Siapakah Namkar Barzin? (Bahasa Indonesia)
(By Tsem Rinpoche)
Kilas balik ke tahun 1987 ─ setelah saya ditahbiskan oleh Yang Suci Dalai Lama ke-14 di Dharamsala ─ saya melakukan perjalanan menuju Nepal dengan tujuan menyelesaikan beberapa tugas. Di perjalanan ini, saya singgah di sebuah biara bernama Samtenling, dan tepat di sebelah kamar saya tinggal seorang biksu dari Barat. Kami berdua akhirnya berteman karena kami berdua bisa berbicara dalam bahasa Inggris, dan juga karena biksu lainnya di sana tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga membuat komunikasi sulit. Selama beberapa hari saya mengenal biksu Barat ini, dia selalu berbicara tentang gurunya Yang Mulia Kyabje Gangchen Rinpoche. Sang guru rupanya akan berkunjung ke Nepal dalam waktu dua minggu, dan Gangchen Rinpoche tinggal dekat biara Samtenling selama kunjungannya.
Pada waktu itu saya belum pernah mendengar tentang Gangchen Rinpoche… Saya juga tidak pernah berjumpa dengan beliau ataupun membaca apapun tentang beliau. Di tahun 80an, tidak banyak informasi yang bisa kita cari. Tidak ada Internet maupun komputer. Jadi memang tidak ada sarana yang tersedia bagi kita untuk melakukan pencarian maupun penyebaran informasi mandiri, sehingga kita mau tak mau hanya mengandalkan informasi yang kita dapat dengan berbicara dengan orang lain.
Saya katakan pada teman baru saya bahwa saya ingin sekali bertemu dengan Gangchen Rinpoche untuk menerima berkat beliau. Biksu tersebut menyetujui permintaan saya tetapi ketika hari yang dinanti tiba, dia berangkat menemui sang Lama… tanpa mengajak saya. Dan, karena tidak tahu di mana Gangchen Rinpoche berada, saya tak dapat menemukan beliau.
Saya terus terang sangat kecewa pada hari itu jadi untuk menghibur diri saya putuskan untuk jalan-jalan di ibukota, Kathmandu, ke sebuah wilayah bernama Thamel, yang terkenal sebagai tempat belanja untuk turis. Saat jalan-jalan, di kejauhan, saya melihat sebuah taksi. Di dalamnya ada seorang biksu Tibet dengan janggut hitam panjang duduk di kursi depan. Ketika taksinya bergerak mendekat, saya panggili. Sang biksu berjanggut meminta taksinya berhenti ketika melihat saya dan membuka pintu … ternyata Gangchen Rinpoche sendiri! Beliau bertanya pada saya, “Siapakah anda?” Saya jawab, “Saya tidak tahu tapi saya ingin menemui anda. Beliau menjawab, “Baik, silakan datang sore nanti ya,” dan kemudian beliau memberitahu saya lokasi kediamannya (ladrang).
Yang menakjubkan tentunya, saya seharusnya memang bertemu dengan Gangchen Rinpoche pada hari itu juga. Saya sangat ingin menemuinya tapi teman biksu saya berangkat tanpa mengajak saya, jadi saya sempat berpikir, “Ya sudahlah, toh saya tidak tahu di mana beliau tinggal.” Tapi saya tetap bertemu dengan beliau di tengah kota yang ramai! Ketika saya tiba di ladrang beliau, begitu saya mendekatinya, beliau memberitahu saya beberapa hal yang luar biasa, terutama karena saya tidak pernah bertemu dengan Lama ini sebelumnya … Saya tidak pernah melihat, mendengar ataupun berbicara pada beliau sebelumnya… Saya pun tidak pernah berbicara dengan muridnya sebelum bertemu dengan biksu Barat itu.
Jadi saat itu saya berada di tengah kota Kathmandu, Nepal, dan Rinpoche menyampaikan pada saya hal-hal tentang kehidupan lampau saya secara akurat dan benar. Gangchen Rinpoche juga memberi saya ramalan tentang masa depan dan apa yang harus saya lakukan secara mendetil. Saya ulangi: beliau memberi saya ramalan masa depan dan apa yang harus saya lakukan secara mendetil. Dan ketika saya melihat ke belakang 20 tahun kemudian, semuanya terjadi sesuai yang beliau katakan. Karena itu saya sangat yakin bahwa Kyabje Gangchen Rinpoche mempunyai kemampuan cenayang luhur, dan saya menyaksikan hal ini sendiri. Saya selalu kagum atas ilmu cenayang yang dimiliki Kyabje Gangchen Rinpoche. Jika anda punya kesempatan menemuinya, jangan lewatkan. Beliau adalah seorang Lama yang luar biasa dengan welas asih yang tinggi, pengetahuan yang luas, pengertian yang mendalam dan kemampuan cenayang yang bisa diandalkan. Beliau juga seorang pakar penyembuhan dalam inkarnasi sekarang maupun di masa lampau. Banyak kisah bagaimana Kyabje Gangchen Rinpoche menerima penglihatan dari berbagai Buddha dan Pelindung Dharma serta beliau dekat sekali dengan Yang Suci Panchen Rinpoche sepanjang berbagai inkarnasi mereka.
