Kyabje Zong Rinpoche: Kelahiran, Kematian & Bardo (Bahasa Indonesia)

Dec 15, 2021 | Views: 564

Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche. Klik pada gambar untuk memperbesar.

(Oleh Tsem Rinpoche)

Artikel ini dikirimkan oleh seorang sahabat Dharma. Ketika saya membacanya, saya pikir ini SANGAT BERHARGA. Ajaran apapun yang diberikan oleh Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche adalah tidak ternilai. Saya memutuskan untuk menyediakannya di sini dan membaginya dengan semua orang. Agar mereka bisa mendapatkan manfaatnya.

Seseorang seperti Kyabje Zong Rinpoche tidak memerlukan banyak perkenalan. Perkataan, pikiran dan tubuhnya adalah satu dengan Heruka Cakrasamvara sejak lama. Semoga kalian terberkati oleh perkataan dan rupa Kyabje Zong Rinpoche di sini. Semoga kalian mencapai ke-Buddha-an sempurna seperti yang telah dicapai Kyabje Zong Rinpoche.

Salam peduli dan Dharma berlimpah bagi kalian,
Tsem Rinpoche

 


 

Kata Pembuka dari Penerjemah

Ajaran kecil ini diberikan oleh Kyabje Zong Rinpoche atas permintaan dari beberapa orang Barat yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai deskripsi yang diberikan oleh mereka yang telah “kembali dari kematian” setelah pijitan pada jantung [untuk menyadarkan mereka] dan sejenisnya. Cukup banyak laporan bahwa orang-orang ini melihat visi dari mahluk suci bermandikan cahaya. Karena itu, beberapa orang tertarik pada ajaran Tibet mengenai kematian dan kelahiran kembali. Akan tetapi, kebanyakan dari kita membaca terjemahan dari “Buku Kematian dari Tibet,” walaupun tidak mengetahui tentang tradisi oral yang diturunkan bersamaan dengan karya ini dan buku yang sejenis dari sekte lain.

Versi yang dikenal di Barat berasal dari sekte Khargyu. Kyabje Zong Rinpoche telah mempelajari topik yang sama di tradisi Gelugpa, dan merupakan pemegang aliran dari praktik-praktik yang berhubungan dengan hal ini. Karena itu, beliau sangat berkualifikasi untuk berkomentar mengenai laporan seperti ini dari Barat, dan tanggapan beliau tidak hanya otentik tetapi juga didukung oleh banyak pengalaman praktis.

Bardo1

Ada banyak orang dari Barat yang meyakini bahwa Bardo (atau “kondisi antara kematian dan kelahiran kembali”) mengikuti pola tetap yang dijelaskan dalam “Buku Kematian dari Tibet.” Akan tetapi, seperti yang ditunjukkan Rinpoche dalam ajaran ini, hal ini sangatlah jauh dari kenyataannya, karena buku ini hanya membahas tentang contoh dari manusia yang meninggal karena penyakit dan usia lanjut. Ajaran ini juga meliputi topik mengenai arwah dan penubuat, yang menarik bagi banyak orang.

Artikel ini meliputi berbagai subyek dalam ruang kecil. [Ajaran] ini juga meliputi ajaran Buddhisme Mahayana yang penting seperti tiga jenis motivasi untuk melaksanakan ajaran ini. Ada banyak aspek lain dari Jalan Menuju Pencerahan yang diliput secara tersirat dalam ajaran ini yang bila ditelaah lebih lanjut akan membawa pembaca lebih dekat dengan tujuan semua mahluk hidup, Pencerahan Sepenuhnya.

Karena itu, ajaran ini tidak hanya akan menjawab banyak pertanyaan yang mungkin dimiliki seseorang mengenai kematian dari sudut pandang masyarakat Tibet atau Buddhisme, tetapi juga akan, bagi pembaca cerdas, menunjukan jalan untuk mengarahkan hidupnya untuk memberi manfaat bagi makhluk lain.

 

Biografi Singkat Kyabje Zong Rinpoche

Kyabje Zong Rinpoche pada masa mudanya. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Yang Mulia Kyabje Zong Rinpoche Losang Tsundu Thupten Gyaltsen dilahirkan pada tahun 1905 di desa Songo, di distrik Nang-Sang, Do-To Kham, Tibet Timur, di keluarga Nyen Nang-pa, dekat tempat kelahiran dua inkarnasinya terdahulu, sebagai Tenpa Thuntsok dan Phuntsok Chopel. Ayahnya bernama Jampa, dan ibunya bernama Sonam Yangzom.

Dekat rumah kelahirannya berdiri sebuah pohon buah yang hanya berbuah ketika reinkarnasi Rinpoche masih hidup dan tidak akan berbuah ketika reinkarnasinya tidak sedang tinggal di bumi.

Sejak lahir, Rinpoche menunjukan banyak tanda-tanda yang luar biasa. Tidak seperti anak-anak lainnya, kegiatan belajar, menulis dan menghafal hanya membutuhkan usaha yang sangat sedikit, dan beliau langsung mengerti makna kitab suci ketika membacanya. Karena itu, beliau mempelajari banyak kitab suci di biara Nang Sang, dekat tempat kelahirannya.

Pada tahun 1916, beliau meninggalkan tempat kelahirannya untuk pindah ke Lhasa, Tibet Pusat. Perjalanan ini memakan waktu sekitar tiga bulan. Di Lhasa, beliau bergabung dengan Biara Ganden Shartse, salah satu dari Tiga Universitas Monastik terbesar di Lhasa. Di bawah bimbingan guru-guru Tibet terbaik yang hidup saat itu, beliau belajar mengenai Tsema (Alasan), Parchin (Kebijaksanaan yang Sempurna), Uma (kekosongan), Dzö (Metafisik), dan Dùlwa (Disiplin). Karenanya, melalui kegiatan menghafal, membaca, dan berdebat, beliau menjadi sangat terkenal.

Pada tahun 1928, Rinpoche menghadap Yang Suci Dalai Lama ke 13 untuk mengikuti ujian, dan pada tahun 1929, beliau dianugerahi gelar Geshe Lharampa, sebuah tanda penguasaan spiritual dan metode Sutrayana.

Sejak saat itu, Rinpoche bergabung dengan Biara Tantra Tingkat Lanjut yang terkemuka dimana beliau mempelajari seluruh bidang Tantra. Setelah melalui semua ini, beliau menjadi guru yang sempurna bagi ajaran Sutra dan Tantra.

Biara Ganden di Tibet

Pada tahun 1937, atas permintaan dan nasihat Radrang Rinpoche, Zong Rinpoche menerima jabatan Kepala Biara dari Universitas Ganden Shartse, posisi yang dipegangnya sampai tahun 1947. Pada masa jabatannya, beliau membangun panggung debat baru, merekonstruksi asrama biksu yang lama dan menjaga kedisiplinan monastik dengan sempurna. Pada tahun 1947, dalam acara Sangphu Yarchö (acara doa) beliau memberikan persembahan kepada 10.000 biksu.

Dari tahun 1947 sampai tahun 1950, Zong Rinpoche pergi ke Phagri, tempat biara bernama Richung Poto berada. Di sana, beliau memberi manfaat bagi banyak orang melalui ajarannya yang bermakna dalam. Pada tahun 1950, beliau mengunjungi Tsari di Tibet Selatan. Pada saat itu, banyak pertanda suci yang nampak. Setelah itu, beliau kembali ke Lhasa. Pada tahun 1951, beliau mengunjungi Do-To Kham Cha Tring, tempat kelahirannya di Nang Sang dan beberapa tempat lainnya, dimana beliau memenuhi harapan semua orang dengan memberi ajaran Lam Rim (Tahapan Menuju Pencerahan), Lo Jong (Transformasi Pikiran), memberikan inisiasi Tantra dan menolong lebih jauh dengan cara melakukan ritual untuk mengeliminasi masalah mental dan fisik mereka.

Setelah itu, Zong Rinpoche kembali ke Lhasa dimana Tiongkok merah sangat aktif dalam menekan kebudayaan Tibet di daerah tersebut. Penekanan ini semakin meningkat dan puncaknya pada tahun 1959 ketika pemerintah Tiongkok menyerang dan menggulingkan pemerintah Tibet. Rinpoche pergi bersama warga Tibet lainnya ke India, dimana beliau tinggal sebagai pengungsi sejak saat itu.

Di India, pada awalnya Rinpoche tinggal di Buxa bersama biksu lainnya yang mengungsikan diri dari tiga biara besar, Ganden, Sera, dan Drepung. Di sana beliau memberi ajaran, transmisi oral, inisiasi, dan sebagainya.

Pada tahun 1965, berdasarkan permintaan dari Yang Suci Dalai Lama ke 14, beliau ditunjuk sebagai guru bagi sejumlah besar kaum intelektual dan mewakili empat sekte agama Buddha di Tibet, yang berkumpul di Musoorie untuk memikirkan tentang kelanggengan dari pola kebudayaan Tibet di antara pengungsi Tibet di India. Pada tahun 1967, Rinpoche menjadi kepala Central Institute of High Tibetan Studies yang pertama di Universitas Sanskrit Varanasi.

Pada tahun 1970, Rinpoche mengundurkan diri dari jabatannya untuk pindah ke Mundgod, India Selatan. Dari sini, Rinpoche mengunjungi berbagai tempat pengungsi Tibet dan memberi manfaat bagi banyak orang dengan mengajar dan memberikan inisiasi.

Diterjemahkan ke bahasa Inggris olehke Losang Norbu Tsonawa sebelum kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

 

KELAHIRAN, KEMATIAN, DAN BARDO

OLEH KYABJE ZONG RINPOCHE

Kelahiran, kematian, dan bardo: apakah arti dari ketiga hal ini? Bagaimana orang meninggal? Kalian telah mengajukan pertanyaan mengenai hal ini dan tentu saja saya harus memberikan jawaban yang bermakna. Kita harus mengerti mengenai apa yang kita maksud dengan kelahiran, kematian dan bardo pada umumnya. Kita harus mengetahui bagaimana cara memasuki Bardo. Kita meninggal, pergi ke Bardo, lahir kembali, meninggal lagi, pergi lagi ke bardo. Ketiga hal ini adalah lingkaran tanpa akhir, tanpa akhir sama sekali. Menumbuhkan rasa tidak suka pada Samsara (atau Siklus Keberadaan) sangatlah berguna, dan merupakan hal yang sangat baik bagi praktisi untuk mengetahui hal ini.

Walaupun ini adalah kenyataannya, kalian bertanya hari ini mengenai manusia yang kembali lagi ke tubuh yang sama setelah kematian. Orang-orang ini mengatakan bahwa mereka melihat cahaya putih tetapi kita tidak bisa benar-benar mengatakan dengan pasti apakah hal ini ada atau tidak.

Bardo3

Biasanya, ketika orang meninggal karena suatu penyakit atau sebab lain, dan kesadaran sedang akan meninggalkan tubuh, ada perasaan ditekan oleh gumpalan tanah yang besar dan perasaan sesak napas. Mereka meminta perawat untuk membantu mereka berdiri dengan berkata “Berikan tanganmu”. Ini adalah waktu hilangnya energi vital seseorang. Setelah beberapa waktu, mereka tidak bisa mengeluarkan suara. Semua elemen air dalam diri mereka mulai mengering: bibir mengering, hidung seperti dicubit. Setelah itu, mereka tidak bisa melihat atau mendengar dengan baik. Kemampuan semua organ indera melemah.

Ketika seseorang merasa ditekan kebawah, sebetulnya ini hanyalah pengalaman mental, seperti melihat halusinasi bahkan sampai dengan air mengalir. Hal ini hanyalah terjadi dalam pikiran dan tidak benar-benar terlihat.

Setelah itu indera orang yang sedang dalam proses meninggal merasakan sesuatu yang seperti asap biru yang juga hanya dialami oleh pikiran. Di sekitar asap ada api seperti sedotan terbakar yang dilempar ke kegelapan. Hal-hal ini memudar perlahan-lahan. Lampu yang seperti api tak bergerak masih terlihat, dan setelah itu sesuatu yang putih seperti cahaya dari sinar rembulan. Dari cahaya putih ini ada cahaya yang berwarna merah atau krimson, seperti matahari terbit.

Tiba-tiba semua menjadi gelap. Ia menjadi tidak sadar; tanpa ingatan yang tertinggal. Kondisi tidak sadar ini selesai dan pikiran halus mengkristal dan menjadi jernih. Semua hal menjadi tidak substansial bagi pikiran ini, seperti warna langit yang cerah sebelum dini hari di musim gugur. Pada periode yang tidak substansial ini, kesadaran dari seseorang tinggal dalam tubuh selama dua hari, sementara makhluk yang sadar bisa tinggal selama 21 hari bila mereka menginginkannya.

Kondisi Bardo tercipta setelah kesadaran, yang telah menemani kita sejak jaman dahulu, meninggalkan tubuh. Manusia itu sudah meninggal.

Bardo2

Sekarang, ada beberapa alasan untuk penampakan di atas – visi berasap dan api membara, lampu yang tenang, cahaya berwarna putih dan merah, dan suasana gelap seperti subuh. Kita melihat mereka karena pusat dan saluran energi yang kita miliki dalam tubuh. Bagaimana cara energi mengalir melalui hal-hal ini? Karena akan mengambil terlalu banyak tempat.

Sekarang kita akan membicarakan mengenai apa yang terjadi setelah kematian ketika kesadaran meninggalkan tubuh. Bila akan dilahirkan kembali sebagai manusia, maka Bardopa (kesadaran dalam kondisi Bardo) memiliki tubuh manusia. Bila akan dilahirkan sebagai deva (atau dewa), maka ia akan memiliki bentuk deva; bila sebagai hewan, maka dalam bentuk hewan. Tubuh Bardo ini mempunyai indera yang normal dan kekuatan nalar dan bisa pergi kemanapun kesadaran ingin pergi tanpa halangan, dan sampai pada tempat yang dia inginkan secara instan. Ketika dia pulang ke rumah dan berbicara kepada anggota keluarga, dia melakukan hal-hal yang biasa dia lakukan. Kita, yang masih hidup, tetap diam karena kita tidak bisa melihat dia. Dia berpikir kita tidak menghiraukannya jadi dia merasa sedih. Ketika dia berjalan di tempat yang berlumpur, kakinya tetap bersih tanpa kotoran, dan tidak ada jejak kaki di lumpur. Tubuhnya tidak terlihat. Dia tidak membedakan antara sinar matahari dan sinar rembulan karena tubuhnya tidak mempunyai dua pikiran Boddhi, yang berwarna putih dan merah. Tubuhnya hanyalah tubuh pikiran.

Bardo4

Dalam proses konsepsi di rahim ibu, semua tiba-tiba menjadi gelap. Dia merasakan panas dan dingin karena dia sekarang memiliki indera perasa. Tiga delusi mengenai keberadaan, yaitu keterikatan, kebencian, dan kebodohan, bisa mengaktivasi beberapa ingatan dalam pikirannya. Ketika berada di rahim ibu, dalam kasus manusia, dia tidak bisa melihat dan mendengar. Tubuhnya bertumbuh dengan perlahan dibawah pengaruh elemen angin. Ada kesakitan dan penderitaan. Ada dingin dan panas. Bila sang ibu merasa lapar, dia akan merasa tergantung di atas angin. Bila sang ibu makan banyak, maka dia akan merasa tertekan. Bila sang ibu melompat, dia akan merasa seperti jatuh dari tebing. Bila sang ibu meminum banyak cairan panas atau dingin, maka dia akan merasa panas atau dingin.

Ketika sembilan bulan berakhir, dan bila anak laki-laki, kepalanya akan berada di sisi kanan rahim dan menghadap bagian belakang ibu. Bila kesadaran ini menjadi anak perempuan, maka kepalanya ada di sisi kiri, dan menghadap bagian depan. Sebabnya adalah bagaimana cara Bardopa memasuki rahim.

Kadang terjadi, sang ibu melahirkan anak kembar dengan yang satu duduk lebih tinggi dalam rahim dibanding yang lain, yang lebih bawah keluar lebih dulu, yang lebih tinggi belakangan. Pada saat konsepsi, akan tetapi, yang lebih tinggi dikonsepsi sebelum yang lebih rendah, dan juga ada perbedaan ukuran sedikit diantara keduanya.

Pada saat akan lahir, dia berada dalam posisi terbalik dalam rahim selama tujuh hari. Sekarang ini adalah penderitaan yang amat sangat. Pada saat akan keluar, dia merasakan rasa sakit yang amat sangat. Pada saat keluar, akhirnya dia bisa melihat, mendengar, merasa, dan mencium. Pada saat berada di dalam rahim, dia tidak bisa makan makanan dari mulut tetapi makanannya diberikan melalui saluran umbilikal yang terikat pada plasenta. Jadi ini adalah bagaimana proses kelahiran terjadi.

Bardo5

Ada yang mengatakan bahwa orang yang kembali ke tubuh yang telah meninggal akan melihat beberapa cahaya ini. Bila kalian membaca mengenai Bardo Töthul (atau Buku Kematian dari Tibet) dalam satu jilid, kalian akan mengetahui mengenai bagaimana Bardo terbentuk. Terkadang, seseorang bisa menemukan komentar yang berlebihan yang membangkitkan kecurigaan, walapun sisanya cukup konsisten.

Bardopa yang akan dilahirkan kembali sebagai deva atau manusia dalam kelahiran bahagia mempunyai tubuh berwarna merah tua. Mereka melihat jalan putih di hadapan mereka seperti ketika seseorang menggelar kain putih. Bardopa lain yang sebagai contoh yang berwarna hitam dan melalui jalan yang gelap dan beberapa berjalan tegak, beberapa merangkak, dan beberapa terbalik dan juga ada perbedaan mengenai cara berjalan Bardopa.

Setelah kondisi Bardo beberapa Bardopa kembali ke tubuh yang telah mati dan mereka disebut “daelog” dalam bahasa Tibet. Kita mempunyai beberapa daelog seperti ini di Kham atau Tibet bagian timur. Setelah kesadaran ada dalam bentuk daelog, dia bisa datang dan pergi sesukanya. Hal ini terjadi berkali-kali dan karena Bardopa bisa pergi ke mana saja dengan cepat, mereka mempunyai banyak cerita yang ingin mereka sampaikan ketika mereka kembali. Bila tubuhnya tidak dikeluarkan dari ruangan dalam waktu tujuh hari, ada kemungkinan dia akan kembali.

Tetapi lebih dari itu, bila kita bermeditasi mengenai latihan yang dikenal dengan Powa Drung Jug, kita akan dapat meninggalkan tubuh kita dan memasuki mayat lain. Seperti yang disebutkan dalam biografi Gyalsae Drindon Dawa ketika beliau memasuki mayat burung merpati dan pergi menyeberangi sungai.

