja ~ 21/10/23 Kechara Penang Study Group by Jacinta.
5 months ago
Pic: Rinpoche Swift Return puja ~ 21/10/23 Kechara Penang Study Group by Jacinta.
#Backtoback A few months back, Kechara Penang Study Group started to have two pujas consecutively on Saturday. Dorje Shugden puja @3pm and thereafter Rinpoche Swift Return puja. This can only be achieved due to the committed members from Penang. A big round of applause...... Pic : DS puja on 21/10/2023 Kechara Penang Study Group by Jacinta
5 months ago
#Backtoback A few months back, Kechara Penang Study Group started to have two pujas consecutively on Saturday. Dorje Shugden puja @3pm and thereafter Rinpoche Swift Return puja. This can only be achieved due to the committed members from Penang. A big round of applause...... Pic : DS puja on 21/10/2023 Kechara Penang Study Group by Jacinta
More pictures of the day! Kechara Penang Chapel & public blessings 3rd Oct 2023 by Jacinta.
6 months ago
More pictures of the day! Kechara Penang Chapel & public blessings 3rd Oct 2023 by Jacinta.
The Promise
  These books will change your life
  Support Blog Team
Lamps For Life
  Robe Offerings
  Vajrayogini Stupa Fund
  Dana Offerings
  Soup Kitchen Project
 
Zong Rinpoche

Recent Comments

Archives

YOUR FEEDBACK

Live Visitors Counter
Page Views By Country
United States 6,560,748
Malaysia 4,932,712
India 2,510,845
Singapore 936,141
United Kingdom 915,882
Nepal 913,387
Bhutan 864,803
Canada 797,322
Australia 619,377
Philippines 555,278
Indonesia 451,828
Germany 370,298
France 312,722
Brazil 251,023
Vietnam 226,545
Thailand 217,772
Taiwan 206,933
Italy 175,641
Spain 160,953
Netherlands 156,804
Mongolia 147,273
Portugal 138,190
South Africa 138,017
Türkiye 132,302
Sri Lanka 128,762
United Arab Emirates 121,726
Japan 119,012
Russia 114,691
Hong Kong 114,218
China 107,718
Romania 104,740
Mexico 97,736
New Zealand 93,880
Switzerland 88,746
Myanmar (Burma) 88,535
Pakistan 82,184
Sweden 78,121
South Korea 75,124
Cambodia 70,770
Total Pageviews: 26,041,536

Login

Dorje Shugden
Click to watch my talk about Dorje Shugden....