Di tahun-tahun berikutnya, setiap saat saya ke Nepal atau berpergian ke tempat lain, Gangchen Rinpoche seakan-akan selalu “kebetulan ada di sana”. Tempat menetapnya kini di Italia tapi beliau punya Ladrang juga di Nepal. Ketika saya ada di Nepal, beliau juga ada di Ladrangnya di sana. Hal tersebut selalu tampak hanya sebagai kebetulan. Pada salah satu kunjungan saya ke Nepal, saya melakukan pertapaan Yamantaka dengan Gangchen Rinpoche dan sekelompok muridnya. Setelah semedi Yamantaka kita selesai, saya berencana untuk kembali ke Gaden di India Selatan. Tetapi Gangchen Rinpoche bersikeras bahwa saya harus ikut dengannya ke India.
Dengan perasaan waswas, saya mengikuti Gangchen Rinpoche dan rombongan besarnya dari Nepal ke India. Kami naik bis dan diantara banyak tempat yang kami kunjungi adalah biara Domo Geshe Rinpoche di Sikkim, Kalimpong, India Utara. Kami juga mengunjungi kediaman pribadi Domo Geshe. Gangchen Rinpoche sangat menghormati Domo Geshe dan mengagumi kuil-kuil yang didirikan oleh Domo Geshe di Kalimpong, Darjeeling dan Sikkim, semuanya terkenal akan kesuciannya. Banyak murid Domo Geshe Rinpoche juga tinggal di wilayah yang sama, dan mereka berhasil menjaga dan memelihara kuil-kuil dan bangunan lainnya dengan baik. Saya sangat senang bisa menyertai Rinpoche dalam perjalanan ini dan bahwa beliau telah mengundang saya.
Pada kunjungan saya ke biara Domo Geshe, saya tinggal di rumah seorang penubuat di Kalimpong. Domo Geshe Rinpoche mempunyai seorang murid di biara bernama Lhakpa Dhondrub, yang merupakan penubuat bagi Dorje Shugden, Namkar Barzin dan juga Setrap. Saya tinggal dengan Lhakpa Dhondrub di kediamannya, dan beliau bergabung dengan Gangchen Rinpoche dan rombongan berkeliling India Utara. Saya teringat pada sebuah kejadian ketika kami sedang mengunjungi biara Domo Geshe Rinpoche… Saya mengalami sebuah perasaan yang luar biasa saat memasuki salah satu Kapel Pelindung. Domo Geshe menghormati Dorje Shugden dan beberapa Pelindung lainnya di Kapel Pelindung tapi saya tertarik dengan satu figure pelindung, yang diperkenalkan oleh Gangchen Rinpoche sebagai Namkar Barzin. Lhakpa Dhondrub secara spontan melakukan perasukan Namkar Barzin dan memeluk Kyabje Gangchen Rinpoche saat kami mengunjungi kuil ini. Pada saat inilah saya bertemu dengan Namkar Barzin untuk pertama kalinya, dan saya persembahkan sebuah khata (selendang) bagiNya. Saya terus terang takjub. Saya merasa begitu bersemangat bertemu dengan sosok pelindung melalui sang penubuatNya yang terkenal. Pelukan hangat Namkar Barzin terhadap Kyabje Gangchen Rinpoche menunjukkan kedekatan mereka dan betapa tingginya ilmu Kyabje Gangchen Rinpoche.
Saya sendiri sangat terkesima karena saya belum pernah melihat atau mendengar tentang sosok Pelindung ini sebelumnya. Gangchen Rinpoche kemudian menjelaskan pada rombongan tentang Namkar Barzin – bahwa beliau adalah Pelindung spesial bagi Domo Geshe Rinpoche dan berbagai biara dan kuil yang ada di bawah bimbingan Rinpoche. Dan kisah yang disampaikan pada saya oleh seorang teman Lama lainnya sangat menarik:
Di saat berlangsungnya Festival Monlam, yang pertama kali diadakan oleh Je Tsongkhapa di Lhasa pada saat beliau berinkarnasi di bumi, semua orang ikut merayakan Festival Tahun Baru ini selama beberapa hari. Festival ini akan berakhir dengan perayaan datangnya Buddha Maitreya. Patung Maitreya akan diparadekan di depan umum melewati jalan-jalan kota Lhasa, dan puluhan ribu orang akan memberi persembahan pada Buddha Maitreya agar dapat mendapat koneksi dengan beliau di masa datang.