Jetzun Tara Natha (klik pada gambar untuk memperbesar)

Jetzun Tara Natha memasuki tubuh anak yang meninggal dan tinggal di sana selama tiga hari sembari memberikan manfaat bagi banyak murid dengan memberikan ajaran dan memenuhi maksud sebenarnya dari banyak mahluk hidup dengan memimpin mereka menuju jalan kebebasan. Selama tiga tahun beliau menyimpan tubuhnya yang tidak membusuk di tempat yang aman. Tubuh anak yang diberkati dikembalikan setelah beliau kembali ke tubuhnya sendiri. Beliau melakukan hal ini tidak kurang dari enam kali. Bila seseorang telah mencapai Powa Drung Jug, maka hal ini memungkinkan.

Makhluk biasa bisa memasuki kembali tubuhnya yang telah mati, tetapi mereka tidak bisa menghindari pembusukan, dan hanya bisa masuk bila tubuh mereka aman dan utuh. Sebagai contoh, bila kepalanya dipenggal maka Bardopa tidak bisa memasuki tubuhnya. Ada juga beberapa kasus dimana Bardopa tidak bisa memasuki tubuh yang utuh karena karma yang menghubungkannya dengan tubuh tersebut sudah habis. Dia bahkan tidak akan ingin datang mendekatinya karena dia akan menganggapnya menjijikan, kotor, dan penuh dengan noda busuk. Hal ini sangat jarang. Tidak ada dokter yang bisa membawa dia kembali baik dengan obat maupun ritual. Karena itu, didorong kekuatan karma mereka, mungkin satu atau dua orang bisa kembali dari kematian.

[Penjelasan] di atas adalah mengenai bagaimana kondisi Bardo diciptakan secara umum.

Bila seseorang mengalami kematian yang ganas seperti ditembak, dipenggal, atau tenggelam, maka dia tidak akan mengalami bayangan asap dengan api membara dan lainnya karena kematian seperti ini menghentikan kemampuannya untuk mengenal fenomena ini dan sebelum Bardo, tanda-tanda kematian lainnya tidak nampak secara jelas. Tanda-tanda ini hanya nampak bagi mereka yang meninggal karena sakit.

Bila seseorang mempunyai karma buruk yang sangat banyak sehingga akan terlahir kembali di alam neraka, maka orang tersebut akan disiksa oleh penyakit terakhir. Orang itu tidak bisa berdoa kepada Tiga Permata Pelindung (i.e., Buddha, Dharma dan Sangha) dan tidak bisa mengingat doa hariannya. Ini adalah kerugian dari orang yang mempunyai kebajikan sedikit. Pada saat seperti ini, orang itu harus mencoba tetap tenang. Akan tetapi, orang yang hanya mempunyai sedikit kebajikan melihat, sesaat sebelum jatuh ke neraka, api yang diaktivasi oleh karmanya sendiri. Hal ini menciptakan ketakutan yang luar biasa pada dirinya.

Bardo8

Suatu ketika, pada saat jaman Khardampa, seorang murid dari Geshe Niu Zurpa membuat pernyataan buruk mengenai gurunya karena keyakinannya yang lemah, dan karena itu, hubungan guru dan murid terputus. Murid ini menolak untuk mendekati gurunya, walaupun gurunya mencoba untuk bertemu murid ini dengan memberikan banyak hadiah dan memanggilnya kembali. Ketika kematian mendekat, murid ini bisa melihat gurunya tinggal di seberang sungai.

Dia menangis kesakitan: “Saya bisa melihat api di tepi sungai dan setiap saya melihatnya, saya merasa resah. Sekarang apinya semakin mendekat dan mendekat dan membesar dan membesar. Dan [api] ini datang kepada saya. Apinya tepat berada di samping saya!” Lalu dia berhenti bernapas. Api yang dilihatnya adalah api neraka.

Contoh lain dari seseorang yang hanya mempunyai sedikit kebajikan adalah tukang daging di Golog yang banyak membunuh sapi. Sebelum dia meninggal, dia melihat halusinasi sapi dan apa yang bisa dia katakan dengan keras adalah “Baa, baa.”

Mereka yang mempunyai karma baik bahagia ketika mereka meninggal. Mereka tidak tersiksa oleh penyakit karena rasa sakitnya hanya sedikit. Mereka dapat berdoa kepada Tiga Permata dan Guru atau Lama mereka. Seseorang yang meninggal dengan cara ini akan mengalami kelahiran kembali yang bahagia.

Raja Bimbisara, petua, yang membangun dan mempersembahkan taman Aramikagama kepada sang Buddha, mendengar musik dewata dan lahir kembali di alam dewata. Ketika beliau akan meninggal, beliau hanya mendengar musik ilahi, walaupun pembantunya memainkan jenis instrumen yang lain, karena sebelum musik dari pemusik beliau bisa mencapai telinganya, musik dewata menenggelamkannya. Beliau lahir kembali di alam dewa Chandvara Maharajikas.

Ketika Raja Bimbisara dipenjara dan dibuat kelaparan oleh anaknya sendiri, Ajatasatru. Ketika ajal sedang akan menjemput sang Raja, beliau bisa melihat sang Buddha yang berjalan bersama muridnya, di kota Drawasti, melalui jendela penjaranya. Yang bisa dilakukannya hanya menumbuhkan keyakinan terhadap sang Buddha karena beliau tidak berdaya. Sang penyusup, Ajatasatru, bertanya mengenai sang Raja untuk mencari tahu apa yang direncanakannya. Penjaga penjara menjawab bahwa sang Raja sedang melihat keluar melalui jendelanya. Jadi jendela tersebut ditutupi dengan bata. Dengan tidak adanya jendela untuk melihat keluar, sang Raja merasa kesepian dan sangat dekat dengan ajal.

Ilustrasi seniman mengenai Raja Bimbisara di penjara

Ilustrasi seniman mengenai Raja Bimbisara di penjara

Sang Buddha meminta Mahakasshyepa untuk memikirkan Raja Bimbisara. Mahakasshyepa langsung sampai di penjara dan beliau menyampaikan pesan dari Sang Buddha.

“Sang Buddha berkata bahwa kumpulan karmamu yang menyebabkan hal ini terjadi padamu. Dan hal ini harus dialami. Kamu harus berdamai dengan karmamu.”

Melalui ajaran singkat ini, sang Raja menyadari bahwa dia menderita karena karmanya. Dia meninggal dengan keyakinan yang kuat pada sang Buddha dan dapat mendengar musik Chadvara Maharajikas. Beliau dilahirkan kembali sebagai deva Kubera; dan hari ini beliau adalah anak dari deva dan salah satu diantara Dewa kekayaan. Ketika kita melafalkan doa seperti Kangso, kita mengatakan pada Bimbisara yang Muda. Kematian yang bahagia seperti ini sebetulnya banyak. Di sisi lain, karena kumpulan dari karma hitam, banyak yang langsung turun ke neraka.

Di jaman kuno, Raja Bideha membunuh sebanyak 60.000 shakya, dengan cara pura-pura memanggil mereka secara bersamaan. Dia mengirimkan salah satu pengikutnya untuk mendengarkan gosip umum, karena takut bahwa sang Buddha akan merasa marah dan mengutuknya (karena sang Buddha adalah Pangeran Shakya), pria ini mendengar sang Buddha berkata bahwa karena membunuh 60.000 shakyas, sang Raja akan meninggal dalam tujuh hari terbakar oleh api neraka.

Ketika pembantunya menyampaikan pesan ini, sang Raja berkata, “Kita tidak akan apa-apa karena kita akan pergi ke tempat yang tidak ada api. Lalu, kita akan membuktikan bahwa dia pembohong.” Hal ini membuktikan bahwa dia tidak mempunyai keyakinan akan kemampuan Buddha untuk melihat masa depan.

Bardo12

Beliau membuat gerbong besar dan tinggal di dalamnya bersama Ratunya. Enam hari berlalu. Tetapi sang Ratu mempunyai beberapa batu berharga di mahkotanya dan salah satunya adalah batu Permata Api yang berharga. Pada siang hari di hari ketujuh, sinar matahari membuat batu ini memercikan api. Api ini membesar dan pasangan kerajaan ini mencoba kabur, tetapi api mengikuti semua gerakan mereka. Tidak ada ruang untuk kabur. Yang bisa mereka teriakan hanyalah “Tshiko, tshiko – kebakaran, kebakaran!” Ketika Raja, Ratu, dan gerbongnya terbakar, mereka bahkan tidak bisa berteriak karena mereka jatuh ke neraka dengan tubuh manusianya. Tentu saja mereka akan mendapatkan tubuh mahluk neraka setelah sampai. Hal-hal seperti ini benar-benar terjadi.

Sebelum Guru kita mendapat Pencerahan, Beliau dilahirkan sebagai Bodhisattva Monyet. Seorang pria, tidak diragukan lagi, pemburu menemukan dirinya tersesat di hutan. Dia kelaparan. Dia menemukan beberapa buah pada suatu cabang pohon. Ketika dia mencoba mencapainya, dia jatuh ke kolam yang dalam yang dikelilingi oleh batu karang. Beliau berenang ke atas dan mencari jalan keluar. Selama beberapa waktu, dia hidup dari buah-buahan sementara berteriak meminta pertolongan. Beliau didengar oleh seekor monyet. Monyet ini adalah Buddha Shakyamuni dalam kehidupan terdahulu yang masih dalam jalan Bodhisattva. Boddhisattva monyet mencari sumber teriakan: Pasti ini adalah orang dan karena itu, sang Monyet menampakkan diri di tepi dan bertanya mengenai apa yang terjadi pada orang tersebut.

“Saya jatuh kedalamnya. Tidak ada jalan keluar dan saya akan meninggal.”

“Jangan takut, saya akan melakukan sebisa saya.”

Bardo11

Sang Monyet membawakan buah untuk orang itu dan akan membawa batu pada saat kembali, dan terus melakukan hal ini sampai dia membawa batu seberat orang itu. Pada saat itu, dia berkata, “Jangan takut, karena sekarang saya bisa mengangkatmu.” Sementara orang itu sudah bertambah ringan karena hanya hidup dari buah-buahan, sang Monyet telah bertambah kuat. Pada satu hari, dia mengangkat orang itu dan menyelamatkannya.

Sang Monyet berkata setelah sampai di hutan, “betapa baiknya bahwa kau sudah selamat dari bahaya. Maksud dari saya mengalami penderitaan sudah terpenuhi. Bahkan saya mengalami banyak kesulitan pada saat membawa batu-batu itu. Sekarang saya bisa tidur dengan bahagia. Kau akan menjaga [saya] dari musuh.” Dia tertidur di pangkuan orang itu.

Satu pikiran datang ke kepala orang itu sementara sang Monyet tertidur dengan lelap. Dia memperhatikan tubuhnya dan melihat tidak banyak daging yang tersisa di tubuhnya. “Tanpa makanan,” dia berpikir, “saya tidak bisa sampai di kota. Untuk melakukan hal itu, saya harus membunuh dan memakan sang Monyet.”

Perlahan-lahan, dia mengangkat kepala sang Monyet dari pangkuannya dan mengangkat batu dan berusaha untuk memukul kepala monyet itu, kepala Penyelamatnya. Akan tetapi, orang itu sangat lemah dan dia tidak bisa mengarahkan batunya dengan tepat, karena dia bergetar. Jadi dia memukul sang Monyet dari samping. Sang Monyet terbangun dan melihatnya, dan bertanya mengenai apa yang terjadi. Orang itu merasa malu, dan berdiri diam seperti patung. Sang Monyet melihat batu besar di dekat dirinya dan menebak apa yang telah terjadi. Orang itu mencoba untuk memukul kepalanya.

“Sekarang ikut bersama saya. Saya akan menemanimu kembali,” Dia berkata.

Dia membawa orang itu ke jalan dimana dia bisa melihat desa. Sang Monyet berkata, “Hari ini kau sudah melakukan tindakan jahat – karma buruk dari tidak tahu terima kasih. Kau harus memmurnikannya.”

Dengan nasihat ini, dia mengantarnya ke desa. Ketika orang itu sudah cukup jauh dari sang Monyet, dia tidak bisa melihatnya, orang itu jatuh ke parit. Dia sangat menderita dari luka-luka yang menutupi tubuhnya dan merasa sangat gatal.

Raja pada saat itu, ketika sedang berburu, mendengar seseorang berteriak kesakitan. Sang Raja bisa melihat orang itu, tetapi, dia tidak bisa membedakan apakah itu orang atau hewan karena banyak luka di tubuhnya. Sang Raja bertanya siapa dia. Orang itu bercerita mengenai kisahnya dan berkata, “Karena saya adalah orang yang telah berbuat jahat, saya menderita akibat dari karma buruk saya. Karena itulah saya sangat menderita.”

Saat itu juga, orang itu jatuh diantara bumi yang terbelah tepat dibawahnya dan dia jatuh langsung ke alam neraka. Ada beberapa orang yang meninggal seperti ini.

Bahkan bila kita mengaplikasikan sedikit Dharma, kita akan merasakan manfaat yang sangat besar. Ketika Sang Buddha tinggal di Sravasti, dia tidak pergi ke negara Raja Saekhya, untuk memberinya nama dalam bahasa Tibet. Raja ini memiliki seorang menteri bernama, dalam bahasa Tibet, Damchen. Ceritanya panjang walaupun sangat menarik. Pada awalnya, sang menteri adalah petani yang sering pergi ke istana raja. Sang raja ahli dalam menilai karakter manusia. Setelah si petani pulang ke rumah, sang raja berkata, “ini adalah seseorang yang mempunyai banyak emas. Saya dapat mengetahui hal ini dari nada suaranya.”

Bardo13

Menteri yang lain menyela, “Bila dia memiliki banyak emas, mengapa dia datang dengan berjalan kaki? Dia tidak mempunyai rumah atau anak. Dia pergi ke sawahnya dan bekerja di sana. Kami tidak berpikir bahwa dia mempunyai banyak emas!”

Akan tetapi, sang raja berkata, “Sama saja, dia punya.”

Jadi petani ini dipanggil dan ditanya apakah dia memiliki banyak emas.

Sekali lagi, dia ditanya, “Bila kamu memiliki banyak emas, mengapa kamu bekerja di sawah? Kamu bisa datang ke sini dengan menunggang kuda atau gajah ketika kamu berpergian.”

“Semua petani,” dia menjawab, “berjalan kaki dan bekerja keras. Saya tidak merasa pantas bila saya berkuda atau mengendarai gajah.”

Jawaban ini sangat menyenangkan bagi sang raja, dan sang raja mempercayainya. Sang raja bahkan meminta dia menjadi salah satu menterinya.

Ada cerita yang panjang setelah ditunjuknya Damchen sebagai menteri, walaupun saya tidak bisa menceritakan seluruhnya di sini.

Menteri Damchen menasihati sang raja untuk berbuat amal, dengan berkata “tidak berguna bila anda tidak berbuat amal pada saat memiliki kekayaan.” Sang raja memberikan sebagian besar kekayaannya kepada pengemis di jalan selama sekitar sebulan. Bahkan mereka yang hanya tinggal di sana selama satu bulan juga diberi makanan. Jadi banyak orang yang datang ke sana dari Selatan.

Salah satu kelompok terdiri dari 500 perantau. Mereka semua Tirthika atau bukan beragama Buddha. Dengan berjalan dari Selatan, mereka merasa haus, karena mereka tidak mendapatkan air selama perjalanan. Mereka hampir mati. Dan dalam depresi, mereka pergi ke pohon terdekat, jenis pohon yang mengabulkan permintaan seseorang dan berteriak agar semua orang mendengar, “Oh pemilik pohon ini! Apakah engkau deva, naga, arwah atau bukan manusia, tolong berikan kami air. Kami bisa mati kehausan!”

Dari atas pohon datanglah sendok yang dipenuhi air, dan dituang ke dalam kendi yang sangat bagus. Para Tirthika meminum airnya dan rasa dahaga mereka hilang seketika. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan.

Tetapi mereka belum pergi terlalu jauh ketika salah seorang dari mereka berkata, “Siapakah itu? Siapa yang memberikan kita air? Kita lupa bertanya!” Jadi, mereka kembali dan bertanya, “Siapakah engkau? Kau telah sangat baik dan menyelamatkan hidup kami. Apakah engkau adalah deva, naga atau arwah?”

Bardo14

Makhluk di atas pohon menjawab, “Saya adalah seorang deva. Nama saya Tangan Indah. Ini adalah sebab mengapa saya adalah seorang deva. Di kehidupan saya yang terdahulu, saya tinggal di Sravasti. Saya sangat miskin dan tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan. Bangsawan Anāthapindika pada saat itu memberikan sebagian besar kekayaannya. Hal ini membuatnya populer dan banyak orang yang datang kepadanya setelah mendengar tentang beliau. Jadi keluarga saya sedang menuju rumahnya. Saya akan duduk di pinggir jalan dan menunjukan orang-orang jalan menuju rumahnya. Saya berkata, “ke arah sini, ke arah sini!” Karena saya menunjukan jalan pada orang-orang ini dengan motivasi yang baik, saya mendapatkan pahala dengan terlahir kembali di alam deva. Saya mempunyai tangan terbaik diantara semua deva, dan ini adalah asal muasal nama saya.”

Para Tirthika melanjutkan perjalanan, tetapi pada tempat berikutnya mereka tidak bisa menemukan makanan dan hampir mati kelaparan. Mereka menemukan pohon lain dan berteriak, “Berikan kami makanan!”

Dari atas pohon terdengar suara. “Pergilah sedikit lebih jauh ke arah tembok. Kalian akan menemukan suatu wadah penuh dengan makanan yang terkubur di bawah batu. Makanan ini akan cukup bagi kalian semua.”

Mereka pergi dan menggeser batunya dan menemukan wadah tersebut dan makan dengan lahap. Makanan ini lebih dari cukup untuk mereka semua. Mereka mengisi wadah mereka sendiri dengan sisa makanan tersebut. Dan lagi, mereka bertanya siapa yang telah menyelamatkan hidup mereka.

“Saya adalah seorang deva,” adalah jawabannya. “Di kehidupan saya yang terdahulu di Sravasti, saya mengambil Sumpah Mahayana satu hari dalam lima bagian dari Anāthapindika. Sebetulnya pada saat itu saya adalah seorang Tirthika yang bereksperimen dengan ajaran Buddha. Saya pulang malam itu dan ketika sampai di rumah, istri saya menawarkan makanan. Saya mengatakan padanya bahwa hanya untuk hari ini, saya tidak akan makan, karena saya sudah mengambil sumpah.”

