Sikap Ketika Menerima Persembahan (Bahasa Indonesia)
(Oleh Tsem Rinpoche dan Pastor Jean Ai)
Sebagai penganut Buddhis, kita diajarkan bahwa memberikan persembahan menghasilkan pahala besar yang dapat didedikasikan untuk kemajuan spiritual kita. Kita tidak hanya dianjurkan untuk memberikan persembahan kepada Tiga Permata – Buddha, Dharma dan Sangha – tetapi yang lebih penting, kita dianjurkan untuk memberikan persembahan kepada Guru kita yang paling berharga karena mereka menghubungkan kita dengan Tiga Permata. Karenanya hubungan kita dengan sang Guru pada akhirnya akan memberikan kita pengetahuan dan berkat yang kita perlukan untuk membebaskan diri dari samsara dan penderitaan dari kehidupan satu ke kehidupan lainnya.
Pada tanggal 25 Oktober 2014, Tsem Rinpoche memberikan ajaran mengenai sikap yang harus dimiliki seseorang ketika menerima hadiah atau persembahan. Ajaran ini diberikan satu hari setelah ulang tahun Rinpoche, saat ketika Rinpoche menerima banyak persembahan dari para murid dan sahabat. Persembahan membanjiri Tsem Ladrang dan memenuhi semua permukaan datar. Melihat bunga dan hadiah dimana-mana, Rinpoche berkata bahwa beliau bersukacita atas kemurahan hati semua orang, bukan karena beliau adalah penerimanya, tetapi karena hal ini merefleksikan kemajuan praktik kemurahan hati para pemberi. Rinpoche kemudian memberikan kami ajaran yang beliau terima dari Yang Mulia Denma Locho Rinpoche di Biara Drepung. Dua tahun kemudian pada tanggal 29 Mei 2016, Rinpoche mengulang ajaran ini kepada banyak dari kami yang hadir saat itu dan bahkan memberikan kami visualisasi yang bisa dilakukan ketika menerima persembahan.
Menurut Denma Locho Rinpoche, ketika seorang pengabdi memberikan persembahan, sang penerima harus bersukacita atas kemurahan hati orang tersebut. Memberikan persembahan mengurangi sumber daya dan waktu yang bisa mereka gunakan untuk hal lain. Karena itu, memberikan persembahan adalah praktik pemberi untuk memotong kemelekatan atas apa yang mereka inginkan. Karenanya, sudah merupakan tanggung jawab penerima untuk menolong pemberi menciptakan sebanyak mungkin pahala dengan mempersembahkan pemberian ini kepada Tiga Permata terlebih dahulu.
Denma Locho Rinpoche berkata bahwa ketika kita bersukacita atas kemurahan hati sang pemberi, sang penerima juga memperkuat praktik spiritual mereka melalui sikap sukacita yang merupakan penawar kedengkian. Membangun kebiasaan bersukacita atas hal yang baik secara umum melatih diri kita untuk bersukacita ketika hal yang baik terjadi pada orang lain, walaupun tidak melibatkan diri kita. Dan karenanya tindakan sukacita ini menyerang pikiran mementingkan diri sendiri yang menimbulkan anggapan salah bahwa kita adalah seseorang yang yang patut diberikan persembahan.
Denma Locho Rinpoche juga memperingatkan mereka yang berada di posisi otoritas spiritual dan mendapatkan kehormatan, yang mungkin saja menjadi penerima persembahan. Denma Locho Rinpoche berkata bahwa para individu ini harus lebih berhati-hati untuk menghindari ‘perangkap’ yang datang bersama posisi ini. Perangkap yang dimaksud oleh Denma Locho Rinpoche adalah kesempatan untuk memperkuat ego. Denma Locho Rinpoche menekankan bahwa ketika seseorang bersukacita ketika menerima persembahan, hal ini akan membantu sang penerima memotong kemelekatan atas benda yang diterima.