Di tahun 1920an ada seorang Geshe Mongolia yang menghadiri Festival Monlam Festival. Di perjalanan pulangnya ke Mongolia, beliau melewati Phari, sebuah wilayah di mana biara Domo Geshe berada. Pada waktu itu, kondisi jalanan tidak semulus sekarang dan melakukan perjalanan apapun punya resiko tinggi. Tidak ada kendaraan apapun dan satu-satunya cara bepergian adalah dengan kuda, kereta atau berjalan kaki. Sang Geshe pulang ke Mongolia berjalan kaki dan mencari tumpangan pada kereta, dan di Phari beliau terperangkap saat ada badai salju yang lewat. Ketika badai berlalu, sang Geshe sudah beku kedinginan bak es batu. Beliau sudah sekarat – nyawanya hampir melayang tapi kesadarannya masih utuh.
Beliau dalam keadaan beku dalam posisi berjalan – seperti balok es yang berdiri – dan matanya terbuka lebar. Ketika sekelompok bocah lewat dan melihat keadaan Geshe Mongolia seperti tugu es, mereka mulai mengolok-oloknya, kondisi mengenaskannya dianggap bahan tertawaan. Tindakan kurang terpuji ini dilakukan saat Geshe dalam keadaan sadar dan melalui matanya beliau bisa melihat apa yang dilakukan oleh para bocah tadi, yaitu alih alih memanggil bantuan malah menertawakan dirinya. Dirinya jadi terguncang dan kemudian meninggal dengan perasaan tidak bahagia.
Setelah kematian sang Geshe yang menyedihkan itu, hewan-hewan di wilayah tersebut mulai sakit dan mati … iklim setempat menjadi kacau … pertanda-pertanda buruk bermunculan … dan keluarga bocah-bocah yang mengolok-olok sang Geshe jatuh sakit tidak bisa disembuhkan. Rentetan peristiwa ini mengkhawatirkan dan membuat orang-orang setempat takut sehingga mereka berkonsultasi dengan Kyabje Domo Geshe Rinpoche, yang merupakan Lama yang paling dihormati di wilayah tersebut. Setelah mendengar keluhan para penduduk desa, Domo Geshe Rinpoche langsung tahu duduk masalah persoalan … beliau mengerti dan berkeputusan untuk mengajak sang Geshe berbicara.
Kyabje Dome Geshe Rinpoche kemudian mengunjungi mayat yang beku sang Geshe dan berujar,
“Anda seorang Geshe dan tahu tentang Dharma, anda mengerti Dharma, dan anda tidak seharusnya terikat. Anda telah meninggal dan menjelma menjadi sosok mahluk yang tidak bahagia dan menyebabkan penderitaan bagi yang lainnya. Saya ingin membebaskan anda dari bentuk ini dan mengundang anda untuk bergabung dengan rombongan Dorje Shugden untuk menjadi salah satu menteri dan pembantuNya, karena anda punya kekuatan, dan anda sangat terpelajar, dan anda dapat menjadi penting bagi Buddha dharma dan perkembangannya. Apakah anda bersedia?”
Ketika Domo Geshe Rinpoche menanyai mayat Geshe hal ini, semua yang hadir di sana menyaksikan mata mayat beliau berkedip menyetujui. Setelah itu Domo Geshe meminta penubuat Dorje Shugden memulai upacara perasukan, dan beliau menawarkan sang Geshe (sekarang bernama Namkar Barzin) kepada Dorje Shugden untuk bergabung dengan pengiringNya. Dorje Shugden setuju dan Namkar Barzin bersumpah setia pada Dorje Shugden. Karena Dorje Shugden adalah mahluk dengan pencapaian tinggi, sangat pantas bagi Namkar Barzin untuk membantu beliau. Namkar Barzin, disamping Kache Marpo, mengabdi sebagai dua menteri utama Dorje Shugden.
Namkar Barzin telah membuktikan pengabdiannya terhadap Dorje Shugden dengan membantu praktisi Dharma, melindungi berbagai biara dan memberi banyak pertanda. Jika Lama sekaliber Domo Geshe Rinpoche mengakui sosok Pelindung baru seperti Namkar Barzin, maka itu cukup bagus buat saya. Domo Geshe memang menyukai Namkar Barzin, dan membuat banyak gambar beliau dan menyebarkan praktekNya kepada banyak orang. Domo Geshe juga menobatkan Namkar Barzin sebagai salah satu pelindung bagi berbagai biara asuhannya. Meski bagian dari rombongan Dorje Shugden, Namkar Barzin adalah sosok Pelindung Dharma secara mandiri dan terdapat ritual dan mantra yang ditulis khusus buat Namkar Barzin dengan tujuan mengundang kehadiran, kekuatan dan berkatNya. Di wilayah Phari, sosok Namkar Barzin sangat dikenal. Sampai hari inipun, penduduk Phari tetap melakukan praktek Pelindung Dharma secara setia. Saya merasa hal ini sangat menarik dan harus diceritakan di sini.