“Istri saya meledek saya dengan berkata, ‘ayahmu adalah seorang pemakan daging. Apa yang membuatmu mengambil sumpah ini? Hal ini terlalu berlebihan untuk saya terima, seseorang yang tidak beragama Buddha dan mengikuti Dharma Gautama! Saya tidak akan marah lagi kepadamu bila kamu makan. Bila tidak, saya akan menyebarkannya kepada orang yang tidak beragama Buddha lainnya, dan mereka akan memberimu kesulitan!”

Jadi, dia tidak memenuhi sumpahnya, walaupun itu bukan salahnya. Dia dilahirkan di alam deva dimana matahari dan bulan dapat ditemukan. Bila ia memenuhi sumpahnya, dia mungkin dilahirkan di alam dewa tertinggi, kuadran ke 33. Karena makan makanan pada malam itu, dia tidak dilahirkan setinggi itu.

Para Tirthika berdiskusi di antara diri mereka dan sampai pada, dengan banyak kesulitan, suatu kesimpulan yang pada saat melaksanakan ajaran agama mereka, mereka tidak mendapatkan hasil apapun dalam hidup mereka, sementara mereka yang melaksanakan Dharma Buddha, bahkan bila hanya berupa sumpah sehari dan tidak melaksanakan sepenuhnya, dapat dilahirkan di alam dewa. Kagum akan hal ini, mereka mau melihat apakah mereka bisa mengambil sumpah ini atau tidak. Mereka berdiskusi mengenai hal ini sembari melakukan perjalanan ke arah Selatan.

Sebuah ukiran mengenai

Sebuah ukiran mengenai Anāthapindika

Pada akhirnya mereka sampai pada tempat dimana sang Raja dan para menterinya memberikan barang-barang yang dimilikinya. Sementara mereka beristirahat, mereka ditanya mengenai kabar mengenai huru-hara di tempat yang jauh. Mereka menyampaikan cerita mereka dan berkata bahwa mereka ingin pergi ke Sravasti untuk bertemu Anāthapindika, dan mereka ingin mengambil sumpah darinya. Beberapa orang menyarankan mereka untuk menunggu sekitar dua-tiga bulan sampai musim gugur, lalu pergi ke sana. Mereka melakukan hal ini dan ketika mereka sampai ke Sravasti, mereka bertemu dengan Anāthapindika, menyampaikan cerita mereka dan meminta Sumpah Sehari.

Anāthapindika bertanya pada mereka, “kalian mau mengambil sumpah ini dari saya atau dari Guru yang memberikannya pada saya?” Mereka menjawab bahwa mereka ingin tahu mana yang lebih baik. Anāthapindika membawa mereka ke hadapan sang Buddha. Mereka semua, 500 orang, mengambil sumpah itu dan juga mengambil Sumpah Perlindungan. Mereka diajarkan mengenai Sunyata, walaupun mereka adalah Tirthika, dan menjadi Arya karena mereka melihat sifat sebenarnya dari keberadaan semua hal. Mereka juga mencapai tempat, Nirvana, yang diperuntukan bagi mereka yang telah keluar dari siklus keberadaan (cyclic existence).

Bahkan bila seseorang tidak menjalankan sumpah sepenuhnya, mereka dilahirkan kembali di alam deva. Orang itu akan meninggal dengan damai bila mereka mengumpulkan karma baik yang cukup. Bila orang-orang ini mengumpulkan [karma baik] dan bisa berdoa pada saat kematian, maka orang itu akan meninggal tanpa siksaan penyakit. Bila orang itu mempunyai keyakinan yang cukup pada saat kematian untuk mengingat Guru-nya dan Tiga Permata, walaupun orang itu hanya mempunyai karma baik yang sedikit, orang itu tidak akan lahir di alam bawah. Pertama-tama, orang itu akan mendapatkan kelahiran kembali yang bahagia karena kekuatan ingatan ini. Karena itu ketika kita membicarakan tentang Bardo, hal yang paling penting adalah diingat adalah melakukan hal yang bermanfaat pada saat kematian. Membicarakan tentang orang yang melihat sinar putih dan hitam ketika mereka meninggal atau orang yang bangkit dari kematian hanyalah pembicaraan yang membuang waktu; ini bukanlah hal yang bermanfaat. Walaupun hanya gosip, mungkin saja benar bahwa beberapa orang benar melihat cahaya putih dan kembali dari kondisi Bardo.

Roda Kehidupan yang juga mencakup enam alam keberadaan

Roda Kehidupan yang juga mencakup enam alam keberadaan. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Keraguan kalian yang utama adalah mengenai cara proses Bardo bekerja dan bagaimana seseorang bisa kembali dengan cara tersebut. Pada sisi lain, ada banyak kasus dimana makhluk yang bukan manusia memasuki tubuh setelah seseorang meninggal.

Ada beberapa orang yang meninggal dan mereka yang tidak sadar selama bertahun-tahun, hanya untuk bangun kembali di Neraka Bangkit Berulang kali. Sifat dari neraka ini adalah, makhluk tersebut meninggal dan mereka dibangkitkan seratus kali sehari. Kesadaran dari makhluk neraka ini tidak pergi dari tubuh tetapi tetap tidak sadar untuk beberapa waktu hanya untuk bangun kembali. Ini adalah cara makhluk ini menderita.

Dalam kasus manusia, ada beberapa daelog yang kembali ke tubuh mereka setelah meninggal, terutama di Kham, karena kita tahu bahwa kesadaran bisa meninggalkan tubuh sebelum napas berhenti dan kemudian kembali lagi.

Penubuat di biara Dromo Dung Gar, di India, di luar Sikkim, dan yang juga merupakan penubuat dari Dharmapala (atau Dewa Pelindung Doktrin) Shungten, meninggalkan posisi ini dan kemudian datang ke Tibet, dan menjadi Penubuat di Biara Tshecholing. Di Dung Far ada sebuah biara Bön di bukit yang dekat dengan tempat itu. Para Bönpo membunuh Penubuat ini dengan sihir mereka. Berita tersebar bahwa sang Penubuat telah meninggal dan orang-orang berkabung untuknya.

Para Bönpo senang dan meniup trompet dan memukul gendang. Mereka melakukan ritual untuk menghormati dewa mereka dan berkata “Dewa kami sudah menang!” Tetapi dewa Shungten memasuki mayat itu dan meminta orang-orang untuk menjaganya agar tetap bersih dan tidak menyentuhnya. Tubuh itu tidak disentuh atau dipindahkan selama tiga hari.

Rupang Dorje Shugden terbesar di dunia yang ada di Kechara Forest Retreat. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Ketika matahari terbit di atas bukit pada hari ketiga, sang Penubuat bangkit: dia kembali. Biara Dung Gar membakar dupa, memainkan alat musik dan mengibarkan bendera doa, dan berkata bergantian bahwa akhirnya Dharmapala mereka telah menang.

Setelah kesembuhannya, dia tinggal selama beberapa tahun sebagai Penubuat, walaupun akhirnya dia menanggalkan jubahnya dan menjadi orang awam. Jadi biara tersebut mencari biksu yang sudah ditahbiskan penuh untuk menjadi medium bagi sang Pelindung. Dia ke Tibet dan tinggal di Tshecholing dimana dia menerima banyak ajaran dan melaksanakan Dharma dengan sangat baik di sana.

Di Kham, ada Dewa bernama Paotrobar yang dapat merasuk tubuh seseorang. Beliau tinggal di Logdrama Gutse dan dia mempunyai reputasi sebagai pelindung para Khampa yang melakukan pengorbanan hewan. Logdrama Gutse adalah bukit batu yang tinggi yang tepiannya berada dalam air. Dari air, kalian dapat melihat wajah dari bukit ini.

Mendaki bukit ini tidaklah mudah. Ada beberapa orang yang mendaki untuk membakar dupa dan meminta uang. Beberapa dari mereka akan membawa timbangan dan berkata dengan keras “Pinjamkan saya uang!” Setelah menerimanya, dia akan menimbang uang ini, lalu membawanya pulang dengan janji akan mengembalikannya dalam waktu satu atau dua bulan. Janji ini dilakukan sembari bersujud. Bila dia tidak mengembalikan uangnya, dia akan menderita penyakit. Lalu dia akan membakar dupa lagi saat mengembalikan uangnya. Dia harus berkata “Saya sudah membawa uangnya.” Dia kemudian menimbangnya lagi. Karena yang meminjamkan adalah dewa, seseorang bisa mengembalikan lebih sedikit dibanding uang yang dipinjam. Hal ini dilakukan dengan cara membohongi sang dewa ketika mengatakan berapa berat uang yang ditimbang untuk dikembalikan. Orang tersebut tidak akan sakit atau menderita karenanya sebab sang dewa harus mempercayai apa yang dikatakan orang tersebut.

Di kota, orang akan melakukan kurban dan membunuh banyak kambing. Sering terjadi orang-orang sembuh dari penyakit ketika kegiatan kurban dilakukan, dan karena sebab inilah kebiasaan ini berkembang di Kham.

Sementara pengorbanan darah diterima di negara ini, ada seorang biksu berusia lanjut yang jatuh sakit dan hampir meninggal. Pada saat akan meninggal, kesadarannya mengarahkannya pergi. Dia mendengar seseorang berkata “Ikuti saya,” dan dia menemukan dirinya dibawa ke Logdrama Gutse. Dia melihat bahwa bukit itu adalah istana yang sangat besar dengan banyak taman dan banyak bunga dan dikelilingi semak-semak yang indah. Pada saat sang biksu mendekat, dia bisa melihat bahwa ini adalah gedung yang kompleks. Dia menemukan jalan masuk ke lantai teratas dan melihat bahwa ini adalah tepi dari kediaman sang Dewa. Dia mulai mengintip dari balik tirai pintu dan kemudian dipanggil masuk.

Sang dewa berbibir sumbing dan duduk seperti seorang dewa seharusnya duduk. Setelah sang biksu dipanggil masuk, sang dewa melambaikan rosarinya ke udara dan menurunkannya. Sang dewa bertanya, “Siapa kamu?”

Sang biksu menjawab, ‘saya dipanggil dan karena itu saya di sini.”

Sang dewa berkata, “walaupun saya tidak memanggilmu, kamu mungkin dibawa ke sini oleh salah seorang pengikut saya. Biarkanlah, karena saya ingin kamu melakukan sesuatu. Lakukan hal ini, dan kamu tidak akan mati. Kamu akan sembuh. Dan kamu bisa kembali.”

“Saya akan melakukannya.”

Rupang Padmasambhava di Himachal Pradesh, India

Rupang Padmasambhava di Himachal Pradesh, India. Klik pada gambar untuk memperbesar.

“Lihatlah rosari saya,” lanjut sang dewa. “[Rosari] ini diberikan oleh Padmasambhava, dan terbuat dari besi. Bila saya melafalkan Vajra Guru, yang merupakan mantra Padmasambhava dengan menggunakan rosari ini, rosarinya akan aus, dan saya akan pergi ke alam deva Sangdong Peri. Beberapa waktu yang lalu, batunya hampir aus karena orang lokal membunuh banyak kambing untuk dipersembahkan kepada saya, walaupun saya tidak menyukai ritual pengorbanan, saya harus menerima beban perbuatan buruk yang dilakukan atas nama saya yang telah membuat rosari ini bertambah baru. Sekarang saya merasa batunya susah aus. Karena itu, kamu harus memberikan pesan untuk tidak lagi melakukan pengorbanan dan saya sendiri tidak melakukannya. Bila mereka masih melakukan hal ini, saya akan mencelakakan mereka dan bukannya menolong mereka.”

“Dan juga, kamu harus memberi tahu ini pada mereka, bila orang-orang ini mempersembahkan darah, budak-budak saya mempunyai sesuatu untuk dimakan. Karena itu, mereka sedikit menolong orang-orang ini tetapi mereka tidak bisa menolong orang-orang ini selamanya. Ini adalah pesan yang harus kamu bawa kembali.”

Biksu ini melihat bahwa dewa ini mempunyai patung Padmasambhava di samping sofanya.

“Sekarang sudah waktunya bagimu untuk kembali,” sang dewa berkata. “Kamu akan sembuh dan tidak ada celaka yang akan datang kepadamu. Tetapi kamu harus menyampaikan pesan ini dengan benar.”

Sang biksu kembali dan sembuh. Sementara dia dalam proses penyembuhan, dia bisa mengingat apa yang disampaikan kepadanya. Lalu, dia memberi pesan ini dengan keyakinan dan akhirnya dapat menghapus kebiasaan buruk dari negara ini.

Jadi bisa kita lihat bahwa ada beberapa orang yang bisa kembali setelah kematian dan diarahkan oleh arwah. Ada beberapa yang kembali karena kekuatan karma mereka sendiri.

Ketika kita meninggal, terkadang, karena waktu hidup kita yang habis dan terkadang karena pahala yang dikumpulkan di kehidupan sebelumnya habis. Bila waktu hidup dan pahala kita sudah habis, maka tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari kematian; doa maupun ritual. Semua orang harus meninggal, walaupun bila masih ada sisa karma baik dan waktu hidup, maka doa bisa membantu. Bila ada sisa karma baik dan waktu hidup sudah habis, maka waktu hidup ini bisa dikembalikan. Orang yang mempunyai residu seperti ini bisa dibawa hidup kembali, walaupun mereka telah meninggal karena sakit.

Karena itu, bisa terjadi bahwa banyak orang atau daelog yang kembali dengan syarat mereka sudah meninggal selama empat atau lima hari dan tubuh mereka tetap dijaga bersih. Mereka mempunyai banyak anekdot untuk diceritakan mengenai orang yang berbeda dan mengenai apa yang terjadi pada mereka di kehidupan selanjutnya, seperti orang ini dilahirkan di sini dan seterusnya. Daelog seperti ini dianggap suci di negara saya.

Akan tetapi, tidak ada yang pasti mengenai identitas kesadaran yang kembali ke tubuh tersebut dan mulai menceritakan tentang tindakan di kehidupan sebelumnya. Kita tidak membedakan secara pasti apakah ini adalah kesadaran yang asli dari orang yang telah meninggal atau arwah lain.

Ketika mayat kembali hidup dan berlaku sama seperti orang yang telah meninggal. Ada cerita ketika Guru Padmasambhava yang Agung berada di Tibet. Salah satu menteri dari raja Trison Detsaen telah meninggal dan salah satu ritual Bön telah dilakukan.

HHZRbardonew4

Sekarang ada tiga jenis sistem Bön: dikenal dengan Gyurbön, Khyarbön dan Dùbön. Sistem Gyurbön adalah terjemahan dari sistem di India yang menggabungkan elemen Buddhisme dan bukan Buddhisme oleh Pandit Shamdag Nagpo (yang berarti Pemakai Rok Hitam). Khyarbön didirikan oleh beberapa orang non Buddhis dan bisa terbang di udara dan tinggal di pinggiran Tibet ketika biara mereka dihancurkan oleh petir (nama ini berarti para Bönpo tanpa tempat tinggal). Dùbön adalah sistem Bön yang didirikan di Tibet. Mereka ahli dalam melakukan ritual dan menangani orang sakit. Ketika upacara Bön, Tenpa Sherab, dilakukan, dikatakan bahwa orang yang meninggal bangkit kembali. Ritual ini dilakukan atas orang yang telah meninggal yang konon kembali lagi. Ini telah dilakukan bagi mereka yang telah meninggal selama berhari-hari bahkan sampai satu tahun. Para Bönpo berteriak sekeras-kerasnya sembari membunyikan bel yang dikenal dengan shang. Setelah beberapa waktu, orang yang telah meninggal seharusnya kembali. Dia akan ditanya apakah dia menikmati apa yang terjadi pada dirinya diantara mereka yang telah meninggal atau apakah dia telah menderita. Dia akan mulai menceritakan setiap cerita mengenai apa yang dilakukannya semasa hidup. Dia akan menikmati teh, ch’ang dan makanan. Sebagai cara untuk memberikan hadiah, dia akan diberikan syal sebagai sambutan sebelum disihir. Sebetulnya, ini semua hanya merupakan permainan bagi arwah yang ingin makanan dan minuman gratis.

Akan tetapi setiap orang meyakini apa yang dilihat dari luar saja dan mempunyai keyakinan atas ritual sejenis ini, sebagai contoh dari metode Bönpo. Orang melaporkan hal ini kepada sang guru Padmasambhava, sembari berkata bahwa sistem Bön pasti sangat baik karena tidak ada hal seperti ini dalam Dharma sang Buddha. Para Bönpo bahkan bisa memanggil orang yang telah meninggal dan bertanya mengenai kehidupan sebelumnya dan dia akan memberikan jawaban yang tepat. Tidak hanya dia akan mendapatkan sesuatu untuk dimakan, dia juga akan bertemu dengan keluarganya lagi. “Hal ini tidak ada dalam ajaran Buddha, bukan begitu?” Kata mereka.

“Ini tidak mungkin orang yang telah meninggal itu sendiri,” adalah jawabannya.

“Ini adalah orang yang telah mati, dia kembali dan kau bisa melihatnya sendiri.”

Upacara Bön dilakukan sesuai instruksi sang Raja. Setelah beberapa waktu, menteri yang telah meninggal kembali hidup dan bertindak seperti menteri Raja yang asli dalam segala tingkah laku dan perkataan. Tidak ada inkonsistensi sedikitpun yang mengindiskasikan bahwa ini bukan sang menteri yang hidup kembali. Bila ditanya mengenai apa yang dilakukannya pada waktu tertentu, jawabannya sangat tepat. Dia menceritakan mengenai semua tindakannya sebagai seorang menteri.

“Ketika saya memberikan inisiasi,” Padmasambhava kemudian berkata, “Saya memberimu nama rahasia. Apakah nama yang saya berikan?”

Tubuh itu menjawab, “saya tidak mungkin tahu mengenai hal ini. Ketika Guru yang Berharga memberikan inisiasi, saya tidak bisa hadir karena saya diusir sebelum acara dimulai.”

Hal ini menunjukan bahwa kesadaran ini tidak lebih daripada arwah yang mengikuti sang menteri hampir selama hidupnya. Dia diusir dari inisiasi karena sifat dari upacara yang dilakukan saat pembukaan. Karena ini, dia tidak bisa mengetahui namanya.

Setelah pengakuan ini, tubuh itu berdiri dan melarikan diri. Lalu ia menjadi seekor serigala, dan kemudian menghilang dalam angin.

Setelah membuka kedok arwah penipu ini, Padmasambhava mengumumkan, “Ini adalah cara untuk mengetahui bahwa ini bukanlah orang yang sebenarnya.” Ketika ditanya, siapakah arwah tersebut, sang Guru berkata bahwa ini adalah arwah yang lahir bersamaan dengan sang menteri. Karena inilah dia memasuki mayat [menteri]. Bahkan orang-orang yang kembali pada saat upacara Bönpo adalah mirip dengan kasus ini. Beberapa arwah yang lahir dengan sendirinya sementara yang lain adalah deva. Tetapi lebih banyak nöjin dan drize.