Hal ini penting karena ketika sikap kita dalam menerima persembahan tidak benar, maka persembahan tersebut dapat menjadi sebab bagi kita untuk memperkuat kemelekatan dan menghasilkan karma negatif (bukannya pahala). Beberapa orang, contohnya, mungkin terikat pada sebuah bunga yang cantik dan merasa bangga karena menerima persembahan tersebut, dan berpikir, “Ya, saya patut menerima persembahan ini.” Denma Locho Rinpoche mempertanyakan cara berpikir seperti ini. Bunga potong hanya akan bertahan satu atau dua hari sebelum mereka mulai layu. Dalam waktu satu atau dua hari yang singkat ini, apakah logis bagi kita untuk membiarkan bunga yang tidak permanen ini memperdalam rasa bangga dan pikiran mementingkan diri sendiri, atau mungkin bunga ini akan menjadi sebab bagi kita dan sang pemberi untuk mendapatkan pahala?
Dalam diskusi mengenai sukacita ini, Tsem Rinpoche bertanya kepada kami yang hadir, apakah kita harus bersukacita atas hal buruk, contohnya ketika saingan kita kalah, kita mungkin bisa menjauhkan mereka sementara tetapi konsekwensi sebenarnya lebih jauh. Walaupun secara fisik, saingan kita pergi, kita telah memperkuat musuh yang sebenarnya, rasa dengki, kemarahan dan emosi mengganggu lainnya yang merupakan sebab penderitaan kita.
Menurut Denma Locho Rinpoche, ketika tugas seseorang dijalankan dengan baik tanpa ego, maka berada dalam posisi otoritas spiritual bisa menjadi wadah untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Ketika posisi ini disalah-gunakan, hal ini bisa membawa kemunduran spiritual bahkan bagi sang guru. Jadi bagaimana seseorang bersukacita ketika menerima persembahan dan memastikan tindakan ini menghasilkan pahala bagi sang pemberi dan penerima?
Visualisasi
Bila anda belum menerima inisiasi, anda bisa menggenerasikan Lama Tsongkhapa atau yidam anda (istadewata meditasi) di atas kepalamu. Pada saat ini, bayangkan persembahan diberikan kepada sang istadewata di atas kepalamu, dan pahala yang dihasilkan didedikasikan pada orang yang memberikan persembahan.
Bila anda sudah menerima inisiasi, Denma Locho Rinpoche berkata seseorang bisa menggenerasikan diri mereka sebagai yidam dan memberikan persembahan kepada diri mereka sebagai yidam, dan mendedikasikan pahala kepada orang yang memberikan persembahan.
Meditasi lain adalah memvisualisasikan energi kemurahan hati yang dipersembahkan kepada Tiga Permata. Anda juga bisa membayangkan persembahan ini diubah menjadi Delapan Tanda Keberuntungan dan dipersembahkan kepada Tiga Permata mewakili orang yang memberikan persembahan kepada kalian.
Alasan dedikasi tersebut adalah agar sang pemberi bisa membangun hubungan dengan Dharma dan bertemu dengan guru di kehidupan selanjutnya dan agar mereka bisa melanjutkan praktik Dharma mereka sampai dicapainya Pencerahan. Hanya setelah dedikasi ini dibuat, persembahan ini dapat dinikmati atau digunakan ‘sepantasnya’.
Kesimpulan
Sejak Tsem Rinpoche menerima ajaran ini dari Denma Locho Rinpoche, Rinpoche mempraktikkannya setiap kali seseorang dengan murah hati memberikan persembahan. Saya telah menyaksikan hal ini berulang kali dengan mata kepala sendiri. Setiap kali persembahan diberikan kepada Rinpoche, Rinpoche melafalkan doa singkat untuk sang pemberi dan persembahan tersebut diletakan di altar selama beberapa waktu, agar sang pemberi bisa mendapatkan pahala.
Walaupun kita tidak berada dalam posisi otoritas spiritual dimana kita sering menerima persembahan, kita bisa menerapkan logika yang sama dan ajaran yang diberikan oleh Denma Locho Rinpoche setiap kali seseorang melakukan hal yang baik kepada kita. Ganti saja kata ‘persembahan’ dengan ‘hadiah’, dan ajaran tersebut akan relevan bagi kehidupan kita sehari-hari. Karenanya walaupun kita mungkin bukan seorang guru, kita tidak bisa menyangkal bahwa kita menerima kemurahan hati dan menerima hadiah dari orang lain. Jadi ketika seseorang menunjukan kemurahan hati atau melakukan kebaikan pada kita, menerapkan ajaran Denma Locho Rinpoche mengenai sikap yang benar dalam menerima hadiah akan menghasilkan interaksi yang menciptakan pahala antara pemberi dan penerima.
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details