Di bawah ini adalah doa-doa bagi Namkar Barzin. Saya sendiri telah menulis sebuah doa bagiNya karena saya merasakan hubungan kuat dengan Namkar Barzin serta kesukaan yang besar kepadaNya karena beliau benar-benar bisa membantu secara spiritual. Mantra ini dikompilasi dari berbagai sumber tradisional. Dalam biography Lama Zopa ‘Lama Lawudo‘, beliau mendiskusikan Namkar Barzin, dan tulisan beliau cukup indah. Saya juga telah mengambil beberapa bagian dari buku ini untuk ditampilkan di sini. Juga terdapat kutipan dari buku lain ‘Penubuat and Roh Roh Tibet‘ yang ditulis tahun 1950an dan diterbitkan tahun 1993 (halaman 143 – 144). Saya juga telah menyertakan berbagai gambar dan ilustrasi serta bahan unduhan untuk anda semua.
Jadi inilah kisah singkat Namkar Barzin, dan saya pertama kali diperkenalkan dengan beliau oleh Kyabje Gangchen Rinpoche. Beliau termasuk sosok Pelindung Dharma yang berumur muda, baru sekitar 70-80 tahun. Meski baru, beliau sangat efektif. Sebagai catatan tambahan yang cukup menarik: ketika saya ada di Kalimpong, penubuat Domo Rinpoche melakukan perasukan Namkar Barzin. Ketika Namkar Barzin masuk dan mulai berbicara, hal yang lucu terjadi ketika beliau awalnya berbicara dalam bahasa Mongolia tapi kemudian pindah ke bahasa Tibet, padahal penubuatnya sendiri orang Tibet yang tidak bisa bahasa Mongolia. Tapi ketika Namkar Barzin merasukinya, dia tiba-tiba bisa berbahasa Mongolia sebelum kembali berbicara bahasa Tibet. Hal ini karena beliau memang seorang Geshe Mongolia sebelum meninggal dan menjadi Pelindung.
Jadi, saya pernah bertemu langsung dengan Namkar Barzin melalui penubuat dan saya diperkenalkan dengan beliau oleh Gangchen Rinpoche. Memori indah ini akan selalu saya kenang dan saya ingin membagikannya di sini.
Tsem Rinpoche
Doa Kepada Namkar Barzin
Disusun oleh Yang Mulia Tsem Tulku Rinpoche, pengikut garis Duldzin
Dengan iman teguh, ku berlindung pada Buddha Shakyamuni,
Yang melalui ketekunan dan pengorbanan mencapai sepenuhnya,
Pencerahan tiada tara di bawah pohon Bodhi di BodhGaya,
Dan dengan welas asih agungNya memutar roda Dharma.
Dengan rasa hormat tinggi ku sapa yang mulia Tsongkhapa,
Sosok emanasi Penguasa Lidah Manjushri,
Yang terlahir kembali saat ajaran Shakyamuni,
mengalami penurunan untuk menjalankan tindakan tercerahkan.
Ku menyembah Geshe Agung Dromo dari Phari, yang telah melalui,
Pendengaran, kontemplasi dan meditasi mengandalkan para pendahulu,
dari pertapaan Tsongkhapa dan Bunda Ratu Samar Vajra Yogini,
Mencapai siddhi agung dan menjadi berkat bagi mahluk lain.
Geshe Agung Mongol yang rajin dan terperangkap di badai,
Diperolok dan ditertawakan menjadi alasan bagiMu untuk bangkit,
dengan kemurkaan “penuh kasih” dalam bentuk Dharmapala tertinggi,
Ku undang kehadiran Mu sekarang ke tempat ini melalui kekuatan untuk berlindung padaMu.
Diri Mu yang tampil sebagai biksu sejati memegang pedang,
Yang menebas ikatan penderitaan dan kesulitan duniawi,
Yang mengenggam cawan tengkorak putih lambang penguasaanMu atas tantra,
Dan diri Mu yang menunggangi Kilin mistis sebagai wahana, bukti keilmuan tantra.
Diri Mu yang bergegas bak kilat di tengah angin, api dan asap psikis,
Dan dengan tiga mata untuk melihat jelas siapa yang butuh perlindunganMu.
Karena Sang Mahasiddha Agung dari Phari, Dromo Geshe percaya sepenuhnya pada Mu,
Aku yang beriman tapi sedikit pahala juga percaya padaMu.
Kumohon tenangkan semua gangguan, pertikaian, kekerasan, tindakan jahat,
Di tempat ini di mana kupanggil nama Mu. Banyak yang menderita secara sia sia.
Kumohon tenangkan kekerasan dan permusuhan yang ada di sini.
Lindungi mereka yang tak berdaya. Buatlah kekerasan yang memprihatinkan di sini berhenti.