“Ini hanyalah tipuan dari arwah bukan manusia ini,” dia melanjutkan, “karena tidak mungkin bagi kesdaran untuk kembali setelah waktu yang lama. Karena mereka pasti telah mengalami kelahiran kembali menurut karma masing-masing.”

Bardo18

Lalu Padmasambhava ditanya mengenai kelahiran kembali dari sang menteri. Melalui kemampuan spesial untuk melihat, beliau dapat memberi tahu bahwa sang menteri telah lahir kembali sebagai cacing di kotoran sapi yang dapat ditemukan di dekat Lhasa. Para menteri meminta Padmasambhava untuk memperlihatkan cacing itu untuk membuktikan penjelasannya. Sang Guru besar membuat cacing tersebut mengingat kehidupannya yang terdahulu, ketika masih menjadi menteri, dengan memberkahinya. Lalu beliau memanggilnya dengan nama rahasianya, dan cacing tersebut menggoyangkan tubuhnya sebagai tanggapan atas nama tersebut.

Sang menteri tidak dapat terhindar dari kelahiran sebagai cacing karena ini adalah kekuatan dari karmanya yang telah matang. Bahkan Tiga Permata tidak dapat menolongnya dengan kekuatan mereka, karena kekuatan karma yang telah matang sama besarnya. Bahkan bila Padmasambhava melakukan Puja yang sangat ampuh untuk cacing tersebut, dia masih tidak bisa pergi ke Tanah Suci dengan segera. Ini adalah salah satu cerita tentang Padmasambhava.

Akan tetapi, kita sebagai makhluk biasa tidak bisa membedakan apakah kesadaran yang masuk ke tubuh yang telah meninggal adalah kesadaran dari orang yang dimaksud atau bukan. Sebagai contoh, ada beberapa arwah yang memasuki tubuh dan meniru orang yang telah meninggal dalam segala hal dengan sempurna. Akan tetapi, mereka akan menyelipkan kebohongan di mana-mana, seperti melihat cahaya putih, hitam, atau merah. Kita tidak bisa benar-benar yakin siapa yang telah memasuki tubuh tersebut. Tidak ada hal seperti ini yang ditemukan dalam Ajaran sang Buddha.

“Kesadaran orang yang telah meninggal” diketahui telah memasuki tubuh penubuat setempat di sebuah desa. Di kampung halaman saya, ada seorang penubuat wanita dan dewa pelindung setempat, seorang deva, yang merasuk tubuhnya. Dia juga merupakan penubuat cadangan bagi penubuat Dhamchen. Kedua dewa ini akan berbicara hal yang sebenarnya dan sama. Suatu waktu suara sang Penubuat menjadi sangat serak, jadi dia sering mengeluarkan suara “urr, urr,” dia berkata, “Saya telah memakan banyak ayam dan karena itu, salah satu kepala mereka menyumbat tenggorokan saya.” Kesadaran seorang wanita tua yang baru saja meninggal mengatakan hal ini melalui dirinya. “Kalian harus berdoa untuk saya karena karma baik saya tidak terlalu banyak.”

Kesadaran orang lain yang telah meninggal merasuk dirinya dan berkata, ‘bilamana saya membaca “Om Mani Peme Hum, saya tidak membaca Om. Bisakah kalian membaca Om untuk saya agar dapat melengkapi Mani saya?”

Tetangga kami dalam satu kabupaten adalah Keluarga Shangli yang tinggal dekat sungai di jalan bawah. Sang ayah dan seluruh keluarganya mengadakan rapat pada malam hari. Sang ayah marah dan pergi keluar. Di bawah rumah ada sungai besar dan dia melepaskan ch’uba, topi, dan sepatunya dan meletakkannya di tepi sungai. Lalu dia menyeberangi sungai hanya dengan celananya. Dia belum kembali pada malam selanjutnya sehingga keluarganya mulai mencarinya. Sewaktu menemukan bajunya di tepi sungai, mereka segera memikirkan hal terburuk – dia menenggelamkan dirinya dalam sungai. Karena rasa kasihan kepadanya mereka bersumpah dengan suara keras.

Mereka mengundang beberapa Lama dan orang yang ahli dalam hal doktrin, dan meminta mereka melakukan Phowa. Kenyataan bahwa tidak ada mayat yang ditemukan telah dilupakan keluarga itu. Mereka pergi ke seorang penubuat untuk mencari mayat sang ayah.

Tidak ada yang terkejut, ketika sang ayah yang telah meninggal memasuki sang penubuat dan dengan suara yang sama berkata, “Mereka menghina saya – saya, sang kepala keluarga. Mereka berani membantah saya setelah saya bekerja keras untuk membiayai hidup mereka. Saya mengatakan satu hal dan mereka akan mengatakan hal lain.”

Semua ini mempunyai efek meyakinkan.

“Saya membuat diri saya menghilang, pergi ke sungai dan melompat kedalamnya. Sekarang saya merasa dingin!” Setelah cerita sedih ini, dia pergi, meninggalkan keluarganya dalam tangis. Yang mereka pikirkan adalah, dia telah terlahir kembali sebagai arwah.

Setelah tinggal di batu karang selama empat atau lima hari, sang ayah kembali. Cerita ini tidak unik dan menunjukan betapa sulitnya untuk membedakan “siapa yang berbicara dari kubur” bila menggunakan istilah dari Barat.

Tidak ada [situasi ini] di kondisi Bardo dalam ajaran sang Buddha, Yang Mengetahui semua Fenomena, apakah hal itu terkait Samsara atau Nirvana, nampak atau tidak nampak, atau berasal dari Tiga Waktu – dahulu, masa kini, atau masa yang akan datang – yang mengetahui sifat dari keberadaan yang sebenarnya.

Banyak ahli sains yang melakukan eksperimen yang berguna. Akan tetapi, bila mereka tidak bisa melihat apapun, hal ini tidak ada untuk mereka. Dalam hal ini mereka mirip dengan kaum Charvaka di jaman dahulu, karena mereka tidak mempunyai apapun untuk dikatakan mengenai kehidupan selanjutnya dan mereka tidak mengetahui tentang deva, arwah karena hal-hal ini tidak dapat dilihat secara kasat mata. Akan tetapi, bila sesuatu bisa dilihat, mereka menganggapnya cukup berharga sebagai obyek percobaan. Hal-hal ini kebanyakan berguna dan akurat, dan kesimpulan yang mereka tarik masuk akal.

Jadi kembali pada subyek utama, ini adalah apa yang dikatakan kitab suci mengenai subyek ini. Untuk mengatakan kebenaran, ada banyak orang lain yang dapat menjelaskan Dharma dengan lancar dan memiliki pengetahuan sebanyak yang saya miliki dalam hal-hal ini. Kemampuan akademis mereka sama baiknya dengan saya kecuali saya berusia sangat lanjut dan telah mendengar cerita dari sana dan sini. Jadi kalian dapat bertanya pada mereka mengenai subyek ini.

 

KELAHIRAN, KEMATIAN DAN BARDO; BAGIAN DUA

OLEH KYABJE ZONG RINPOCHE

Sebuah foto Kyabje Zong Rinpoche bersama Kyabje Lati Rinpoche dan para biksu dari Biara Ganden.

Pertanyaan: (Oleh seorang pendengar dalam ajaran yang diberikan): Apakah akan berguna untuk membacakan Buku Kematian dari Tibet (*Bardo T’ oedrol) kepada seseorang yang baru meninggal?

Tanggapan: Ketika kalian membacakan Buku Kematian dari Tibet, bila kesadaran orang yang meninggal kebetulan ada di dekat sana dan dia akan mendengarnya. Bila kalian membacakannya dalam bahasa Tibet dan dia tidak mengerti bahasa Tibet dalam kehidupan sebelumnya, dia tidak akan bisa mengerti, dalam kebanyakan kasus. Bila dia mengerti bahasanya dalam kondisi Bardo, siapa yang bisa menjamin bahwa dia akan mendengarnya sampai habis? Kalian tidak akan bisa mengetahui dimana dia karena dia bergerak kesana kemari seperti angin. Mungkin juga dia tidak akan memperhatikan walaupun dia ada di sana. Dan lagi, berapa lama dia akan ada di Bardo? Ini adalah pertanyaan yang lain, karena dia akan berada di Bardo sampai terlahir kembali.

Bila dia mendengarnya, maka akan berguna, tetapi apakah dia memperhatikan atau tidak sulit diketahui. Kita sering tidak memperhatikan saat kita mendengarkan ajaran ketika masih hidup. Jadi apa lagi dalam bentuk kesadaran!

Saya tidak akan mengatakan bahwa membacakan Buku Kematian dari Tibet tidak berguna. Bukan ini maksudnya. Secara superfisial, subyeknya adalah tentang Bardo, tetapi ini bukanlah cerita yang lengkap. Juga dikatakan bahwa makhluk di Bardo tidak seharusnya tetap terikat pada keluarga dan orang tua dari kehidupan ini karena sekarang dia berada di Bardo. Dia juga harus memanggil Tiga Permata dengan tulus. Ada cerita mengenai cahaya putih yang tampak dan mengapa dia tidak usah takut akan hal ini karena ini adalah sinar dari Lima Buddha Dhyani, atau Lima Kebijaksanaan, dan seterusnya. Saya sendiri tidak mengetahui apakah hal seperti ini akan nampak atau tidak. Bila mereka tidak dimengerti oleh orang yang masih hidup, akan lebih sulit bagi makhluk Bardo untuk mengerti akan hal ini.

Bila mantra suci dilafalkan, atau upacara yang relevan dijalankan dengan benar, dengan pahala yang dihasilkan untuk kebaikan orang yang telah meninggal, hal ini akan memberikan manfaat substansial. Terlebih lagi, kalian bisa melakukan hal ini menurut Tantra, bila Tantra berkembang di daerah tersebut. Sebagai contoh, bila tubuh tersebut masih ada, dan kalian ingin melakukan upacara pemurnian dosa, maka persiapkan mayat tersebut dan lakukan upacara pemurnian dosa dari Tiga Alam Terbawah, yang merupakan metode yang menggunakan dewa Gun-Rig.

Pertama-tama, kesadaran yang lama ditarik kembali ke mayat tersebut dengan membaca Perkataan yang Benar dari Tiga Permata. Lalu, halangan baginya untuk mencapai pencerahan atau kebebasan dari lingkaran keberadaan dihilangkan dan metode yang digunakan bisa dengan kemurkaan atau kedamaian. Wijen putih dan pasir putih diberkati melalui lima-belas mantra. Akan bermanfaat untuk melempar wijen dan pasir ini ke tubuh yang telah meninggal. Bila wijen dan pasir ini disebarkan di tempat-tempat seperti kuburan, kesadaran yang pernah menempati tulang yang tersentuh oleh butiran pasir dan wijen ini akan terlahir kembali di alam dewa ditengah hujan bunga, bahkan bila kesadaran tersebut telah terlahir kembali dalam neraka. Setidaknya ini adalah yang dijelaskan dalam tantra. Bahkan hal ini akan bermanfaat dan seseorang bisa berpegang pada teknik ini karena mereka terhubung dengan ajaran yang berkaitan dengan aktivitas. Masalah mengenai klasifikasi dari ajaran yang berdasarkan interpretasi atau definitif hanya berhubungan dengan perkataan sang Buddha mengenai kekosongan. Akan tetapi, ajaran yang berkaitan dengan aktivitas konon bersifat definitif. Bila dilakukan dengan keyakinan yang kuat, mereka akan efektif.

Bila kalian menuliskan mantra yang sangat efektif ini di atas secarik kertas, kalian harus meletakannya di samping telinga mayat, atau menguburnya dalam peti, atau menyelipkannya dalam belitan kain.

Lama yang berkualifikasi meninggalkan wijen putih di dekat tangan dan memberkatinya dengan mantra ketika mereka membacakan doanya. Mereka juga mencatat nama orang yang meninggal ketika diminta untuk mendoakan orang yang telah meninggal. Pada akhir bulan mereka melakukan upacara pemurnian dosa. Mereka menarik kesadaran orang yang telah meninggal di atas bebijian ini dan upacara pemurnian dilakukan. Setelah itu, bebijian ini dibuang. Ritual ini juga bermanfaat.

Ada juga upacara pencucian. Sebagai contoh, Tiga Permata direfleksikan dalam cermin dan kemudian dicuci. Ketika airnya dibuang, hal-hal seperti “Air ini adalah kesempurnaan kemurahan hati dalam bentuk air,” disebutkan. Apapun ritual Gun Rig yang dilakukan, selipkan nama orang yang meninggal karena ini akan bermanfaat baginya. Kalian bisa berkata, “Semoga semua tindakan negatif yang dikumpulkan sejak masa tanpa awal dan terutama yang berkaitan dengan kekikiran dibersihkan; semoga dia mencapai pencerahan dengan segera.” Bahkan kegiatan membuang air bermanfaat baginya, begitu juga membersihkan kebodohannya dengan menyebutkan kata-kata yang penuh kekuatan kebenaran tentang kekosongan. Selain itu ada lima-belas bait yang harus dibacakan mengenai kegiatan utama Buddha Shakyamuni dan bagaimana dia mendapatkan kualitas tubuh, perkataan, dan pikiran yang mulia, menghancurkan empat Mara, dan memutar roda Dharma. Kalian harus berharap semua ini akan sangat baik bagi yang meninggal. Ada tiga bait tambahan mengenai lagu pujian untuk Tiga Permata. Sementara semua ini dilafalkan, hal yang terbaik yang bisa dilakukan adalah melempar bunga ke tubuh [yang meninggal] dan berpikir bahwa hal ini membersihkan kebodohannya. Bila kalian ingin lebih detil, kalian bisa membaca lebih banyak bait yang menunjukan tingkatan dalam jalan menuju kondisi spiritual yang tinggi seperti jalan menuju kebebasan. Lalu, dia bisa diperbolehkan memasuki mandala untuk mendapatkan inisiasi. Setelah semua ini dilakukan, melalui kekuatan perenungan, kesadarannya akan dipindahkan ke Tanah Suci Sukhavati. Mantranya sekarang dibakar. Jenis pemurnian seperti ini termasuk dalam tujuh jenis pemurnian sehingga akan berguna bagi dirinya. Kalian harus berbuat amal kepada fakir miskin mewakilinya, atau melakukan persembahan pada Tiga Permata atau khususnya kepada Sangha (bahkan, di komunitas Tibet, kalian cukup sering mendengar tentang biksu yang bertanggung jawab untuk menegakan disiplin di biara membacakan daftar permintaan mengenai doa yang ingin dibacakan). Semua kebaikan yang dilakukan atas namanya akan membantunya. Akan tetapi, hal yang paling membantu adalah bila dia melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri pada saat masih hidup. Hal ini sangat langsung dan apapun yang dilakukan setelahnya adalah tidak langsung.

Bila semua hal di atas belum dilakukan secara efektif, mereka hanya berlalu-lalang. Sebagai contoh mereka yang dilahirkan di neraka. Bila upacara pemurnian dosa tidak efektif, dia tidak akan mendapatkan kelahiran kembali sebagai manusia lagi. Paling tidak dia akan mendapatkan sedikit rasa lega seperti merasakan angin sejuk ketika neraka sedang sangat panas. Bila kalian ingin upacara ini dilakukan secara serius, kalian harus meminta pemurnian dosa dari praktisi berkualifikasi, metode tantrik adalah metode yang paling efektif untuk memurnikan dosa.

Bardo21

Ada beberapa orang yang melaksanakan upacara untuk mengingat yang meninggal, mengundang teman mereka, membunuh kambing dan ayam untuk pesta besar. Karena semua tindakan negatif ini dilakukan atas nama orang yang meninggal, mereka membalik seluruh tindakan baik yang sudah dilakukan untuknya dan bisa jadi sangat membahayakan.

Upacara Gun Rig dilakukan terutama bila seseorang meninggal dan mereka sangat dihargai di Tibet, tetapi kalian juga bisa meminta upacara Ghuyasamaja, Yamantaka atau Heruka dilakukan. Dalam kasus ini, seseorang memberkati pasir putih dan wijen, menyebarkannya di atas tubuh bila masih ada. Bila hal ini tidak memungkinkan, salah satu tulangnya, kuku, rambut atau baju yang belum dicuci juga bisa digunakan. Inilah mengapa, ketika upacara pemurnian dosa dilakukan, orang-orang memberikan baju yang belum dicuci dan nama orang yang meninggal di atasnya. Hal ini agar upacara pemurnian dosa bisa dilakukan atas pakaian itu, bukan karena untuk dijual agar bisa mendapatkan sedikit uang! Bila tubuhnya sudah dikubur/kremasi, persembahkan pakaian dan jangan diterima kembali karena ini adalah tradisinya. Bila kalian mempunyai tulangnya, persembahkan ini, tidak perlu mempersembahkan pakaian, karena hal ini tidak menurut tradisi upacara. Untuk memberikan pakaian setelah memberikan barang-barang yang lain menunjukan keserakahan.

Kalian tidak usah takut bila orang yang meninggal bangkit kembali. Pertama-tama panas tubuh berkumpul dan lalu dia mulai bernapas. Setelah itu dia sembuh seperti orang sakit. Akan tetapi, bila mayatnya menjadi rolang (yang artinya “mayat bangkit”) hal ini dikarenakan arwah jahat. Mayatnya akan membengkak ketika arwah ini merasuk tubuh. Ada beberapa jenis Rolang dan beberapa dari mereka berbicara seperti manusia. Yang lain juga makan dan berbohong. Bila tubuh menjadi rolang, pada umumnya kepalanya akan bergerak dengan lambat. Tubuh akan melihat apakah ada orang yang menyaksikan. Lalu dia akan membuka kedua mata dan berdiri. Setelah itu, dia tidak bisa membungkuk lagi. Sekarang dia mencelakakan manusia. Manusia akan langsung meninggal ketika dia berkata “Ha!” Bila dia tidak bisa membunuh, dia akan berusaha merusak. Dia memukul orang dan bernapas di atas mereka, dan orang itu mungkin bisa meninggal. Ada beberapa tanda yang menunjukan mayat sudah dirasuki sebelum menjadi rolang. Salah satunya adalah ketika menyalakan lampu mentega, ia tidak bersinar tetapi mengeluarkan cahaya yang “kehitaman.” Tanda yang lain adalah ketika kalian melihat mayat, sepertinya dia akan berdiri. Bila kalian melempar wijen putih yang telah diberkati pada kepala mayat, hal ini akan mencegahnya berdiri.

Saya ingat seorang lelaki tua dengan anting emas besar yang meninggal. Merupakan kebiasaan untuk mengadakan acara untuk mengingat yang meninggal dengan makan besar dan bir berlimpah. Mereka bercerita ketika makanan dan minuman disajikan, dia duduk sebentar, meminum segelas bir dan kemudian berbaring lagi. Hal ini dilihat banyak orang. Lalu dia diperiksa dan diketahui bahwa dia telah dicelakakan oleh raja arwah yang menyukai keluarga lain. Kedua keluarga ini terlibat perkara hukum selama bertahun-tahun. Arwah ini hanya bermain dengan mayatnya.

Ada seorang Lama dari Derge yang melakukan P’owa (lihatlah artikel sebelumnya) atas sebuah tubuh. Biasanya tubuh itu tidak berdiri ketika hal ini dilakukan. Ketika melakukan upacara, dia merasa sesuatu tidak wajar. Dia bertemu dengan muridnya di jalan ketika dia kembali. Dia bertanya pada muridnya apakah dia akan pergi ke rumah yang sama untuk melakukan upacara lanjutan. Sang murid menjawab ya. Sang Lama berkata, “bila ada gangguan terhadap tubuh yang meninggal, berdoalah sekuatnya kepada guru utamamu. Hal ini akan lebih membantu.”

Sang Lama tidak sendiri dalam merasakan pertanda buruk. Ketika sang murid duduk di samping mayat, keluarganya menyelinap keluar ruangan dan diam-diam memasang balok di pintu.

Sekarang, sudah biasa bagi murid ini untuk menutup matanya pada saat membaca doa. Pada saat masa reses dalam upacara ini, dia membuka matanya dan melihat kepala mayat itu naik sedikit. Dia tidak memperhatikan hal ini, menutup mata lagi dan melanjutkan. Saat selanjutnya dia membuka matanya, dia melihat bahwa kepala tersebut lebih naik ke atas. Ketakutan, dia mencoba membuka pintu, tetapi pintunya sudah dikunci. Selanjutnya, dia mencoba untuk keluar lewat jendela, tetapi jendelanya terlalu kecil. Dia tidak memperhatikan telinganya sudah terluka teriris bingkai jendela dan banyak darah yang keluar. Sekarang dia merasa tidak berdaya. Dia menekan kepala tersebut dan membuatnya sedikit turun.

Saya mendengar cerita ini dari sang murid sendiri. Dia mengatakan pada saya, “saya menekan dengan keras dan mulai melakukan hal-hal seperti membaca mantra.”

Sementara perlawanan ini berlanjut, dia menjadi lebih berani. Tiba-tiba dia teringat nasihat sang Lama. Dia meletakan vajra (salah satu alat ritual Tantra) di atas kepala mayat dan berkata dengan keras, “Semoga Lama saya mendengar saya, dan merubah bentuk saya!” Akhirnya tubuh tersebut terjatuh dan vajra tersebut jatuh ke tanah.

Hal ini tidaklah unik di negara saya.

Bardo22

Pemimpin doa di sebuah biara kecil dekat Ganden (salah satu dari tiga biara besar di Lhasa) meninggal. Tempat dimana sang mayat ditaruh untuk dimakan burung terletak di atas bukit. Tubuhnya ditaruh disana oleh empat orang. Mereka meninggalkan tubuhnya dan pergi untuk minum teh. Mayat biasanya merobek pakaiannya ketika mereka bangkit kembali, jadi mayat yang ini mulai merobek jahitan pakaiannya dan berusaha bangkit. Tetapi, dia ditinggalkan di tepi jurang yang curam, sehingga bukannya bangkit, dia malah terguling ke kaki gunung. Kenyataannya, mayat tersebut tidak pernah sampai berdiri karena dia hancur berkeping-keping di bawah.

Ada seorang lelaki tua bernama Gompo, yang saya kenal dengan baik dan dengan siapa saya menghabiskan banyak waktu. Suatu hari dia dan seseorang lagi bernama Trinlay mendaki gunung dan sampai pada tempat pembuangan mayat milik Ganden. Mereka membawa mayat dengan usungan. Ketika mereka semakin dekat ke tempat tujuan, tubuh tersebut mulai merobek jahitan pakaiannya seperti yang kita deskripsikan sebelumnya. Gompo sangat ketakutan dan melarikan diri. Trinlay mulai meludah di satu sisi dan memukuli tubuh tersebut dengan batu untuk mematahkan tulangnya. Bila kalian meludah sebelum rolang bernapas di atas kalian, maka dia tidak bisa mencelakakan kalian.

Saya mempunyai banyak cerita mengenai rolang. Bahkan ada tempat dimana setiap orang yang meninggal menjadi rolang. Sebelum seseorang meninggal, warga setempat meminta seorang Lama untuk datang dan melakukan upacara apapun yang diperlukan. Mereka akan menggali lubang, mengubur tubuh tersebut secepat mungkin dan melarikan diri. Kaki tubuh tersebut dipatahkan sebelumnya. Suatu hari seorang wanita perantau meninggal di sana. Perantau lain mematahkan kakinya dan mengubur dia seperti sebelumnya dan memindahkan ternak dan tenda mereka ke tempat lain. Akan tetapi, sepertinya mereka tidak membuat lubang yang cukup dalam, karena sang mayat bangkit dan keluar dari dalam lubang. Dia menarik dirinya di tanah sambil merengek sepanjang waktu. Di dekat situ ada lima biksu yang sedang mengambil air dan makanan. Mereka berhenti sejenak dalam perjalanan mereka menuju biara besar di Tibet Pusat. Salah seorang dari mereka melihat sesuatu yang menyerupai rambut hitam dan sekali waktu seperti bangkit dari tanah. Ketika dia melihat lagi, makhluk itu seperti bersembunyi di balik sesuatu. Sekarang dia ada di sisi lain kandang kuda di mana mereka menginap. Dia sekarang melihat bahwa kakinya sudah dipatahkan dan ada tanda kapak di sana. Hal inilah yang menunjukan padanya bahwa ini adalah mayat. Mereka menyiramnya dengan air yang mereka didihkan untuk teh dan melarikan diri.

Bardo6

Ada satu keluarga dimana seorang anggotanya meninggal dan mereka mengikat tubuh tersebut dengan beban yang berat dan melarikan diri. Seorang kurir surat datang dengan kudanya. Padang rumput di sekitarnya sepertinya sangat indah. Hal ini tidaknya mengejutkan karena keluarga yang lain sudah melarikan diri secepatnya. Dia melonggarkan ikat pinggangnya dan berbaring untuk tidur. Dia dibangunkan oleh kudanya yang resah. Dia berpikir bahwa pasti ada hewan liar di sekitar situ, tetapi dia tidak bisa melihat satupun, dia kembali tidur. Kudanya membangunkannya lagi. Kali ini, ketika dia bangun untuk memeriksa, dia melihat bungkusan dan mengenal apa yang diikatkan padanya. Dia mengencangkan ikat pinggangnya dan mulai lari ke arah yang berlawanan. Rolang tersebut membebaskan diri dan mulai mengejarnya. Sang kurir mulai berteriak kepada perantau ketika dia sampai di tempat mereka, “Bangun! Bangun! Ada rolang datang!” Setelah mereka mengerti apa yang dikatakannya, mereka bangun dan mulai menyingkirkan rolang itu. Saya bisa membayangkan semua ini dengan jelas!

Seorang pria meninggal di keluarga yang tinggal di Mar K’am. Ketiga saudaranya membuat tenda terpisah untuknya, menyalakan lampu mentega dan menangisinya dengan tersedu-sedu. Pada tengah malam, seorang wanita dibangunkan oleh siulan. Tidak umum untuk bersiul dekat mayat. Ketika mereka melihat ke tenda tersebut keesokan harinya, tubuh tersebut sudah pergi. Beberapa kerbau juga hilang dari tempat itu. Malam itu, salju turun dan mereka bisa mengikuti jejaknya. Sedikit lebih jauh mereka melihat jejak dremong (hewan sebesar beruang). Mereka datang ke gua dimana mereka berkemah di musim panas. Dremong tersebut ada di dalam membunuhi kerbau sementara saudara mereka yang telah menjadi rolang menghalangi di pintu.

Rolang melakukan hal-hal seperti ini. Saya mengatakannya pada kalian untuk membuat kalian terhibur, dan untuk menunjukan bahwa tubuh kita yang sangat kita sukai bisa berada di bawah kendali makhluk lain setelah kita meninggal. Keinginan kitalah yang memberikan kita tubuh ini pada mulanya, tetapi tubuh ini tidak memberikan kesetiaan pada kita sebagai balasannya.

Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Losang Gyaltsen dan direvisi oleh Michael Richards dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

 


 

Ya, saya berdiri disamping His Holiness Kyabje Zong Rinpoche dalam foto ini…. Saya berada di lembah Yucca dengan Zong Rinpoche pada saat itu. Kita sedang ret ret dengan kelompok yang besar dan saya adalah salah satu asistennya di Amerika pada saat itu. Sangat membahagiakan untuk melayani Zong Rinpoche dan menerima banyak ajaran. Tsem Rinpoche

Saya bertemu dengan inkarnasi Kyabje Zong Rinpoche untuk pertama kalinya di sini dalam foto ini. Saya sudah menabung selama berbulan-bulan dan mempersembahkan rupang Manjushri kepada Zong Rinpoche. Saya tidak mau bertemu dengan inkarnasi emas guru saya dengan tangan kosong. Saya mau menciptakan pahala dan jodoh untuk bertemu dengan Zong Rinpoche dalam setiap kehidupan tidak perduli dimana kita bereinkarnasi… Akan ada ikatan antara diri saya dan Zong Rinpoche melalui Manjushri… Jadi saya ingin mempersembahkan sesuatu yang sangat berarti dan spesial walaupun saya tidak memiliki terlalu banyak uang… Bilamana kita bertemu dengan guru kita, kita harus memberikan persembahan yang tulus untuk menciptakan pahala demi keberhasilan usaha kita. Terutama ketika bertemu dengan guru kita untuk pertama kalinya atau meminta ajaran atau kegiatan, kita harus memberikan persembahan. Guru kita tidak membutuhkan persembahan ini, tetapi kita perlu menciptakan pahala. Pahala akan tercipta ketika dipersembahkan dengan tulus untuk menciptakan sebab bagi terkabulnya permintaan kita.

Saya diberi tahu bahwa beliau sangat senang dengan rupang ini dan bersikeras untuk menyimpannya dekat beliau di meja samping di kamar tidurnya. Saya sangat senang dalam foto ini untuk bertemu dengan inkarnasi guru utama saya lagi. Dan saya tidak mempunyai keraguan bahwa inkarnasinya akan kembali dengan sempurna dan dia kembali.

Tsem Rinpoche

Suku kata ‘Ah’ dalam Bahasa Tibet ditemukan terukir di tulang Zong Rinpoche ke-2, Zongtrul Tenpa Chopel (1836-1899 SM) setelah upacara kremasi beliau.

 


 

Klik pada gambar untuk memperbesar

Saya berusia 18 tahun ketika foto ini diambil pada tahun 1983 di Los Angeles, Kalifornia. Di sini, saya berfoto Bersama guru utama saya yang paling berharga, Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche. Beliau telah merubah hidup saya menjadi lebih baik selamanya. Tidak ada satu haripun dimana saya tidak memikirkan beliau, mencintai beliau, merindukan beliau dan mengharapkan kehadiran dan ajarannya.

Saya bermeditasi mengenai beliau di hati saya setiap hari. Beliau memiliki semua kualitas seorang Lama luhur dari Tibet dan lebih banyak lagi. Sejak saat saya mendengar namanya sebelum bertatap muka dari seorang teman yang telah bertemu sebelumnya, keyakinan secara spontan tumbuh dalam diri saya. Saya melakukan 100 sembah sujud di hadapan fotonya setiap hari sampai saya bertemu dengan beliau. Saya ingin membangun hubungan karma spiritual dengannya agar bisa bertemu, menerima banyak ajaran dari beliau. Untuk tujuan inilah saya melakukan sembah sujud.

Tidak ada guru spiritual, walaupun mereka semua hebat, yang memiliki dampak sebesar ini dalam diri saya. Hal ini tidak bisa dijelaskan. 30 tahun kemudian, keyakinan, rasa hormat dan rasa percaya kepada Kyabje Zong Rinpoche tidak tergoyahkan. Saya akan selalu mengikuti dan menerapkan apa yang telah diajarkan dan diberikan kepada saya. Saya tidak akan meninggalkan guru saya atau praktik apapun yang telah diberikan beliau kepada saya tidak peduli kesulitan yang datang kepada saya.

Tidak peduli nyawa saya terancam, atau saya tidak disukai atau diasingkan karena mengikuti instruksinya, saya tidak akan melepaskan ajarannya. Tidak ada guru lain yang bisa membuat saya merubah praktik yang saya terima dari Kyabje Zong Rinpoche. Semoga saya bertemu dengan Kyabje Zong Rinpoche di seluruh kehidupan mendatang dan diasuh olehnya. Selamanya saya tunduk padanya dan meletakkan ubun-ubun kepala saya yang tidak berharga ini di kakinya. Saya akan mengikuti, bermeditasi, percaya dan yakin pada guru saya selalu.

Dengan rendah hati,
Tsem Rinpoche

 


 

Rekaman Berharga Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche

Guru sutra dan tantra, Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche melakukan tindakan suci yang tak terhingga banyaknya dan memberikan ribuan ajaran Dharma selama hidupnya. Beberapa kegiatan ini direkam untuk memberikan manfaat bagi mahluk hidup di masa depan. Terima kasih pada rekaman ini, kami bisa menghadirkan beberapa rekaman berharga yang menggambarkan kegiatan Kyabje Zong Rinpoche. Terberkatilah ketika anda mendengarkan suara suci sang Buddha, Zong Rinpoche.

Admin

Sanggahan: Rekaman ini disediakan di sini hanya untuk tujuan Pendidikan dan bukan komersial. Tidak ada keuntungan yang diambil dengan menghadirkan rekaman ini.

 

Upacara Kremasi Yang Mulia Lama Yeshe

Video ini menunjukan peran terpadu yang dimainkan Yang Suci Kyabje Zong Rinpoche pada upacara pemakaman murid dekatnya, Yang Mulia Lama Yeshe. Sebagai guru tantra yang berpencapaian tinggi dan praktisi Dorje Shugden, Kyabje Zong Rinpoche memimpin dan menasihati murid-murid Lama Yeshe mengenai upacara pemakaman dan kremasi yang pantas bagi seorang praktisi dengan kualitas dan pencapaian seperti Lama Yeshe.

Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/LamaYesheCremation.mp4

 

Dasar dari Jalan Spiritual

Dalam ajaran yang diterjemahkan oleh Yang Mulia Geshe Namgyal Gangchen dari Biara Drepung, Kyabje Zong Rinpoche mengajarkan mengenai sifat dari siklus keberadaan, poin pertama dari Empat Kebenaran Mulia seperti yang diajarkan oleh Buddha Shakyamuni. Sesi ajaran ini juga mencakup enam alam penderitaan.

Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/BasisSpiritualPath.mp4

 

Prinsip dari Jalan Spiritual (Bagian 1)

Dalam ajaran yang diterjemahkan oleh Yang Mulia Geshe Namgyal Gangchen dari Biara Drepung, Kyabje Zong Rinpoche memberikan penjelasan mengenai Tiga Aspek Prinsip dari Jalan: pelepasan, bodhicitta dan pandangan yang benar mengenai kekosongan.

Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/PrincipleSpiritualPath1.mp4

 

Prinsip dari Jalan Spiritual (Bagian 2)

Dalam ajaran yang diterjemahkan oleh Yang Mulia Geshe Namgyal Gangchen dari Biara Drepung, Kyabje Zong Rinpoche memberikan penjelasan mengenai Tiga Aspek Prinsip dari Jalan: pelepasan, bodhicitta dan pandangan yang benar mengenai kekosongan.

Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/PrincipleSpiritualPath2.mp4

 

Melodi Silsilah Chod Bisikan Telinga Ensa

Atas permintaan Yang Mulia Geshe Tsultim Gyeltsen pada tahun 1983 di Thubten Dhargye Ling, Los Angeles, Amerika Serikat, Kyabje Zong Rinpoche melafalkan dan mengajarkan tentang praktik Chod Bisikan Telinga Ensa dari ingatan. Melodi berikut dilafalkan menurut doa yang dikenal sebagai: Memutuskan Penggenggaman Diri; Mendedikasikan Tubuh Ilusi Sebagai Ganachakra; dan Persembahan Ganachakra menurut praktik Chod. Zong Rinpoche memilih memainkan melodi bait-bait tertentu dari doa-doa tersebut dan mengatakan bahwa akan datang saatnya ketika melodi Chod diajarkan menurut rekaman ini.

Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/ZongRinpocheRecitesChod.mp4

 

Untuk membaca informasi menarik lainnya:

 

Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:

If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team

DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW

Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.

We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.

Leave a Reply

Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: jpg, jpeg, gif, png

 

Maximum file size: 50MB
Allowed file type: mp4
Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: pdf, docx

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog Chat

BLOG CHAT

Dear blog friends,

I’ve created this section for all of you to share your opinions, thoughts and feelings about whatever interests you.

Everyone has a different perspective, so this section is for you.

Tsem Rinpoche


SCHEDULED CHAT SESSIONS / 聊天室时间表

(除了每个月的第一个星期五)
SUNDAY
8 - 9PM (GMT +8)
4 - 5AM (PST)

UPCOMING TOPICS FOR MARCH / 三月份讨论主题

Please come and join in the chat for a fun time and support. See you all there.


Blog Chat Etiquette

These are some simple guidelines to make the blog chat room a positive, enjoyable and enlightening experience for everyone. Please note that as this is a chat room, we chat! Do not flood the chat room, or post without interacting with others.

EXPAND
Be friendly

Remember that these are real people you are chatting with. They may have different opinions to you and come from different cultures. Treat them as you would face to face, and respect their opinions, and they will treat you the same.

Be Patient

Give the room a chance to answer you. Patience is a virtue. And if after awhile, people don't respond, perhaps they don't know the answer or they did not see your question. Do ask again or address someone directly. Do not be offended if people do not or are unable to respond to you.

Be Relevant

This is the blog of H.E. Tsem Rinpoche. Please respect this space. We request that all participants here are respectful of H.E. Tsem Rinpoche and his organisation, Kechara.

Be polite

Avoid the use of language or attitudes which may be offensive to others. If someone is disrespectful to you, ignore them instead of arguing with them.