Biarkan rakyat mengenal damai, harmoni, kemakmuran dan perkembangan.
Kupanggil nama Mu untuk meminta Mu menjadi pelindung tempat ini, dan
Perhatikan mereka yang mungkin menjadi korban kejahatan dan pencurian.
Tenangkan para penjaga setempat karena mereka akan menuruti Mu.
Kasihanilah aku yang memanggil nama Mu
melalui doa permohonan ini. Meski pencapaian spiritual kami bisa jadi nihil, kami punya iman pada Sang Buddha dan Dharma suci, karena itu penuh hormat kuingatkan Mu,
Akan sumpah Mu pada Mahasiddha Agung dari Phari, Dromo Geshe Rinpoche.
Kupersembahkan pada Mu susu, teh, kue, biskuit, yoghurt, dupa, cahaya dan berbagai
persembahan untuk dekat denganMu.
Kumohon, karena welas asih Mu yang besar,
Terimalah dan buatlah tempat ini penuh damai, kemakmuran dan tenang.
Lakukan tindakan cepat Mu dan tampilkan perlindungan langgeng Mu dengan segera.
Mantra Namkar Barzin:
OM BIYADA-PAR DHAMA-DHARA SOHA
(Mantra ini bisa dibaca sebanyak mungkin untuk terhubung dengan Namkar Barzin)
Kumohon tampilkan pertanda pada semua untuk menunjukkan betapa kita butuh keberadaan Mu,
Berikan kami hasil dengan cepat dan pasti untuk mengatasi penderitaan yang ada di tempat ini.
Kupanggil nama Mu dan kumohon dari hatiku. DiriMu, Geshe Mongol Agung Namkar Barzin,
Lindungi, lindungi dan tunjukkan tindakan cepatmu untuk dilihat semua.
Geshe Mongol Agung, yang kekuatan mistisnya telah terbukti,
Yang dikenal tanggap dan ganas, mengigiti bibir bawahmu,
Yang tersohor melindungi harta milik mereka yang percaya pada Mu,
Berikan padaku bantuan khusus supaya ku dapat pencapaian dalam dan luar.
Pada tingkat pribadi, jadilah waliku, temanku dan pelindungku.
Berikan padaku apa yang kuperlukan dan semoga hal itu mudah bagiku.
Semoga ku bisa mendapatkan kekayaan, kemakmuran dan kemerdekaan dari perintang, manusia maupun non-manusia.
Buatlah situasi yang baik hingga aku bisa mempraktikkan Dharma secara mendalam.
Tetap jadilah Pelindung Dharmaku dan tenangkan semua gangguan.
Semoga kuterberkati oleh Shakyamuni yang sempurna, Tsongkhapa, dan Dromo Geshe pada kehidupan ini dan selanjutnya.
Di mana ada ketidakbahagian dan penderitaan, semoga diredakan.
Semoga diriku menjadi berkat bagi yang lain dan mencapai pencerahan.
(Doa pada Namkar Barzin ini dapat dibaca setiap hari dan anda tidak memerlukan ijin atau inisiasi khusus untuk melakukannya. Persembahan air, teh dan dupa dapat diberikan pada Pelindung Dharma dari Phari ini, jika memungkinkan)
(Pengiring Dorje Shugden lainnya adalah Namkar Barzin dari Mongolia yang mengendarai mahluk mistis Kilin. Kilin mirip bentuknya dengan kambing tapi mempunyai sisik ikan sebagai kulit. Kilin dipercaya membawa kemujuran dan keberlimpahan. Namkar Barzin diundang bergabung dengan rombongan Dorje Shugden oleh Mahasiddha Domo Geshe Rinpoche abad 20 yang dikenal sebagai emanasi Lama Tsongkhapa seperti yang pernah diungkapkan oleh Dalai Lama ke-13. Namkar Barzin merupakan pelindung dharma mandiri tapi mengabdi pada Dorje Shugden seperti Kache Marpo.)
Unduh rupa Buddha lainnya:
https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/downloads/buddha-images.html
Mengundang tsa tsa Namkar Barzin dari Vajrasecrets.com:
http://www.vajrasecrets.com/namkar-barzin-pewter-tsa-tsa
ADDENDUM
Lama Lawudo
Lama Lawudo adalah sebuah buku mencakup dua kisah kehidupan disertai dengan bagian pengenalan yang panjang untuk menjelaskan konteks sosial dan budayanya. Lama Lawudo yang pertama digambarkan, Lama Kunzang Yeshe (1864-1946), adalah seorang yogi dari aliran Nyingma yang menghabiskan sebagian besar hidupnya bermeditasi di sebuah gua dekat Lawudo. Kisah kedua tentang reinkarnasi Kunzang Yeshe, seorang biksu aliran Gelug yang dikenal sebagai Lama Zopa Rinpoche. Kisah beliau ditulis dalam naratif orang pertama. Dalam buku ini, Lama Zopa menyebut Namkar Barzin ketika menceritakan kunjungannya ke Biara Dungkar.
[Sumber: Jamyang Wangmo; (2005) Lama Lawudo, Kisah-kisah reinkarnasi dari wilayah Gunung Everest; Vajra Publications]
Lama Lawudo
178
Biaranya kecil, sunyi dan terisolasi, terletak di atas sebuah bukit yang membawahi sebuah lembah yang sangat hijau dengan sebuah sungai kecil. Di seberang sungai ada jalan utama penghubung Phag-ri dan Dromo, dan di belakang gunung hidup banyak suku nomaden yang suka membawakan kami susu, keju dan kendi tanah liat berisi dadih.
Menurut kabar, beberapa waktu yang lalu seorang Mongol bernama Namkha Barzin telah melakukan pertapaan di Pema Choling. Dia kemudian meninggal di atas sebuah jalan kecil dekat biara dalam keadaan marah besar dan terlahir kembali sebagai roh256. Dromo Geshe yang sebelumnya berhasil mengendalikan roh ini yang seringkali memberi nasehat melalui seorang penubuat. Saya dapat melihat jalan kecil tersebut dari jendela saya dan setiap kali saya melihat keluar, sebuah istana muncul di depan mata, jelas seperti saya sedang melihat video. Bisa disimpulkan bahwa itu adalah istana Namkha Barzin. Saya perhatikan semua orang yang menggunakan jalan itu, bahkan orang-orang Cina, akan turun dari kuda mereka atau keluar dari mobil untuk memberi persembahan di altar Namkha Barzin. Saya dengar sebelumnya banyak orang yang meninggal di jalan tersebut karena tidak memberi persembahan pada beliau.
Saya melakukan tapa saya di sebuah ruangan kecil di samping Tsenzang Lhakhang di mana patung-patung emas Lama Tsongkhapa, pendiri aliran Gelug, biasanya disimpan. Tapi ketika saya di sana, ruangan tersebut ternyata berisi daging yang telah dikeringkan dan bertumpuk-tumpuk mentega yang disimpan dalam keranjang Bhutan. Mungkin para biksu telah menyembunyikan patung-patung berharga karena takut dihancurkan atau dicuri orang-orang Cina.
Saya seharusnya melakukan guru yoga Lama Tsongkhapa dan membaca ulang doa yang kita sebut Migtsema257 sebanyak 100 ribu kali. Gen Lozang Gyatso tidak menjelaskan bagaimana harus bermeditasi atau bervisualisasi, tapi hanya memberi saya sebuah teks komentar tentang praktik Jorcho258, yang berisi langkah-langkah awal dan bertingkat menuju pencerahan. Karena pertama kali menjalani pertapaan, saya belum tahu bagaimana bermeditasi, saya hanya duduk di ranjang dan membaca doa berulang-ulang. Saya menikmati makanan yang lezat yang dihidangkan dan terkadang saya membaca beberapa halaman dari teks Jorcho. Saya sempat berpikir laku tapa ini sebagai lelucon saja, sebuah permainan. Saya yakin pasti ada manfaatnya tapi resitasi saya terdengar seperti rekaman, tanpa penghayatan. Meski begitu, saya berhasil menyelesaikannya sebanyak yang diminta.
Ketika masa tapa selesai, Gen Lozang Gyatso memberi persembahan lilin mentega di altar dan kami melakukan persembahan tsog. Saya ingat ada teks terbuka di atas meja kecil di pojok ruangan sembahyang dan secangkir penuh sebagai persembahan kepada Namkha Barzin, sang pelindung setempat.
Catatan
256
Kisah Namkha Barzin adalah sebagai berikut. Pada tahun 1920an akhir atau 1930an awal, seorang pria Mongolia datang ke Biara Dungkar dengan tujuan ditahbiskan sebagai biksu. Pria tersebut tua dan miskin, dan biksu yang menjaga berkata padanya bahwa peminta-minta tidak diperbolehkan masuk ke dalam biara dan mengusirnya. Sang pria Mongol yang bernama Namkha Barzin tersebut sangat terluka hatinya tapi tetap memohon untuk diijinkan tinggal karena dia tidak punya tempat lain untuk disinggahi. Dia telah melakukan perjalanan jauh dan sulit dari Mongolia untuk bisa menjadi biksu tapi setelah sampai di biara dia dilecehkan dan diusir. Di gerbang biara, dia menjumpai empat biksu lain dan kembali memohon bantuan tapi malah dipukul dan diusir. Kemudian Namkha Barzin mengutuk kelima biksu tadi dan mengatakan mereka semua bakal mati dalam waktu satu tahun. Setelah itu Namkha Barzin ditemukan tewas di atas jalan menanjak dekat Pema Choling (Padma chos gling). Kaum nomaden melempar jasadnya ke dalam sungai di mana kemudian tersangkut di antara batu-batu besar. Para penggembala setempat yang melihatnya malah iseng melempari mayatnya sampai akhirnya terlepas dari batu-batu dan mengalir hilang.