Please be advised that anyone who contravenes these guidelines may be banned from the chatroom. Banning is at the complete discretion of the administrator of this blog. Should anyone wish to make an appeal or complaint about the behaviour of someone in the chatroom, please copy paste the relevant chat in an email to us at care@kechara.com and state the date and time of the respective conversation.

Please let this be a conducive space for discussions, both light and profound.

KECHARA FOREST RETREAT PROGRESS UPDATES

Here is the latest news and pictorial updates, as it happens, of our upcoming forest retreat project.

The Kechara Forest Retreat is a unique holistic retreat centre focused on the total wellness of body, mind and spirit. This is a place where families and individuals will find peace, nourishment and inspiration in a natural forest environment. At Kechara Forest Retreat, we are committed to give back to society through instilling the next generation with universal positive values such as kindness and compassion.

For more information, please read here (english), here (chinese), or the official site: retreat.kechara.com.

Noticeboard

Name: Email:
For:  
Mail will not be published
  • Brent
    Tuesday, Mar 26. 2024 04:47 PM
    Living with my wife, whose world is meticulously painted with the hues of OCD, is a journey that intertwines the essence of love with the complexities of the human mind. Her relentless pursuit of cleanliness and order, transforming even the most negligible corner into a testament of organization, often dances on the fine line between admiration and frustration. The sight of her steering clear from trash bins as if they were labyrinths of chaos, serves as a poignant reminder of the battles she fights within. Yet, it’s through these very battles that I’ve learned the profound language of patience and the unspoken strength of support. Therapy, in its gentle embrace, has been a beacon of light for her, guiding her through the stormy seas of OCD. It has not only offered her solace but has also unveiled the strength of her spirit, teaching us both the beauty of resilience. As she journeys through the pathways of healing, I stand by her, a testament to the power of love and the enduring promise of hope. Together, we navigate the complexities of her world, discovering that within the challenges lie opportunities for growth, understanding, and an unbreakable bond. https://www.mindfullyaliveonline.com/obsessive-compulsive-disorder-ocd/
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:31 PM
    Venerable Ajahn Chah was a Thai Buddhist teacher of the Buddhadhamma and a founder of two major monasteries in the Thai Forest Tradition. Well respected and loved as a man of great wisdom, he was also instrumental in establishing Theravada Buddhism in the West. Interesting life story, how he chose to leave the settled monastic life and became a wandering ascetic. Walking across Thailand, lived in forests, caves and cremation grounds while learning from the meditation monks of the Forest of various monasteries. He wandered through the countryside in quest of quiet and secluded places for developing meditation. He even lived in tiger and cobra infested jungles, using reflections on death to penetrate to the true meaning of life. After years of wandering, Venerable Ajahn Chah established a monastery where he taught simple, practice-based form of meditation, and attracted a numerous of students including western foreigners. He was one of the greatest Dhamma teachers of the modern era. His wise teachings have continued to guide thousands of people along the path of Dharma. Venerable Ajahn Chah’s teachings of the Thai Forest Tradition gradually spread across all over the world. Several of Ajahn Chah’s Western students have since established monasteries throughout the world. Just in Thailand itself, there are more than 300 branch monasteries in Ajahn Chah’s tradition. Ven erable Ajahn Chah used his ill health as a teaching point, emphasizing that it was a living example of the impermanence of all things and reminded people to endeavour to find a true refuge within themselves. The legacy of Venerable Ajahn Chah’s teachings and legacy continues into the modern age.
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/great-lamas-masters/venerable-ajahn-chah-the-forest-monk.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:30 PM
    Wonderful blog written on the practice of Kalarupa for us to understand better. As an emanation of Manjushri, Kalarupa’s practice helps us to destroy ignorance and to develop wisdom overcoming our anger and suffering . Awesome Kalarupa manifested in multiple forms to help sentient beings who personifies enlightenment by the conquest of anger. Kalarupa also regard as one of the three main Dharma protectors of the Gelugpa is extremely fierce and ugly, and tames all kinds of spiritual ugliness. The fierceness of his iconography teaches us to remind ourselves that all the causes and effects of anger arising from ignorance are dreadful and distorted.
    Thank you Rinpoche and Pastor Antionette for this detailed sharing,

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/kalarupa.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:27 PM
    Nepal is a very spiritual country, having a huge Dorje Shugden mural in Kathmandu, is indeed a big achievement for Kechara. Located on Charkhal Road in Dilli Bazaar, the mural can be found midway between our two Dorje Shugden chapels which are in Putalisadak and Chabahil. It is also very close to one of Kathmandu’s largest shopping malls. Many locals , tourist will be able to connect them to a powerful deity that is so closely associated with their culture. Well the mural not only beautiful but also full of symbolism and everyone merely by seeing it is blessed. Thanks to those talented artists and generous sponsors making it a success.
    Thank you Rinpoche for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/travel/spectacular-dorje-shugden-mural-in-kathmandu-nepal.html
  • Samfoonheei
    Friday, Mar 15. 2024 07:24 PM
    All the art of living lies in a fine mingling of letting go and holding on. Letting go helps us to live in a more peaceful state of mind and helps restore our balance. A reminder for us all to go of attachment and meditating on impermanence and emptiness. We are to relinquish the domination of our ego and its habits to transform ourselves. A great reminder not to waste our previous life.
    Quoted Ceasing to do evil, Cultivating the good, Purifying the heart .
    Thank you Rinpoche for sharing such a meaningful teachings with folded hands.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/pointing-the-staff-at-the-old-man.html
  • james belich
    Friday, Mar 8. 2024 09:43 PM
    Winning the lottery was part of my dreams, I tried so hard to win big but all to no avail, until I came across Dr Lucas online who made my dreams come through and made me win 10 million dollars. I was a logistics manager who lives in Lancaster, S.C. and works about an hour’s drive away, in Charlotte, N.C., I stopped at a store to buy a scratch-off lottery ticket during my lunch break, because Dr Lucas gave me all the assurance that the numbers are not going to fail after I did all he asked me to do. Dr lucas is a powerful Dr that is on a mission to eradicate poverty from people’s lives and i have confirmed that by winning $10 million with the numbers he provided for me, it is my promise to tell the world about my experience with Dr Lucas and that’s what I’m doing now, you can win the lottery fast with the help of Dr Lucas he is tested and trusted Email: Drlucasspelltemple@gmail. com or WhatsApp +234 904 794 3567 he will help you.
  • james belich
    Friday, Mar 8. 2024 09:42 PM
    Winning the lottery was part of my dreams, I tried so hard to win big but all to no avail, until I came across Dr Lucas online who made my dreams come through and made me win 10 million dollars. I was a logistics manager who lives in Lancaster, S.C. and works about an hour’s drive away, in Charlotte, N.C., I stopped at a store to buy a scratch-off lottery ticket during my lunch break, because Dr Lucas gave me all the assurance that the numbers are not going to fail after I did all he asked me to do. Dr lucas is a powerful Dr that is on a mission to eradicate poverty from people’s lives and i have confirmed that by winning $10 million with the numbers he provided for me, it is my promise to tell the world about my experience with Dr Lucas and that’s what I’m doing now, you can win the lottery fast with the help of Dr Lucas he is tested and trusted Email: Drlucasspelltemple@gmail.com or WhatsApp +234 904 794 3567 he will help you.
  • lee
    Thursday, Mar 7. 2024 07:06 PM
    We are members of the Buddhist Temple in Taman Desa Jaya, Kepong, Kuala Lumpur and we have been issued membership by the president (DATUK YIP KUM FOOK), we are very sad because we are the foundation of this Temple

    Now we can know who is always messing with people, and he always cheats money and women, he even uses Buddhism to find money.

    Also, need to be careful with his brother-in-law (Simon Low Kok Meng) because he is a spy (CID) for DATUK YIP KUM FOOK and we will write some letters to AGONG SULTAN IBRAHIM IBN ALMARHUM SULTAN ISKANDAR as soon as possible.

    From Jesmond Yap, Kepong Baru…Kuala Lumpur
  • Phoenix the Shaman Elder
    Thursday, Mar 7. 2024 01:40 AM
    The matriarchal cultures of the grandmothers have specific symbolism of animism shamanism, such as the horse, especially the blue horse, and the deer. These are two main symbols of a shaman woman and you can find them in many cultural folk lore, especially the Russian, Slavic, Siberian, Nordic, Finland, and Norway. It’s nice to see the Matriarchal Shaman Animism diety represented in Chinese.
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:59 PM
    An inspiring act of a selfless Lama feeding strays whether its night or day. Truly an example for us all to feed those lonely strays . Yes I do agree compassion starts with feeding strays. Reading this blog again to refresh myself to do more. Strays animals generally lead a life of poor welfare on the street. Feeding strays is a compassionate act.
    Thank you Rinpoche and Anila for this sharing.


    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/one-minute-story/rinpoche-through-my-eyes-compassion-starts-with-feeding-strays
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:56 PM
    nteresting revisit this blog again as truly inspiring reading over and over again . There’s so many inspiring nuns and female practitioner coming from different back ground, leading a more spiritual life. They are practitioners dedicated their life to religious observance and their path is illuminated by the light of compassion. Going against all odds to become one. Their devotion radiates like a thousand stars in the night sky. Here at Kechara Forest Retreat, Bentong Pahang we too have inspiring practitioners .
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/inspiring-nuns-and-female-practitioners.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:55 PM
    H E Tsem Rinpoche’s Sungbum project aim to preserve the teachings and practices that have been passed from teacher to disciple in an unbroken line beginning with Lama Tsongkhapa himself . History has taught us the importance of preserving Buddha’s stainless teachings. Its important to preserve and safeguard the Buddhist tradition for future generations.
    Tsem Rinpoche is a clear and effective teacher where his stories and teachings are endlessly entertaining and inspiring. The preservation is very much needed. We are so fortunate given a chance to be involved in such a meritorious project .
    Thank you.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/the-tsem-rinpoche-sungbum-project.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:55 PM
    Demons are disembodied spirits, supernatural being or spirit and unseen beings. We know they do exist and I believe they do. They have no physical form to them whatsoever. Demons do definitely exist. They are intelligent beings who are evil malicious spirits and are all dangerous entities. Valak is not to be summoned capriciously by anyone as they are dangerous beings when we invoke them having to face a heavy consequence. There are spiritual practices that we can ask for help a ritual of the wrathful Manjushri in the form of Trakze. Having a doing the practice daily without fail, consistently, as this Trakze practice has been proven to be efficacious to break the hold the Valak and other spirits. All thanks to our Guru bringing this practice to Kechara Forest Retreat, Bentong Malaysia.
    Thank you Rinpoche for this wonderful sharing for us to understand better.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/science-mysteries/valak-the-conjuring-2-demon.html
  • Samfoonheei
    Monday, Mar 4. 2024 06:53 PM
    Wow ,reading all these powerful quotes had me realised much better of giving even I have little. May H E Tsem Rinpoche’s sincere advice to reach the far shore of liberation to everyone reading this blog. The most truly generous people are those who give silently without asking any in return. There is no exercise better than reaching and lifting people up. A kind gesture can reach a wound that only compassion can heal. Well creating and lighting for others we naturally light our own way. Helping others especially those unfortunate ones, make us feel more positive about our own circumstances.
    Thank you Rinpoche for sharing all these powerful quotes.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/inspiration-worthy-words/the-power-of-giving-18-quotes-from-tsem-rinpoche.html
  • Aarati Bhatt
    Wednesday, Feb 28. 2024 12:47 AM
    I have tried mine and my friend’s horoscope and it results same in both of our case, and not just that I have tried this on various friends and this horoscope is showing same for maximum date of birth, I think this is a bug.

1 · 2 · 3 · 4 · 5 · »

Messages from Rinpoche

Scroll down within the box to view more messages from Rinpoche. Click on the images to enlarge. Click on 'older messages' to view archived messages. Use 'prev' and 'next' links to navigate between pages

Use this URL to link to this section directly: https://www.tsemrinpoche.com/#messages-from-rinpoche

Previous Live Videos

MORE VIDEOS

Shugdenpas Speaking Up Across The Globe

From Europe Shugden Association:


MORE VIDEOS

From Tibetan Public Talk:


MORE VIDEOS

CREDITS

Concept: Tsem Rinpoche
Technical: Lew Kwan Leng, Justin Ripley, Yong Swee Keong
Design: Justin Ripley, Cynthia Lee
Content: Tsem Rinpoche, Justin Ripley, Pastor Shin Tan, Sarah Yap
Admin: Pastor Loh Seng Piow, Beng Kooi

I must thank my dharma blog team who are great assets to me, Kechara and growth of dharma in this wonderful region. I am honoured and thrilled to work with them. I really am. Maybe I don't say it enough to them, but I am saying it now. I APPRECIATE THESE GUYS VERY MUCH!

Tsem Rinpoche

Total views today
2,836
Total views up to date
26,041,536
Facebook Fans Youtube Views Blog Views
Animal Care Fund
  Bigfoot, Yeti, Sasquatch

The Unknown

The Known and unknown are both feared,
Known is being comfortable and stagnant,
The unknown may be growth and opportunities,
One shall never know if one fears the unknown more than the known.
Who says the unknown would be worse than the known?
But then again, the unknown is sometimes worse than the known. In the end nothing is known unless we endeavour,
So go pursue all the way with the unknown,
because all unknown with familiarity becomes the known.
~Tsem Rinpoche

Photos On The Go

Click on the images to view the bigger version. And scroll down and click on "View All Photos" to view more images.
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn\'t this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
4 years ago
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn't this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden\'s blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
4 years ago
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden's blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
4 years ago
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
One of our adorable Kechara Forest Retreat\'s doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
4 years ago
One of our adorable Kechara Forest Retreat's doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
4 years ago
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
4 years ago
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
4 years ago
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
It\'s very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it\'s very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
4 years ago
It's very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it's very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
4 years ago
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
4 years ago
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
5 years ago
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
5 years ago
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
5 years ago
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
5 years ago
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
5 years ago
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
5 years ago
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat\'s land here in Malaysia
5 years ago
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat's land here in Malaysia
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
5 years ago
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
5 years ago
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
5 years ago
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
5 years ago
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
Sacred Vajra Yogini
5 years ago
Sacred Vajra Yogini
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
5 years ago
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
5 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha\'s mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
5 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha's mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
Another nun disciple of Lord Buddha\'s. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
5 years ago
Another nun disciple of Lord Buddha's. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
5 years ago
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
5 years ago
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
This is pretty amazing!

First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
5 years ago
This is pretty amazing! First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche

Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
5 years ago
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can\'t stop thinking of you and I can\'t forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
5 years ago
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can't stop thinking of you and I can't forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
5 years ago
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
5 years ago
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
5 years ago
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
5 years ago
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
5 years ago
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
5 years ago
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
5 years ago
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
5 years ago
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
DON\'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
5 years ago
DON'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
5 years ago
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
5 years ago
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
5 years ago
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
5 years ago
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
5 years ago
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
5 years ago
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
Click on "View All Photos" above to view more images

Videos On The Go

Please click on the images to watch video
  • Pig puts his toys away
    4 years ago
    Pig puts his toys away
    Animals are so intelligent. They can feel happiness, joy, pain, sorrow, just like humans. Always show kindness to them. Always show kindness to everyone.
  • Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    5 years ago
    Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    Whales and dolphins playing with each other in the Pacific sea. Nature is truly incredible!
  • Bodha stupa July 2019-
    5 years ago
    Bodha stupa July 2019-
    Rainy period
  • Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
    5 years ago
    Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
  • Your Next Meal!
    5 years ago
    Your Next Meal!
    Yummy? Tasty? Behind the scenes of the meat on your plates. Meat is a killing industry.
  • This is Daw
    5 years ago
    This is Daw
    This is what they do to get meat on tables, and to produce belts and jackets. Think twice before your next purchase.
  • Don’t Take My Mummy Away!
    5 years ago
    Don’t Take My Mummy Away!
    Look at the poor baby chasing after the mother. Why do we do that to them? It's time to seriously think about our choices in life and how they affect others. Be kind. Don't break up families.
  • They do this every day!
    5 years ago
    They do this every day!
    This is how they are being treated every day of their lives. Please do something to stop the brutality. Listen to their cries for help!
  • What happened at Fair Oaks Farm?
    5 years ago
    What happened at Fair Oaks Farm?
    The largest undercover dairy investigation of all time. See what they found out at Fair Oaks Farm.
  • She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
    5 years ago
    She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
  • Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
  • This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
    5 years ago
    This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
  • Beautiful Monastery in Hong Kong
    5 years ago
    Beautiful Monastery in Hong Kong
  • This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
  • Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
    5 years ago
    Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
  • These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
  • Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
  • Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
    5 years ago
    Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
  • Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
    5 years ago
    Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
  • Beautiful
    5 years ago
    Beautiful
    Beautiful sacred Severed Head Vajra Yogini from Tsem Rinpoche's personal shrine.
  • My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
    5 years ago
    My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
  • Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
  • Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
    5 years ago
    Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
  • SUPER ADORABLE and must see
    5 years ago
    SUPER ADORABLE and must see
    Tsem Rinpoche's dog Oser girl enjoying her snack in her play pen.
  • Cute!
    5 years ago
    Cute!
    Oser girl loves the balcony so much. - https://www.youtube.com/watch?v=RTcoWpKJm2c
  • Uncle Wong
    5 years ago
    Uncle Wong
    We were told by Uncle Wong he is very faithful toward Dorje Shugden. Dorje Shugden has extended help to him on several occasions and now Uncle Wong comes daily to make incense offerings to Dorje Shugden. He is grateful towards the help he was given.
  • Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
    5 years ago
    Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
  • Cute baby owl found and rescued
    5 years ago
    Cute baby owl found and rescued
    We rescued a lost baby owl in Kechara Forest Retreat.
  • Nice cups from Kechara!!
    5 years ago
    Nice cups from Kechara!!
    Dorje Shugden people's lives matter!
  • Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    5 years ago
    Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    Chirping birds and other forest animals create a joyful melody at the Vajrayogini stupa in Kechara Forest Retreat (Bentong, Malaysia).
  • This topic is so hot in many circles right now.
    6 years ago
    This topic is so hot in many circles right now.
    This video is thought-provoking and very interesting. Watch! Thanks so much to our friends at LIVEKINDLY.
  • Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
    6 years ago
    Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
  • BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
    6 years ago
    BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
  • Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
    6 years ago
    Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
  • Do psychic mediums have messages from beyond?
    6 years ago
    Do psychic mediums have messages from beyond?
  • Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
  • This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    6 years ago
    This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    she received “one last visit from an old friend” 💔💔
  • Bigfoot sighted again and made it to the news.
    6 years ago
    Bigfoot sighted again and made it to the news.
  • Casper is such a cute and adorable. I like him.
    6 years ago
    Casper is such a cute and adorable. I like him.
  • Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant  Mongolia's Ancient Hidden Gem
    6 years ago
    Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant Mongolia's Ancient Hidden Gem
  • Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
    6 years ago
    Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
  • Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
  • What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    6 years ago
    What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    Sick animals are more profitable... farms calculate how close to death they can keep animals without killing them. That's the business model. How quickly they can be made to grow, how tightly they can be packed, how much or how little can they eat, how sick they can get without dying... We live in a world in which it's conventional to treat an animal like a block of wood. ~ Jonathan Safran Foer
  • This video went viral and it's a must watch!!
    6 years ago
    This video went viral and it's a must watch!!
  • SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    6 years ago
    SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    This happens daily in slaughterhouse so you can get your pork and Bak ku teh. Stop eating meat.