Beberapa bulan berselang, para gembala dan yak mereka mati satu demi satu terkena penyakit menakutkan dan tampak seperti telah diserang setan. Biksu pertama yang mengusir Namkha barzin kemudian terkena penyakit yang sama dan meninggal. Seorang biksu kemudian kerasukan dan membuat suara-suara aneh sambil memegang tangan dengan empat jari terlentang keluar. Domo Geshe berkesimpulan itu adalah arwah orang meninggal berusaha berkomunikasi. Sesaat kemudian seorang biksu meninggal lagi dengan cara yang sama dan Domo Geshe bertanya para murid-muridnya apakah ada diantara mereka yang terlibat kejahatan terhadap sesorang yang barusan meninggal. Seseorang kemudian teringat pada Namkha Barzin dan kutukannya. Domo Geshe akhirnya berhasil merubah Namkha Barzin menjadi roh pelindung (dam can yang secara harfiah berarti yang telah mengambil sumpah) di bawah naungan roh Dorje Shugden. Tempat nubuatNya kemudian didirikan di Biara Dungkar, dengan harapan beliau akan tergerak untuk membiarkan tiga biksu lainnya hidup tapi mereka juga meninggal tak lama kemudian. Setelah itu Namkha Barzin sering diminta sarannya melalui penubuat dan selalu bersedia memberi nasehat tentang urusan penting biara. Sebuah altar juga didirikan di tempat beliau meninggal di jalan tanjakan dan masyarakat yang lewat berhenti dan memberi persembahan. Orang yang tidak berhenti biasanya akan mengalami kecelakaan. (Cf Pemba 1957)
Namkha Barzin dipercayai masuk kategori roh tsen (btsan) yang liar. Beliau digambarkan berdiri di atas mayat yang membusuk, merah kulitnya, satu wajah dan dua tangan, tiga mata dan ekspresi wajah yang garang. Cf Nebeskty 1996 (hal 143-144).
257
Dikarang oleh Rendawa Shonu Lodro (red mda’ ba gzhon nu blo gros, 1349-1412) untuk menghormati Tsongkhapa, dimulai dengan, “Mig me tse we …” dan karena itu dikenal sebagai doa Migtsema. Berikut terjemahannya:
Avalokiteshvara, harta agung cinta kasih universal,
Manjushri, penuh kuasa dalam pengetahuan tiada cacat,
Vajrapani, penghancur berbagai macam Mara,
Tsongkhapa, hiasan mahkota bagi para cendekia Tanah Salju,
Lozang Drakpa, bersujud di kaki Mu ku memohon.
Penubuat dan Roh Roh dari Tibet
(Sumber: RENE DE NEBESKY – WOJKOWITZ, (1956 – Edisi 1); Penubuat dan Roh Roh Dari Tibet, Kultus dan Ikonografi Dewa-Dewa Pelindung Tibet; Book Faith India)
Rdo Rje Shugs Ldan
143
dua kelompok; yang diberikan pada bentuk damai dan halus Dharmapala, dan yang dikorbankan untuk sang dewa dalam bentuk murka. Karena itu, untuk menyenangkan mata sang dewa, sebaiknya kita mempersembahkan permata pengabul harapan yang bersinar bak matahari dan bulan, yang menaklukkan gelapnya ketidaktahuan; tapi juga dengan sinar lampu lilin berbahan bakar lemak manusia dan bersumbu rambut mayat. Untuk indera penciuman, persembahkan kamper, kayu Cendana dan saffron dan dupa wangi; cairan dengan bau menyengat yang terdiri dari campuran darah dan cairan empedu. Untuk indera perasa; tiga makanan berwarna putih dan tiga terasa manis, amrita (minuman dewa) yang ditawarkan sebagai penawar haus, makanan lezat manusia dan dewa, dengan 100 macam rasa; makanan yang terdiri dari tulang dan daging; ditumpuk tinggi bak Gunung Sumeru. Untuk indera pendengaran; sura merdu tujuh gita, melodi gitar dan seruling, musik harmoni manusia dan dewa; suara brutal drum tengkorak yang berputar dan nyaringnya suara terompet tulang paha. Untuk indera perasaan: kain lebar dengan warna putih bersih.