ASK A PASTOR


Ask the Pastors

A section for you to clarify your Dharma questions with Kechara’s esteemed pastors.

Just post your name and your question below and one of our pastors will provide you with an answer.

Scroll down and click on "View All Questions" to view archived questions.

  • March 28, 2024 05:40
    Jason asked: Continuing from the previous answer, how do we liberate ourselves from samsara if it’s impossible to not create further karma while existing in samsara? If we create karma just be existing, that means that we will keep reincarnating over and over again so it seems like we’re stuck in the cycle
    pastor answered: Dear Jason, You've asked a very interesting follow-up question. Generally speaking, yes if you are in samsara, then you are always creating more karma. That's why the goal of Buddhists is to be liberated from samsara. The Buddha and other enlightened beings achieved this and the practice of Dharma itself is geared towards achieving this. I'll try to explain it here, hopefully I can do so in such a short space. So, normally there is no way out of samsara, but when you practice the Dharma there is. Remember in my previous reply to you, I mentioned that there are differing levels of severity of karma? Some are heavier, some lighter, etc. When practising the Dharma, you reduce the amount of karma that you produce. When you have less effects of karma, due to less negative karma itself, you can focus more on the spiritual practices that lead to liberation. I'll take the examples of the Refuge vows. There are 10 of them, split into three categories related to the body, speech and mind. First is the body, which includes to abstain form killing, as killing creates negative karma. The in the speech section, it includes to abstain from lying. This is harder to do. What is easier - to abstain from killing another human being, or lying to another person. The easier one is not to kill. Hence, you train yourself in this manner, working from those actions that are easiest to avoid, working up to those that are harder. For example in the mind section, one of the vows is not to covet something that another person has. But this is harder to do than either not lying or not killing. In other words, in our spiritual practice, we reduce the karma that we create though the actions of our body, speech and mind. Since we have less karma, we suffer less. And then finally, we are get to really subtle levels of karma, which are like residue in our mindstreams. But it's still there. In order to get out of samsara, you need to realise what we call emptiness (which is way to complicated to talk about here). In other words, the very path of the Dharma is to reduce the karma we create, starting with the easiest and working up to the hardest, which is where it becomes the easiest to understand emptiness. This who journey is a process, that's why teachings such as the Lamrim are indesipensible as it shows us the actual way to practice. Normally, we are stuck in Samsara. But when we practice the Dharma and ultimately realise emptiness (there are many, many steps in between) we are able to get out of samsara completely. This may sound confusing, which is why in Buddhism study, understand and practice is very important. We have Dharma classes available, where you can learn and find out more: https://www.kechara.com/learn/dharma-classes/ I hope this helps.
  • March 27, 2024 06:10
    Jason asked: People-especially family put certain expectations on us and when we refuse, it causes them a lot of stress and anger and we make them suffer…. my family wants me to marry and have kids but I don’t want to be tied down to Samsara any further and just explaining that I want to shave my head drives my mom crazy and she starts speaking to me in a very loud and forceful manner saying that she doesn’t care what I have to say and that she knows better than me so she will do whatever it takes make me have a family even if she ends up becoming a villain in my eyes because it’s for my own good so that I won’t be alone and lonely when I’m old. When we say no to people, especially to people who care about us and want the best for us, do we accumulate negative karma from causing them emotional turmoil and pain
    pastor answered: Dear Jason, Thank you for your question. In essence, any action that causes another person harm or suffering whether physical or emotional generates negative karma. But karma is complicated and not as simple as we usually think about it. There are differences in level of severity of karma created, some can be very light and some can be heavy. These are due to the variables when creating karma, such as motivation, the actions, your feelings after it, etc. This can all be found in teachings that talk about karma, especially the Lamrim teachings. In Buddhism we teach that we need to avoid the creation of negative karma for sure. But simply by being stuck in samsara, there is actually no way out of creating karma. That is why Buddhists seek to be free from samsara altogether. Only when we are free from samsara, are we free from the creation of karma. In relation to your situation, if you are young and rely on your parents, for now you should try not to do things that are create division or disharmony within the family environment. That itself if the practice of the Dharma. Then later, when you are independent you can make more of an informed choice about what you want to do. Even in your current situation, you can practice the Dharma, it is not necessary to become a monk or nun to progress on your spiritual path. Dharma can be practiced in any environment, and actually practising towards our family is the best. When we transform our minds and our behvariours and they see just how beneficial this transformation is, this is the best way to show them that Dharma is good. This was a piece of advice that Tsem Rinpoche used to tell people in family situations all the time. I hope this helps you.
  • March 26, 2024 02:28
    Rojal Poudel asked: How can I meet my guru? Does one need a guru for initiation for tantra and other stuff on the path to enlightenment? Does one need a guru to attain enlightenment?
    pastor answered: Dear Rojal, Thank you for your question. In regards to meeting your guru, there are many different ways. These days you can meet your guru online as well. For example, many people did not meet Tsem Rinpoche personally, but they consider him to be there guru. You may find this article interesting: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/the-guru-protocol-a-guide-to-knowing-who-your-guru-is.html In regards to tantra, yes, one definitely needs a qualified guru to bestow initiation and teach us the path of practice once you have initiation. In regards to our tradition, it is also considered necessary to have a guru to attain full enlightenment. Hope this helps. The article lined above will definitely help to answer some of your questions on a deeper level. Thank you.
  • March 25, 2024 10:35
    Rojal Poudel asked: How can you deepen your spiritual progress while sleeping? I heard some people can go to pure lands and get teachings directly from Buddha’s, Bodhisattva’s, and Dharma Protecters. Are these possible from Lucid Dreaming and Astral Projection?
    pastor answered: Dear Rojal, Thank you for your questions. It's always nice to see you here wanting to learn more. Yes it is definitely possible to deepen your practice in your sleep. This is done during practice of Highest Yoga Tantra, after receiving initiation and progressed along generation stage practice. This would obviously include everything before receiving such iniation such as having a basis and grounding in the Three Principle Aspects of the Path and the Lamrim teachings. In this practice you are able to use sleep to engage in meditation. This would need you to be able to lucid dream before hand. The ability to lucid dream itself can be developed a number of ways, but the most common is single-pointed mediation concentration during waking life. This is also known as Shamatha meditation. But in this case, the object of your meditation should be a mental one, rather than a physical one. The best would be a visualisation of the Buddha. All of this is outlined in the Lamrim teachings in the section on developing concentration. In terms of Astral Travel, yes it is definitely possible, and again there are different methods to go about this. Again this should be done only after having received the appropriate intiations and teachings from your guru. However, there are quite a few dangers involved with this. As Tsem Rinpoche mentioned before, the two main ones is that your consciousness is not able to return to your body and two that a spirit can take possession of your body if your protection is not strong and you have not invoked a Dharma protector to help with protection aspects. Another thing about astral travel, is that even if learn how to do it, it is not necessary that you can actually visit pure lands or receive teachings, etc. This is because, to do this, would require a lot of merit. So there are many things and practices to develop merit before you should engage in it. Often times, people who claim that they have received teachings or visited purelands, actually haven't though they may think that they did. It could simply be a projection of one's mind and in some serious cases perhaps even due to spirits mascarading. If you would like to learn lucid dreaming, please look into the teachings of single-pointed concentration normally. The ability of lucid dreaming comes naturally for those who progress in their shamatha meditation. As for astral travel practices, I would advise not to engage in such practices unless you receive the appropriate initiations, teachings from and under the strict supervision of a qualified guru. Hope this helps.
  • March 24, 2024 01:17
    Dirji asked: How can I see my kaytsa
    pastor answered: Dear Dirji, We are sorry, but we do not understand your question. Perhaps because you asked using the english phoenetics of the word. If possible, please post again using either the English translation of the word or using the Tibetan script, so that we can help you properly. Thank you.
  • March 23, 2024 12:11
    Marc asked: What is the direct translation of Tsem Rinpoche’s name mantra? Thank you 🙏🏽
    pastor answered: Dear Marc, Thank you for your question. You can find a translation of the meaning of Tsem Rinpoche's name mantra on Kechara's Facebook page here: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=683136630510067. Hope this helps. Thank you.
  • March 22, 2024 20:27
    Rojal Poudel asked: I am about to leave everything behind. I am tired of this life where I do the same thing everyday. I see everything but dharma as an illusion. I want to attain some sort of realization so that I can benefit other sentient beings. I am very inspired by the story of Milarepa, who gave up everything to learn dharma. Even the Buddha gave up comfort and luxury in search for this supreme truth. I also want to follow the Please tell me what I should do.
    pastor answered: Dear Rojal, We can understand that you feel this way, and seeing the illusion of life should definitely motivate us to want to achieve something more spiritual. In the past when people asked Tsem Rinpoche the same question, he used to tell people a couple of things: > The first is that there are two methods to deal with our spiritual path. The first is to physically renounce everything and go into the wilderness, like Buddha Shakyamuni and Milarepa did. To cut yourself from everyone and everything and meditate continuously for years until you achieve realisation. But this is very hard to do in our day and age. We still need to have contact with people, there are the necessities of life to think about. Rinpoche said we need to think about things from a practice angle also. It takes a very great level of practitioner with an immense store of merit to be able to do this successfully. > The second method is to keep living within our a community and use them as a support for the transformation of the mind and spiritual progress. For example, that it why we have monasteries and nunneries, or Dharma centres and organisations to help with spiritual practice. This method is more measured, but you can still gain the same results. This is the more practical method. Especially according to the Mahayana path of practice, Bodhisattvas need to practice certain qualities in our minds and we progress towards enlightenment. Such qualities include the Six Perfections, but if we are not around others, how do we practice them? In order to practice generosity, we need others to be generous towards. In order to practice patience, we need others to be patient towards. In order to practice morality and ethics, we need to be in situations to be able to practice our vows. Enlightened beings like Buddha and Milarepa were able to do all of this in their minds during meditation but as mentioned before they were already high level pracitioners with immense merit. For example, Buddha Shakyamuni had three countless aeons of consistent practice life time after life time until his achieved enlightenment. > Another thing that Rinpoche shared, that while understanding the drawbacks of life and the benefits of becoming enlightened, a lot of the time what happens these days is that it is mixed up with emotion due to the challenges of life. People are looking for an escape, but not an escape from samsara into enlightenment, but simple an escape from their current problems. The need for escape, known as renunciation in Buddhism, is not to simply escape samsara, but developed in a certain way through contemplation and meditation. When we have such feelings, we should analyse them to see if they are in accord with the teachings and the methods of developing true renunciation. Many people also have a unrealistic way of thinking about physical renunciation and the spiritual path in general. Most people think it is easy, but it is not, is difficult because we need to deal with our minds, our emotions, our traumas, etc, from countless lives. If we don't have a firm foundation in Dharma practice and transformation before we attempt something like Buddha Shakyamuni or Milarepa, we will give up after a while because we find it too hard. And perhaps give up spiritual practice because the path did not actually match our expectations. So the key is to be as realistic as possible about our spiritual path. So our advice, rather than give up everything, as you may have family or other responsibilities, is to use your current situation to transform your mind, to practice the teachings right now in life, so that you can start progressing along the spiritual life. The best way to do this is to practice the Lamrim teachings, which give you a firm roadmap of how and what to practice in a sequential manner. Giving up everything is not necessary to make real progress on the spiritual path, as outlined in the Lamrim, but sustained and consistent practice is the key. Then use the situations in your life to actualise that transformation. We hope this helps.
  • March 21, 2024 00:44
    Jason asked: I listened to Tsem Rinpoche’s dharma talk and was inspired to be patient and kind towards other. For a while I felt like my mind had transformed and I started being more proactive in helping others and making sure to complete my responsibilities as perfectly as I can to not burden others and taking the initiative to help people that I see are struggling with their work but recently I have been feeling like I’m actually harming others instead of helping them by being kind because I feel like I’m enabling their bad behavior and rude attitude, especially one person in particular that I have to work with. No matter how much I help and show kindness, they don’t seem to change…and now I feel like a pushover for smiling and helping them even though they don’t show any appreciation or respect for it and instead take advantage of me and push even more of their responsibilities on me. I’ve been having thoughts that my kindness and patience has just become a cover for fear of confrontation now. What should I do? I feel like I’m gonna lose control and lash out even though I try to focus my mind on how the people around me must be struggling
    pastor answered: Dear Jason, Thank you for your question. We are very happy to hear that Tsem Rinpoche's Dharma talks have inspired you, especially to practice patience and kindness towards others. Please do keep it up, the benefits of both qualities are immense and are central to spiritual transformation. We should always try our best to practice both patience and kindness, but sometimes practising it in the way we think may not be the best option. For example, in the case that you mentioned, it is not having the right effect on your own mind and also you are enabling your co-worker to exhibit negative behaviours as well. In this case, actually practising kindness would not be to become a pushover, taking more responsibilities, etc. This isn't beneficial for your or the co-worker. So here, practising kindness would actually be not to allow the person to do such things, but it should be practised with patience and not out of emotion. So you would do this in a very skilfful manner. The best would be to have a talk with your co-worker in a very calm manner and explain how you are feeling and how they are making you feel in the work environment, and try to sort out the situation before it progresses. Especially since you are having such thoughts of anger and the posibility of lashing out. Practicing kindness and patience is not at all become a push over or allowing others to skip out on their responsibilities, etc. We really hope this helps. Thank you.
  • March 20, 2024 14:49
    Sok asked: Hello respected pastors. Is Kusha grass same as Durva grass? How to obtain kusha grass?
    pastor answered: Dear Sok, Kusha grass and Durva grass are two different types of grass, they are not the same. Kusha grass is also known as halfa grass, big cordgrass, or salt reed-grass. Its scientific name is Desmostachya Bipinnata. In shape, each blade of grass is long and straight. Durva grass is also known as bermuda grass. Its scientific name is Cynodon Dactylon. In shape, each blade looks segmented and has smaller leaves sprouting from it. You can google the scientific name to see the difference between the two. Generally, they can be bought at Indian religious stores if there are any nearby where you live. Alternatively, if you live in Asia, you can buy a traditional grass broom, which you can substitue for the Kusha grass. It is a close relative of Kusha grass and the lamas have said that it can be used as substitue if you cannot find the actual grass. I hope this helps. Thank you.
  • March 19, 2024 20:56
    Bhavisha asked: How to know wheather specific LOCAL deity is enlighten or not?
    pastor answered: Dear Bhavisha, Local deities are not enlightened. They are sentient beings who look after or take care of a specific area. There are different names for these types of beings, such as local deities, Land God, Landowner deities, etc. They belong to the God Realm, but as other beings in the god realm, they are not enlightened. Hope this helps.
  • March 18, 2024 09:57
    Rojal Poudel asked: What comes after attaining samatha or calm abiding meditation?
    pastor answered: Dear Rojal, Nice to see you back here! Shamatha is a tool, basically through this meditation you develop single pointed concentration. But after developing that, you use it to engage in Vipashyana meditation, otherwise known as Special Insight. Different traditions have different version of Special Insight. In our tradition, we use this type of meditation to analyse what we call "emptiness." The teachings on the emptiness are the actual teaching that leads to enlightenment. All other teachings or practices help to prepare your mind to be able to do this. Shamatha comes in, because the topic of emptiness is so deep, that we need single-pointed concentration to analyse it. If we don't have this type of concentration, we will not be able to understand emptiness. Hence, shamatha and vipashyana meditation are used in tandem to achieve enlightenment. This may seem a little abstract. The Lamrim teachings go into this in a lot of detail. They can be found in the chapters dealing with the Concentration and Wisdom as part of the Six Perfections in the Great Scope sections of the Lamrim. Hope this helps. Thank you.
  • March 17, 2024 23:16
    Jonathan Tan asked: Hi Dear Pastor, I am curious if H.E 25th Tsem Rinpoche had any heart disciples (son/daughter) Is there a difference between heart and root disciples?
    pastor answered: Dear Jonathan, Thank you for your question. There is no one heart disciple of Tsem Rinpoche. This usually refers to specific person who carries on the teachings and practices of a particular teacher. Tsem Rinpoche wanted something different for Kechara, hence we carry on his teachings and practices as a group, rather than one specific person. Rinpoche trained his students, who are either Sangha, Pastors or senior students in various ways of continuing his teachings, especially through the work that they do. In this way, we continue Rinpoche's teachings as a group rather than any one heart disciple. Hope that this helps. Thank you.
  • March 16, 2024 01:18
    Sirius asked: Hi dear pastors, I'd like to get recomendations on how to improve my actual sadhana. My morning starts by taking refuge and making offerings to the three jewls, followed by Lama Tsongkhapa's Guru Yoga. After this I usually study Lam Rim, and other Dharma Texts. During the afternoon I meditate for a about an hour or so, and somedays I do the Dorje Shugden sadhana given by Rinpoche. Finally at night I finish my day by doing Vajrasattva meditation and confession to the 35 Buddhas. What else can I do to improve my sadhana? What practices would you recomend me to do? Do you have recomendations on texts I could read? I would like to add that I live in Argentina, and I do not have any buddhist temple near sadly, so I cannot go there to practice, learm or collab. I would appreciate advice on this. Thank you in advance.
    pastor answered: Dear Sirius, Thank you for your question. In terms of practice, you are doing a lot. We are very happy to read that you are doing all these beneficial practices. They will be very beneficial for you. What you are doing is very good already, the only thing that I would say is to make the Dorje Shugden sadhana consistent as well as the others. If you are doing the short Diamond Path sadhana, it includes the Vajrasatta meditations, so you don't have to do it separately. We just have some points to help you improve your practice: > First is whenever you do any of the practices, is it vital to make sure you take refuge, generate bodhicitta and practice the four immeasurables before each session. And then at the end of the session, make sure to dedicate. This seals the merit generated from your practice. This is very important as if we don't have the correct motivation at the beginning and dedicate it at the end, since the merit is not sealed, the positive potential is destroyed when we have disturbing emotions, especially anger. > The second is to be consistent in your practices and do them daily. If you cannot be consistent with the practices you are doing at the moment, then reduce what you are doing to make it simple, for example just the Diamond Path (which includes Tsongkhapa's Guru Yoga anyway). Then once you are consistent daily, later you can slow add in other practices and become consistent with them. > The third is to keep revising the teachings on these practices, understand the motivation, deepen your visualisations, etc. > In regards to your meditation, if you are doing breathing or concentration meditation, again, revise the teachings again and again to make your practice stronger and understand where you are on your meditational path. > You can also spend some time every day, maybe five or ten minutes contemplating the Lamrim teachings step by step. This itself is extremely transformational and will propel you along the spiritual path. In regards to what else to study or read, here is a very good article: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/books-that-are-a-must-read.html If you consider Tsem Rinpoche to be your spiritual teacher, there are thousands of hours of teachings on YouTube: https://www.youtube.com/channel/UCoTg0Wc5q3Gnz8ej3ETCdMQ You can watch and re-watch them to deepen your understanding and practice. I hope all of this helps.
  • March 14, 2024 05:53
    Alby asked: Hi, I was just wondering if spirits or ghost can possess Buddha statues and haunt the owner of the statue? I heard that before inviting a statue of the Buddha into your house, it has to be blessed by monks first. Is this a necessary requirement?
    pastor answered: Dear Alby, The physical form representations of the Buddhas, including statues, are very special as each form of a Buddha represents not only the path to enlightenment, but the state of enlightenment itself. In fact, even just seeing a Buddha image plants imprints in our minds that will open when the conditions are right, to help us further along our spiritual path. So they are powerful and protective in and of themselves, as long as they have been created according to correct iconography. This last point is very important. That being said, images or statues are just pieces of metal or clay, etc. When statues are consecrated, they actually become the embodiement of the Three Jewels (Buddha, Dharma and Sangha). That's why making offerings and doing any virtuous activity (even cleaning them) generates merit for your spiritual journey. As embodiments of the Three Jewels there is no way that they can be possessed by spirits that haunt the owner of the statue. Traditionally, statues are made to be hollow and then filled with certain mantras and holy items, then consecrated. Following the traditional method will be the most effective to bless your statue properly. If your statue is hollow, at Kechara we offer a service to fill your statue properly with the correct mantras, etc. The service is part of Kechara Saraswati Arts. You can find out more here: https://www.kechara.com/services/buddhist-art/ We also have DIY kits available if you cannot send your statue in and would like to do it yourself: https://www.vajrasecrets.com/mantra-rolls-complete [Please note these mantras are inserted into specific parts of the statue, you can contact Vajrasecrets through the website to get more information on how to fill the statue yourself] https://www.vajrasecrets.com/mantra-rolls-anywhere [These mantras can be inserted anywhere within the statue] If you cannot do any of these, then at the very least, you should insert something into the statue so that it is not completely hollow. This can be a piece of paper with the mantra OM AH HUM written on it (either Tibetan or English is fine). Then roll this up and place in the statue. Otherwise you can use a pearl or semi-precious stone, etc. While statues themselves have protective power, when they are left empty there is a certain type of spirit that come to reside inside a statue as it is completely hollow. It's a spirit that likes hollow places. However, this type of spirit is not usually malicious or harmful. But that is one of the reasons a statue is never left hollow. Once the filling is done, the traditional ceremonies of consecration known as Soongdrup Puja (to bless the insertion items) and the Rabney Puja (to fully consecrate the statues) are performed, which we also offer https://www.vajrasecrets.com/rabney-soongdrup-consecration-puja-fund For those who cannot have the pujas done for whatever reason, you can actually bless the statues yourself. A comprehensive guide and the prayers necessary for doing this are available here: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/prayers-and-sadhanas/how-to-bless-buddha-images-yourself.html Given all of this, yes there is a type of spirit that can inhabit statues, but only if they are completely empty and not consecrated (whether by a monk, lay practitioner, yourself, it doesn't matter). But this type of spirit cannot haunt the person, etc, in that sense. It simply resides in the statue. The reason why statues are blessed or consecrated is so that they embody the Three Jewels, they become immense objects of merit making and protection from spirits, negativity, etc. So, if you do have a statue or are thinking of an inviting a statue, the best would be to have it filled and consecrated properly. However, even if you cannot, you can do the blessing yourself. There is no need to worry about a statue being haunted if not consecrated by a monk before you invite it or bring home. In fact, if you have a personal practice, at the end of your practice you can dissolve your visualisation into the statue, to bless it. This actually makes your statue much more powerful than consecration alone. You basically bless your statue through your own daily practice. I hope this information helps. Thank you.
View All Questions
Today's quota for questions has been filled. Please come back tomorrow to re-submit your question

CHAT PICTURES

Rejoice to the volunteers (also kind sponsors) who cleaned the Gyenze Chapel and made abundant offerings to Gyenze. ~ Alice
18 hours ago
Rejoice to the volunteers (also kind sponsors) who cleaned the Gyenze Chapel and made abundant offerings to Gyenze. ~ Alice
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
18 hours ago
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
18 hours ago
Offered beautiful flowers abundantly to Gyenze. ~ Alice
Our weekly Dorje Shugden Puja @ 23/3/2024 . William, as the umze is seen here burning incense powder as we are about to recite the Sangsol Prayer to Dorje Shugden composed by Ganden Serkong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 days ago
Our weekly Dorje Shugden Puja @ 23/3/2024 . William, as the umze is seen here burning incense powder as we are about to recite the Sangsol Prayer to Dorje Shugden composed by Ganden Serkong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
And here's Mr Wong of KSK Ipoh who dropped by to pray and offered some donation to the Chapel. Kechara Penang Study Group. Pic by Siew Hong & uploaded by Jacinta.
2 weeks ago
And here's Mr Wong of KSK Ipoh who dropped by to pray and offered some donation to the Chapel. Kechara Penang Study Group. Pic by Siew Hong & uploaded by Jacinta.
Today's puja (16/3/2024) ended around 420pm, Jacinta was the umze of the day. Pic by Siew Hong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 weeks ago
Today's puja (16/3/2024) ended around 420pm, Jacinta was the umze of the day. Pic by Siew Hong. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Group photo taken after the last session, sealed with King of Prayers. Come and join us next time! Sayonara - 9-10th March 2024 - Kechara Penang DS Retreat by Jacinta.
2 weeks ago
Group photo taken after the last session, sealed with King of Prayers. Come and join us next time! Sayonara - 9-10th March 2024 - Kechara Penang DS Retreat by Jacinta.
Abundance altar! Fruits, flowers, Mee Koo (traditional Penang buns), Bee Hoon, sourdoughs and snacks are some of the offerings to Rinpoche, Buddhas & Bodhisattvas. Kechara Penang Dorje Shugden Retreat 9-10th March, 2024 by Jacinta.
2 weeks ago
Abundance altar! Fruits, flowers, Mee Koo (traditional Penang buns), Bee Hoon, sourdoughs and snacks are some of the offerings to Rinpoche, Buddhas & Bodhisattvas. Kechara Penang Dorje Shugden Retreat 9-10th March, 2024 by Jacinta.
Siew Hong, one of retreatants and an active member of Kechara Penang group proudly presented her torma to be used during the Kalarupa puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 weeks ago
Siew Hong, one of retreatants and an active member of Kechara Penang group proudly presented her torma to be used during the Kalarupa puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Torma making was taught by Pastor Seng Piow and held one day before the retreat. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 weeks ago
Torma making was taught by Pastor Seng Piow and held one day before the retreat. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Penang Dorje Shugden Retreat cum Puja, 9-10th March 2024 led by Pastor Seng Piow with 12 retreatants. Uploaded by Jacinta
2 weeks ago
Penang Dorje Shugden Retreat cum Puja, 9-10th March 2024 led by Pastor Seng Piow with 12 retreatants. Uploaded by Jacinta
The celebration ended with a Dorje Shugden puja, dedicated to all the sponsors, our loved ones and as well as for the happiness & good health for all sentient beings. May Rinpoche return swiftly too and taking this opportunity wishing all Happy Chinese New Year and Gong Xi Fa Cai from all of us, Kechara Penang Study Group. Uploaded by Jacinta.
2 months ago
The celebration ended with a Dorje Shugden puja, dedicated to all the sponsors, our loved ones and as well as for the happiness & good health for all sentient beings. May Rinpoche return swiftly too and taking this opportunity wishing all Happy Chinese New Year and Gong Xi Fa Cai from all of us, Kechara Penang Study Group. Uploaded by Jacinta.
Seen here, Pastor Seng Piow set off firecrackers - welcoming of the upcoming year with enthusiasm and positive energy. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Seen here, Pastor Seng Piow set off firecrackers - welcoming of the upcoming year with enthusiasm and positive energy. Kechara Penang Study Group by Jacinta
In this pic, Pastor Seng Piow is sharing Dharma with newbies ~ Sharyn's friends. It's always good to make light offerings at the beginning of new year. By making light offerings, you are able to dispel the darkness of ignorance and achieve wisdom. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
In this pic, Pastor Seng Piow is sharing Dharma with newbies ~ Sharyn's friends. It's always good to make light offerings at the beginning of new year. By making light offerings, you are able to dispel the darkness of ignorance and achieve wisdom. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
One the day of Losar (new lunar year), it is always beneficial for Buddhist practitioners to get together in making abundant offerings to Buddhas on the altar to usher in goodness, prosperity and well-being of our loved ones. It's more auspicious this year as Losar and the Chinese New Year begin on the same date, 10th Feb, 2024. Back in Penang, our Kechara members came together to decorate the altar with abundance offerings for Dorje Shugden puja @3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
One the day of Losar (new lunar year), it is always beneficial for Buddhist practitioners to get together in making abundant offerings to Buddhas on the altar to usher in goodness, prosperity and well-being of our loved ones. It's more auspicious this year as Losar and the Chinese New Year begin on the same date, 10th Feb, 2024. Back in Penang, our Kechara members came together to decorate the altar with abundance offerings for Dorje Shugden puja @3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Mr. Dared Lim was offering water bowls on behalf of Kechara Ipoh Study Group. (Kin Hoe)
2 months ago
Mr. Dared Lim was offering water bowls on behalf of Kechara Ipoh Study Group. (Kin Hoe)
Jun from Ipoh was offering mandarin oranges to Mother Tara and The Three Jewels. (Kin Hoe)
2 months ago
Jun from Ipoh was offering mandarin oranges to Mother Tara and The Three Jewels. (Kin Hoe)
Prior to our puja in Ipoh, Mr. & Mrs. Cheah Fook Wan were preparing for the offerings to the Buddhas. (Kin Hoe)
2 months ago
Prior to our puja in Ipoh, Mr. & Mrs. Cheah Fook Wan were preparing for the offerings to the Buddhas. (Kin Hoe)
On Sunday afternoon, Kechara Ipoh Study Group has carried out Mother Tara prayer recitations in Ipoh. (Kin Hoe)
2 months ago
On Sunday afternoon, Kechara Ipoh Study Group has carried out Mother Tara prayer recitations in Ipoh. (Kin Hoe)
Some of the best shots taken during Thaipusam in Penang. Swee Bee, Huey, Tang KS, Nathan, Choong SH and Jacinta volunteered. Wai Meng came all the way from KL to help out. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Some of the best shots taken during Thaipusam in Penang. Swee Bee, Huey, Tang KS, Nathan, Choong SH and Jacinta volunteered. Wai Meng came all the way from KL to help out. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Simple yet powerful ally ~ Bhagawan Dorje Shuden. Kechara Penang Study Group consists of Chien Seong, Hue, Choong SH, Tang KS, Swee Bee and Jacinta. Wai Meng came all the way from KL to help out. Uploaded by Jacinta.
2 months ago
Simple yet powerful ally ~ Bhagawan Dorje Shuden. Kechara Penang Study Group consists of Chien Seong, Hue, Choong SH, Tang KS, Swee Bee and Jacinta. Wai Meng came all the way from KL to help out. Uploaded by Jacinta.
Thaipusam in Penang. Some of the best shots. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
Thaipusam in Penang. Some of the best shots. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Nothing beats having a sacred audience with our lineage lamas. It's not selfie or wefie, but we have the best 'groufie'!!! 20th Jan 2024, Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 months ago
Nothing beats having a sacred audience with our lineage lamas. It's not selfie or wefie, but we have the best 'groufie'!!! 20th Jan 2024, Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Welcoming our lineage Gurus to our Penang Chapel today! Pastor Seng Piow explained the significance of having Guru Tree and introduced to us our lineage lamas, Buddhas, deities, protectors and etc.
2 months ago
Welcoming our lineage Gurus to our Penang Chapel today! Pastor Seng Piow explained the significance of having Guru Tree and introduced to us our lineage lamas, Buddhas, deities, protectors and etc.
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Umze for the day was Siew Hong. She's just been with us for slightly more than a year now but she's proven her capability in leading the puja. Our Penang group members are so proud of her and her commitment in attending the weekly puja. Despite being eloquence and smart, she has beautiful chant as well. When she leads, make sure you are there to hear her chant for yourself! Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Tara Recitation is on now at KISG - Wai Meng
3 months ago
Tara Recitation is on now at KISG - Wai Meng
Photo from Wan Wai Meng
3 months ago
Photo from Wan Wai Meng
A sea of yellow ~usually in Tibetan Buddhism yellow represents growth. We prayed that our Penang group will grow in terms of people, wealth and attainments too. _/\_ Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
A sea of yellow ~usually in Tibetan Buddhism yellow represents growth. We prayed that our Penang group will grow in terms of people, wealth and attainments too. _/_ Kechara Penang Study Group by Jacinta.
After Dorje Shugden puja @3pm, we had Rinpoche's Swift Return puja too. We laughed as Sis Swee Bee was commenting that Tang should smile ~ here's the reason why we laughed.  Kechara Penang Study Group by Jacinta Goh
3 months ago
After Dorje Shugden puja @3pm, we had Rinpoche's Swift Return puja too. We laughed as Sis Swee Bee was commenting that Tang should smile ~ here's the reason why we laughed. Kechara Penang Study Group by Jacinta Goh
3 months ago
Today's (9/12/2023)Dorje Shugden puja led by Gordon. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
3 months ago
Today's (9/12/2023)Dorje Shugden puja led by Gordon. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
4 months ago
4 months ago
Dharma sharing by Hue before we proceeded with DS puja & Rinpoche Swift Return puja. Hue is one of the long time Kechara Penang members and he comes to puja regularly. He shared that he truly believes that Dorje Shugden and Rinpoche always there guiding him. He shared how sometimes DS will give him hints to avert troubles ahead or to alert him when he 'misbehaved'. Hope many will come to know more about this powerful Dharma Protector, Dorje Shugden aka DS. Having Dorje Shugden is like having a powerful ally that will protect us day and night. Just trust Him and have faith. Kechara Penang Study Group, 25/11/2023 by Jacinta.
4 months ago
Dharma sharing by Hue before we proceeded with DS puja & Rinpoche Swift Return puja. Hue is one of the long time Kechara Penang members and he comes to puja regularly. He shared that he truly believes that Dorje Shugden and Rinpoche always there guiding him. He shared how sometimes DS will give him hints to avert troubles ahead or to alert him when he 'misbehaved'. Hope many will come to know more about this powerful Dharma Protector, Dorje Shugden aka DS. Having Dorje Shugden is like having a powerful ally that will protect us day and night. Just trust Him and have faith. Kechara Penang Study Group, 25/11/2023 by Jacinta.
Kechara Penang Study Group had our weekly DS puja , led by our beloved sis Swee Bee and serkym by Mr. Lee. After that, we completed Swift Return puja also. 18th Nov 2023. By Jacinta
4 months ago
Kechara Penang Study Group had our weekly DS puja , led by our beloved sis Swee Bee and serkym by Mr. Lee. After that, we completed Swift Return puja also. 18th Nov 2023. By Jacinta
#Back2back 11th Nov 2023 Dorje Shugden puja & Rinpoche's Swift Return puja @Penang Chapel, 49 Jalan Seang Tek, Georgetown, Pulau Pinang. Every Saturday @3pm/5pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
4 months ago
#Back2back 11th Nov 2023 Dorje Shugden puja & Rinpoche's Swift Return puja @Penang Chapel, 49 Jalan Seang Tek, Georgetown, Pulau Pinang. Every Saturday @3pm/5pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Pic: Rinpoche Swift Return puja ~ 21/10/23 Kechara Penang Study Group by Jacinta.
5 months ago
Pic: Rinpoche Swift Return puja ~ 21/10/23 Kechara Penang Study Group by Jacinta.
#Backtoback A few months back, Kechara Penang Study Group started to have two pujas consecutively on Saturday. Dorje Shugden puja @3pm and thereafter Rinpoche Swift Return puja. This can only be achieved due to the committed members from Penang. A big round of applause...... Pic : DS puja on 21/10/2023 Kechara Penang Study Group by Jacinta
5 months ago
#Backtoback A few months back, Kechara Penang Study Group started to have two pujas consecutively on Saturday. Dorje Shugden puja @3pm and thereafter Rinpoche Swift Return puja. This can only be achieved due to the committed members from Penang. A big round of applause...... Pic : DS puja on 21/10/2023 Kechara Penang Study Group by Jacinta
More pictures of the day! Kechara Penang Chapel & public blessings 3rd Oct 2023 by Jacinta.
6 months ago
More pictures of the day! Kechara Penang Chapel & public blessings 3rd Oct 2023 by Jacinta.
The Promise
  These books will change your life
  Support Blog Team
Lamps For Life
  Robe Offerings
  Vajrayogini Stupa Fund
  Dana Offerings
  Soup Kitchen Project
 
Zong Rinpoche

Recent Comments

Archives

YOUR FEEDBACK

Live Visitors Counter
Page Views By Country
United States 6,560,748
Malaysia 4,932,712
India 2,510,845
Singapore 936,141
United Kingdom 915,882
Nepal 913,387
Bhutan 864,803
Canada 797,322
Australia 619,377
Philippines 555,278
Indonesia 451,828
Germany 370,298
France 312,722
Brazil 251,023
Vietnam 226,545
Thailand 217,772
Taiwan 206,933
Italy 175,641
Spain 160,953
Netherlands 156,804
Mongolia 147,273
Portugal 138,190
South Africa 138,017
Türkiye 132,302
Sri Lanka 128,762
United Arab Emirates 121,726
Japan 119,012
Russia 114,691
Hong Kong 114,218
China 107,718
Romania 104,740
Mexico 97,736
New Zealand 93,880
Switzerland 88,746
Myanmar (Burma) 88,535
Pakistan 82,184
Sweden 78,121
South Korea 75,124
Cambodia 70,770
Total Pageviews: 26,041,536

Login

Dorje Shugden
Click to watch my talk about Dorje Shugden....