Dua pengikut utama rDo rje shugs Idan adalah dewa Kha che dmar po dan Nam mkha’ sbar ‘dzin yang dipercaya sebagai dua “menteri” Dharmapala ini. Penampilan dan kediaman Kha che dmar po digambarkan sebagai berikut: di tengah batu besar merah tembaga, yang menjulang tinggi ke langit, di tengah lautan merah ganas – penuh dengan darah manusia dan kuda – dalam sebuah istana coklat tua indah yang terbuat dari kulit, bersemayam “dharmapala emanasi” (sprul pa’I chos sykong), btsan liar (btsan rgod) Kha che dmar po. Warna tubuhnya mirip dengan ketika gunung koral tertimpa sinar matahari. Beliau mempunyai bentuk “putra dewata” dengan wajah satu dan dua tangan. Di tangan kanan beliau mengenggam tombak merah yang runcing yang beliau gunakan untuk menusuk jantung para pelanggar sumpah. Tangan kirinya, memegang jerat btsan yang terpasang di leher setan penyebab rintangan, bersandar pada dada kirinya. Beliau mengenakan zirah kulit dan helm kulit yang berhiaskan “bendera kemenangan” dengan gantungan sutra sembilan warna. Ekspresi wajahNya garang dan beliau mengigiti bibir bawah sendiri. Bola matanya penuh urat merah menyala dan mereka memelototi dengan benci para vighna (raksasa/siluman) yang jahat. Beliau duduk di atas kuda merah sangar dengan bintik putih yang mempunyai kekuatan magis; sadel yang dikenakan tak ternilai dan lengkap dengan sabuk depan dan ornamen lainnya.
Nam mkha’ sbar ‘dzin juga dipercayai sebagai btsan liar. Beliau digambarkan berdiri di atas mayat yang membusuk. Warna dewa ini merah, dengan satu wajah, dua tangan dan tiga mata, serta ekspresi muka yang bangga.
Rdo Rje Shugs Ldan
144
Pakaian dan atribut Nam mkha’ sbar ‘dzin dikisahkan “muncul sendiri” (rang byung); tangan kanannya mengenggam tombak panjang merah, kirinya memegang jerat yang mencekik leher sosok vighna. Sang Dharmapala memakai sorban merah sutra. Nam mkha’ sbar ‘dzin merupakan dewa yang berasal usul belum lama dan legenda ini menjelaskan bagaimana beliau muncul – Sekitar 20 tahun yang lalu seorang Lama Mongol telah melakukan ziarah ke India dan dalam perjalanan pulang terperangkap dalam badai salju dekat daerah Phari Dzong (Phag ri rdzong) dan mati kedinginan. Jasadnya kemudian ditemukan oleh beberapa penggembala Tibet yang menjadikannya olok-olokan. Hal ini membuat roh sang lama murka dan beliau membalas dendam dengan menyebabkan mereka dan hewan mereka sakit hingga meninggal. Yang selamat dari serangan akhirnya berkonsultasi dengan Gro mo dge shes rin po che yang terkenal bijak dan luas pengetahuannya, dan juga kepala biara Dungkar (Dung dkar) di lembah Chumbi (Gro mo). Rinpoche segera mengerti apa yang menjadi masalah. Beliau langsung menenangkan roh yang murka dan berhasil merubahnya menjadi dam can yang kemudian beliau tempatkan menjadi bagian rombongan rDo rje shugs Idan. Di kemudian hari, sebuah altar kecil (btsan khang) didirikan di tempat jasad Lama Mongol ditemukan. Nam mkha’ sbar ‘dzin saat ini adalah dewa pelindung Dungkar Gompa, biara utama aliran dGe lugs pa di lembah Chumbi.
Dharmapala lain yang masih baru, juga ada dalam rombongan rDo rje shugs Idan, adalah dewa pelindung Me thar. Dewa ini dipercayai asal mulanya sebagai arwah bendahara (phyag mdzot pa) biara Tengyeling (bsTan rgyas gling), yang dihancurkan oleh pasukan pemerintah Tibet di tahun 1912. Bendahara malang tersebut ditangkap oleh para serdadu dan dikuliti hidup-hidup. Arwahnya kemudian menjadi roh yang penuh keganasan. Roh ini akhirnya ditaklukkan oleh seorang lama inkarnasi gSer kong rin po che, dan dijadikan dewa pelindung Budhisme. Me thar digambarkan mengenakan baju warna warni yang biasa dikenakan pejabat sipil. Di satu tangan beliau memegang tasbih, di tangan lain tombak. Kadangkala beliau menunggang kuda berwarna biru.
Seperti halnya Pe har dan rombongannya, rDo rje shugs Idan dan kedua “menterinya” juga merasuki penubuat. Penubuat paling terkenal yang menjadi penyambung lidah rDo rje shugs Idan tinggal di sebuah kuil di Lhasa bernama sPro bde khang gsar (rgyal khang) atau sPro khang bde chen lcog. Posisi biksu penubuat ini adalah salah satu dari sedikit biksu Tibet yang dilarang menikah. Di sebuah rumah dekat kuil ini juga tinggal penubuat terkenal Kha che dmar po.
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details